Mesopotamia
[a 1]
adalah sebuah wilayah historis di
Asia Barat
yang terletak pada daerah sistem dua sungai besar,
Efrat
dan
Tigris
, di bagian utara
Bulan Sabit Subur
. Pada saat ini daerah ini menjadi bagian Republik
Irak
, atau dalam pengertian yang lebih luas juga mencakup beberapa bagian yang sekarang menjadi wilayah
Iran
,
Kuwait
,
Suriah
, dan
Turki
.
Mesopotamia adalah tempat perkembangan terawal dari Revolusi Neolitikum sejak sekitar tahun 10.000
SM
. Kawasan ini telah diidentifikasi sebagai tempat yang "menginspirasi beberapa perkembangan terpenting dalam sejarah manusia, termasuk penemuan
roda
, perkebunan tanaman
sereal
pertama, dan pengembangan aksara
kursif
,
matematika
,
astronomi
, dan
agrikultur
.” Daerah ini dikenal sebagai tempat lahirnya beberapa peradaban manusia paling awal di dunia. Beberapa yakni
Sumeria
,
Akkadia
,
Assiria
dan
Babilonia
.
Nama Mesopotamia sudah digunakan oleh para penulis
Yunani
dan
Latin
kuno, seperti oleh
Polybius
(abad 2 SM) dan
Strabo
(60 SM-20 M).
Toponimi
daerah
Mesopotamia
berasal dari akar kata
Yunani Kuno
μ?σο? (
mesos
) "tengah" dan ποταμ?? (
potamos
) "sungai" dan secara harfiah berarti"(negeri) di antara sungai-sungai". Toponimi ini digunakan dalam
Septuaginta
yang berbahasa Yunani itu (ca. 250 SM) sebagai terjemahan dari padanannya dalam
bahasa Ibrani
yaitu
Naharaim
. Toponimi ini bahkan sudah lebih awal digunakan oleh bangsa Yunani sebagaimana yang dibuktikan dengan
Anabasis Alexandri
, yang ditulis pada akhir abad ke-2 Masehi, namun secara khusus mengacu pada sumber-sumber dari zaman
Alexander Agung
. Dalam
Anabasis
, Mesopotamia digunakan untuk menyebut wilayah yang membentang di timur
Sungai Efrat
di utara
Suriah
. Istilah
Aram
biritum / birit Narim
berhubungan dengan konsep geografis serupa.
[1]
Kemudian, istilah Mesopotamia itu lebih umum diterapkan untuk semua tanah antara sungai Efrat dan
Tigris
, sehingga menggabungkan tidak hanya bagian dari
Suriah
tetapi juga hampir semua
Irak
dan
Turki
tenggara.
[2]
Dataran stepa di sebelah barat sungai Efrat dan bagian barat Pegunungan Zagros juga sering termasuk dalam istilah yang lebih luas Mesopotamia.
[3]
[4]
[5]
Perbedaan lebih lanjut biasanya dibuat antara atas atau Utara Mesopotamia dan dataran yang rendah atau Selatan Mesopotamia.
[6]
Mesopotamia utara juga dikenal sebagai Jezirah, adalah daerah antara Efrat dan Tigris sampai ke
Baghdad
.
[3]
Mesopotamia selatan terdiri dari Irak selatan, Kuwait, dan Iran bagian barat.
[7]
[8]
[9]
Dalam penggunaan akademis modern, istilah Mesopotamia juga memiliki konotasi kronologis. Sering kali digunakan untuk merujuk daerah ini sampai dengan masa
Penaklukan Muslim
. Nama-nama seperti Suriah, Jezirah, dan Irak digunakan untuk menggambarkan wilayah tersebut setelah masa ini.
[2]
[10]
Istilah ini telah diperdebatkan bahwa eufimisme ini merupakan istilah
Eurosentris
yang disematkan pada daerah ini pada masa-masa perambahan orang Barat abad ke-19.
[10]
[11]
Mesopotamia meliputi wilayah antara
Sungai Efrat
dan
Tigris
yang sama-sama bersumber dari
Dataran Tinggi Armenia
. Kedua sungai ini juga mendapatkan tambahan pasokan air dari banyak anak sungai, dan keseluruhan jaringan sungai ini mengaliri wilayah bergunung-gunung yang sangat luas. Jalur perjalanan darat di Mesopotamia lazimnya menyusuri Sungai Efrat karena tepian Sungai Tigris sebagian besar terjal dan sukar dilalui. Iklim wilayah ini semi-gersang dengan bentangan gurun yang luas di utara serta bentangan daerah berawa-rawa, berlumpur, dan bergelagah seluas 15.000 Km persegi (5.800 Mil persegi) di selatan. Jauh di ujung selatan, Efrat dan Tigris menyatu dan bermuara ke
Teluk Persia
.
Lingkungan gersang yang membentang dari kawasan-kawasan
pertanian tadah hujan
di daerah utara sampai ke daerah selatan di mana pertanian dengan irigasi menjadi sangat penting jika orang mengharapkan perolehan surplus
energi yang dihasilkan atas energi yang diinvestasikan
(
Energy Returned On Energy Invested
, EROEI). Irigasi ini dipermudah oleh tingginya permukaan air tanah dan lelehan salju dari puncak-puncak tinggi
Pegunungan Zagros
di wilayah utara dan dari dataran tinggi Armenia, sumber air Sungai Tigris dan Efrat yang menjadi asal-muasal nama negeri itu. Manfaat irigasi bergantung pada kemampuan mengerahkan tenaga kerja yang memadai untuk membuat dan memelihara saluran-saluran air. Maka, faktor ini yang sejak permulaan zaman telah membantu pertumbuhan pemukiman-pemukiman perkotaan dan sistem kekuasaan politik yang terpusat.
Usaha pertanian di seluruh wilayah Mesopotamia disokong oleh usaha penggembalaan ternak secara berpindah-pindah. Kaum pengembara yang mendiami kemah-kemah menggembalakan biri-biri dan kambing (dan kemudian unta) dari padang-padang penggembalaan sepanjang sungai pada bulan-bulan di musim panas yang kering, menuju padang-padang rumput musiman di sepanjang perbatasan dengan gurun pada musim dingin yang basah. Wilayah Mesopotamia umumnya tidak memiliki batu-batu untuk bahan bangunan, logam mulia, dan kayu, karena itulah sepanjang sejarahnya bergantung pada perniagaan jarak jauh atas hasil-hasil pertanian untuk mendapatkan barang-barang langka itu dari luar wilayah. Di daerah rawa-rawa di selatan, terdapat suatu budaya rumit penangkapan ikan dengan kapal-kapal pengangkut semenjak zaman prasejarah, yang menambah keberagaman budaya Mesopotamia.
Kegagalan-kegagalan berkala dalam sistem budaya ini diakibatkan oleh sejumlah faktor. Kebutuhan akan tenaga kerja dari waktu ke waktu telah mengakibatkan peningkatan populasi yang mendesak batas-batas daya tampung ekologi, dan saat wilayah ini mengalami masa kekacauan iklim, keruntuhan pemerintah pusat dan penurunan populasi dapat terjadi. Di lain pihak, kerentanan militer terhadap serangan dari suku-suku pinggiran dari daerah perbukitan atau padang-padang penggembalaan telah mengakibatkan keruntuhan perniagaan dan penelantaran jaringan-jaringan irigasi selama beberapa waktu. Demikian pula, kecenderungan-kecenderungan memusat yang ada di negara-negara kota hanya pemerintahan terpusat atas seluruh wilayah Mesopotamia. Bilamana dipaksakan, cenderung berumur pendek, dan semangat kedaerahan pun terpecah-belah kekuasaan yang utuh menjadi satuan kesukuan atau kedaerahan yang lebih kecil.
[12]
Kecenderungan semacam ini masih terus berlanjut di Irak sampai sekarang.
Sejarah Mesopotamia diawali dengan tumbuhnya sebuah peradaban, yang diyakini sebagai pusat peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa
Sumeria
membangun beberapa kota kuno yang terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dari bangsa lain yang juga mendiami kawasan Mesopotamia, bangsa
Akkadia
, dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan sebuah penaklukan politis, tetapi bukan penaklukan kultural. Bahkan dalam berbagai hal budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumeria-Akkadia. Campur tangan Sumeria tidak dapat diremehkan begitu saja, pada saat Akkadia terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumeria yang mendukung Akkadia, sehingga mereka masih dapat berkuasa di "tanah antara dua sungai-sungai" itu.
Beberapa catatan lain bisa dikemukakan untuk menunjukkan hubungan antara
Abraham
dengan Mesopotamia. Dalam
Kitab
Ulangan 26:3
; Nabi
Musa
mengajak umat untuk berdoa kepada Tuhan saat mempersembahkan panen pertama dengan mengawalinya, Bapaku adalah seorang Aram, seorang pengembara. Di tempat lain dikatakan bahwa
Ishak
, anak Abraham, diperintah Abraham untuk mencari istri dari daerah Aram-Mesopotamia (aram-naharayim) (
Kejadian 24:2,10
). Demikian juga dengan
Yakub
, cucu Abraham, dia disuruh pergi ke Padan-Aram untuk mendapatkan istri di sana (
Kejadian 28:2
). Dalam terjemahan Yunani
Septuaginta
, kedua nama terakhir ini disebut Mesopotamia.
Selain petunjuk yang secara eksplisit ada dalam
Alkitab
, masih bisa ditemukan informasi lain yang menunjukkan pengaruh Mesopotamia yang cukup kuat. Kesejajaran antara kisah-kisah Enkidu/Shamhat dan Adam/Hawa telah lama diakui oleh para peneliti.
[13]
Kisah
Taman Eden
dan kisah
Air Bah
yang terkenal itu, yang dikisahkan pada bagian awal kitab Kejadian, sebenarnya kuat dipengaruhi sastra Mesopotamia.
[14]
[15]
Biasanya ada tiga karya sastra Mesopotamia yang ditunjuk, yaitu
Enuma Elis
(dari abad 17 SM),
Epos Gilgames
(abad 20 SM), dan Athrahasis (abad 18-17 SM). Teks-teks itu cukup terkenal dan tersebar luas karena ditemukan dalam berbagai versi dan bahasa, seperti versi Akkadia, Sumeria, Hittit, dan Asyur. Kemiripan antara sastra Mesopotamia dengan teks-teks Alkitab begitu mencolok sehingga sering kali disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara keduanya. Karena teks-teks Mesopotamia berasal dari periode yang jauh lebih tua dari teks-teks Alkitab, maka tidak mengherankan jika bisa disimpulkan, teks Alkitab bergantung pada sastra Mesopotamia itu. Para penulis
Israel
tampaknya mengambil dan memanfaatkan teks-teks Mesopotamia itu untuk mengungkap keyakinan mereka, sekaligus menyesuaikannya dengan keyakinan itu, terutama di bidang monoteisme.
Salah satu kemungkinan datangnya pengaruh Mesopotamia dalam kitab Kejadian adalah bahwa kisah-kisah Mesopotamia dibawa ke
Palestina
lalu menyebar-saat terjadi perpindahan penduduk besar-besaran dari Mesopotamia yang disebabkan situasi yang agak kacau sekitar abad 19 SM. Kiranya ini juga yang menjadi konteks berpindahnya keluarga Abraham dari Ur ke
Haran
, lalu ke
Kanaan
.
Berbagai kebiasaan dan peraturan yang tercermin dalam kitab Kejadian ternyata juga menemukan banyak kesamaan dengan kebiasaan dan peraturan yang hidup di daerah Mesopotamia. Sebagai contoh, kekhawatiran Abraham karena dia tidak mendapat keturunan, karena itu harus mewariskan segala miliknya kepada abdinya yang setia,
Eliezer
(
Kejadian 15:1?4
), ternyata sejajar dengan praktik yang dilakukan masyarakat Nuzi yang mendiami sebelah timur
Sungai Tigris
. Hal ini bisa diketahui melalui analisis teks-teks hukum yang berlaku di Nuzi, yang berasal dari abad 15 SM. Kisah tentang Abraham yang datang ke negeri asing lalu mengaku istrinya sebagai saudarinya (
Kejadian 12:10?20
) sering membingungkan orang. Tetapi, kini, dengan ditemukannya teks-teks yang berasal dari bangsa Hori di sebelah utara Mesopotamia, berdekatan dengan Haran, hal itu bisa dipahami dengan lebih baik. Dalam masyarakat Hori, ikatan perkawinan yang paling kuat adalah jika seorang istri sekaligus mendapat status saudari secara hukum. Karena itu, sering terjadi, sesudah perkawinan diadakan upacara lain untuk mengadopsi sang istri menjadi saudari. Hal ini disahkan dengan dua dokumen. Pertama, dokumen tentang perkawinan. Kedua, berkait dengan pengangkatannya sebagai saudari.
Matthias Henze menunjukkan bahwa kegilaan
Nebukadnezar
dalam
Kitab Daniel
mengacu pada
Epos Gilgames
. Dia mengklaim bahwa penulis menggunakan unsur-unsur dari deskripsi Enkidu untuk melukis potret sarkastik dan mengejek raja Babel.
[16]
Salah satu warisan peradaban Mesopotamia Kuno yang amat bernilai bagi umat manusia adalah kumpulan hukum yang biasa disebut
Codex Hammurabi
. Kumpulan hukum yang berbentuk balok batu hitam itu ditemukan di Susa tahun 1901 dalam suatu ekspedisi yang dilakukan arkeolog Prancis di bawah pimpinan M de Morgan. Pada bagian atas balok, yang kini ada di Museum Louvre, Paris, ada relief yang menggambarkan Raja Hammurabi dari Babilonia Kuno (1728-1686 SM) sedang menerima hukum dari Dewa Shamash, dewa Matahari yang juga menjadi dewa pelindung keadilan. Perbandingan dengan kumpulan hukum yang ada dalam
Kitab
Keluaran 21
-23
menunjukkan adanya kesejajaran yang dekat. Adanya ketergantungan antara kedua kumpulan hukum itu tidak bisa ditentukan dengan pasti, tetapi pengaruh tidak langsung rasanya merupakan sesuatu yang amat masuk akal.
Codex
Hammurabi
, yang terdiri dari 282 pasal ditambah
Prolog
dan Epilog, tidak saja berpengaruh pada kumpulan hukum yang ada dalam
Alkitab
, tetapi juga pada sistem hukum pada periode selanjutnya. Yang menarik dan mungkin membuat kita (seharusnya) tertunduk malu adalah, kumpulan hukum itu juga mengingatkan kita bahwa sejak abad 18 SM, di Mesopotamia sudah ada seorang pemimpin besar yang sungguh-sungguh mempunyai kesadaran bahwa manusia harus diperlakukan secara adil sebagai manusia.
Bangsa Mesopotamia Kuno setiap bulan menyelenggarakan upacara-upacara. Tema upacara dan perayaan untuk tiap-tiap bulan ditentukan oleh sekurang-kurangnya enam faktor utama:
- Pergantian penampakan bulan
(separuh-terang bermakna kelimpahan dan pertumbuhan, sedangkan separuh-gelap dikait-kaitkan dengan penurunan, pelestarian, dan perayaan "Alam Bawah"")
- Pergantian musim bercocok-tanam
- Titik khatulistiwa matahari
dan
titik balik matahari
- Mitos-mitos setempat beserta dewa-dewi yang terkait dengannya
- Keberhasilan dari raja yang berkuasa saat itu
- Akitu
, atau perayaan
Tahun Baru
(purnama pertama sesudah matahari melintasi katulistiwa di musim semi)
- Peringatan peristiwa-peristiwa bersejarah (hari pendirian, kemenangan-kemenangan perang, hari-hari suci bagi kuil, dst)
Perburuan
populer di kalangan raja-raja Asyur.
Tinju
dan
gulat
sering ditampilkan dalam seni rupa, dan beberapa bentuk permainan
polo
agaknya merupakan olahraga yang populer, dengan pemain yang duduk di atas pundak orang bukannya di atas punggung kuda.
[17]
Mereka juga memainkan
majore
, sebuah permainan yang mirip
rugbi
, tetapi dimainkan dengan sebuah bola yang terbuat dari kayu. Mereka juga memainkan sebuah
permainan papan
yang mirip dengan
senet
dan
backgammon
, dan yang kini dikenal sebagai "
Permainan Kerajaan dari Ur
."
Budi daya tanaman pangan yang dibantu sistem irigasi menyebar dari pegunungan Zagros ke arah selatan bersama dengan peradaban Samara dan peradaban Hadji Muhammed sejak sekitar 5,000 SM.
[18]
Kuil-kuil Sumeria berfungsi sebagai
bank
dan mengembangkan
sistem pinjaman dan kredit
skala besar pertama, tetapi bangsa Babilonia yang mengembangkan sistem
perbankan dagang
yang pertama. Perekonomian Mesopotamia dalam satu dan lain hal dapat dibandingkan dengan
ilmu ekonomi pasca-Keynes
, tetapi dengan suatu pendekatan yang cenderung "apa saja boleh".
[19]
Sejak permulaan sejarah Mesopotamia sampai dengan zaman
Ur III
, kuil-kuil menguasai sampai dengan sepertiga dari seluruh lahan yang ada, namun jumlah itu menurun dari waktu ke waktu seiring peningkatan kepemilikan tanah oleh pihak istana dan orang-orang pribadi.
Ensi
adalah kata yang digunakan sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mengatur pekerjaan untuk segala macam usaha pertanian di lahan-lahan milik kuil. Rakyat jelata diketahui sebagai golongan yang paling sering bekerja di bidang pertanian sebagai petani penggarap, khususnya di lahan-lahan milik kuil atau istana.
[20]
Kondisi geografi Mesopotamia selatan hanya memungkinkan penyelenggaraan pertanian jika dikelola dengan irigasi dan drainase yang baik. Kenyataan ini berdampak besar pada evolusi peradaban Mesopotamia awal. Kebutuhan irigasi mendorong bangsa Sumeria, dan selanjutnya bangsa Akkadia, untuk membangun kota-kota mereka di sepanjang tepian sungai Tigris dan Efrat serta cabang-cabangnya. Kota-kota besar seperti Ur dan Uruk, bertempat di sekitar anak-anak Sungai Efrat, sedangkan kota-kota lain, khususnya Lagash, didirikan dekat cabang-cabang Sungai Tigris. Sungai-sungai juga memiliki manfaat lain sebagai sumber pasokan ikan (baik sebagai bahan pangan atau sebagai pupuk), gelagah, dan lempung (untuk bahan bangunan). Berkat irigasi,
pasokan pangan
di Mesopotamia sebanding dengan pasokan pangan di padang-padang rumput Kanada.
[21]
Lembah sungai Tigris dan lembah Sungai Efrat merupakan bagian timur laut dari bentangan
Hilal Subur
yang juga meliputi lembah Sungai Yordan dan lembah Sungai Nil. Jika semakin dekat dengan sungai membuat lahan menjadi subur dan baik untuk ditanami, maka sebaliknya jarak yang semakin jauh dari sungai membuat lahan menjadi kering dan sebagian besar tidak dapat dihuni. Itulah sebabnya perkembangan
irigasi
sangat penting artinya bagi para penduduk Mesopotamia.
Inovasi
bangsa Mesopotamia lainnya adalah pengendalian laju air dengan
bendungan
serta pemanfaatan saluran-saluran air. Orang-orang yang mula-mula menempati tanah yang subur di Mesopotamia mempergunakan
luku
kayu untuk menggemburkan
tanah
sebelum ditanami
jelai
,
bawang
,
anggur
,
lobak
, maupun
apel
. Penduduk Mesopotamia terbilang di antara orang-orang pertama yang membuat
bir
dan
tuak anggur
. Dilibatkannya keterampilan dalam bertani di Mesopotamia membuat para petani tidak bergantung pada
budak belian
untuk merampungkan pengerjaan lahan-lahan mereka, akan tetapi ada pula beberapa pengecualian. Tingginya risiko mempekerjakan budak belian (budak belian melarikan diri atau memberontak) membuat banyak petani menghindarinya. Meskipun sungai-sungai menjadi penyokong hidup penduduk Mesopotamia, sungai-sungai juga menghancurkannya dengan banjir yang kerap meluap dan meluluh-lantakkan seisi kota. Cuaca Mesopotamia yang sukar ditebak sering kali tidak berpihak pada para petani; tanaman-tanaman pangan sering dirusak cuaca sehingga orang perlu memelihara sumber-sumber pangan cadangan seperti lembu dan biri-biri. Seiring berlalunya waktu, daerah-daerah paling selatan di Mesopotamia menderita akibat meningkatnya
kadar garam
pada tanah, sehingga mengakibatkan kota-kota lambat-laun ditinggalkan orang dan terjadi pemusatan kekuasaan di Akkadia yang letaknya jauh lebih ke utara.
Geografi Mesopotamia sangat berdampak pada perkembangan politik di wilayah itu. Di antara sungai dan kali, orang-orang Sumeria mendirikan kota-kota perdana dengan saluran-saluran irigasinya yang terpisahkan satu sama lain oleh bentangan gurun atau rawa yang luas dan terbuka, tempat berkeliaran suku-suku pengembara. Komunikasi antar kota-kota terisolasi itu sulit dan kadang berbahaya jika dilakukan. Oleh karena itu, masing-masing kota Sumeria menjadi sebuah
negara kota
yang merdeka dan gigih mempertahankan kemerdekaannya. Kadang-kadang salah satu kota akan mencoba menaklukkan dan mempersatukan kota-kota yang sewilayah dengannya, tetapi upaya-upaya semacam itu mendapat perlawanan dan tertumbuk pada kegagalan selama berabad-abad. Akibatnya, sejarah politik Sumeria penuh dengan peperangan yang berlangsung tanpa henti. Pada akhirnya Sumeria pun dipersatukan oleh
Eannatum
, tetapi persatuan itu rapuh dan gagal bertahan, karena bangsa Akkadia berjaya menaklukkan Sumeria pada 2331 SM hanya satu generasi sesudahnya. Kekaisaran Akkadia adalah kekaisaran pertama yang mampu bertahan melampaui satu generasi dan menyelenggarakan alih kepemimpinan raja-raja secara damai. Umur kekaisaran ini relatif singkat, karena ditaklukkan bangsa Babilonia setelah bertahan selama beberapa generasi.
Bangsa Mesopotamia percaya bahwa raja-raja dan ratu-ratu mereka adalah keturunan dari warga Kota Dewa-
Dewa
, tetapi tidak seperti bangsa
Mesir Kuno
, mereka tidak pernah meyakini bahwa raja-raja mereka adalah dewa-dewa sejati.
[22]
Sebagian besar raja-raja menggelar dirinya “raja semesta alam” atau “raja agung”. Gelar lainnya yang lazim dipakai adalah “
gembala
”, karena raja-raja harus memperhatikan peri kehidupan rakyatnya.
Ketika tumbuh menjadi sebuah kekaisaran, wilayah kekuasaan Asyur dibagi-bagi menjadi daerah-daerah yang disebut
provinsi
. Tiap-tiap provinsi dinamakan menurut nama kota utamanya, seperti
Niniwe
,
Samaria
,
Damsyik
, dan
Arpad
. Semua provinsi dikepalai gubernurnya masing-masing yang bertugas memastikan setiap orang membayar pajaknya. Para gubernur juga wajib menghimpun pasukan untuk maju berperang dan menyalurkan tenaga kerja bila ada pembangunan kuil. Seorang gubernur juga bertanggung jawab atas penerapan hukum di provinsi yang dipimpinnya. Cara ini memudahkan pengendalian sebuah kekaisaran besar. Walaupun sebelumnya cuma sebuah
negara
kecil di Sumeria, Babel tumbuh pesat selama masa pemerintahan
Hammurabi
. Ia dikenal sebagai “pencipta aturan hukum”, dan segera
Babel
menjadi salah satu kota utama di Mesopotamia. Kelak Babel disebut Babilonia, yang berarti "gapura dewa-dewa." Kota ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran terbesar dalam sejarah.
Dengan berakhirnya zaman kekuasaan
Uruk
, tumbuh kota-kota bertembok dan banyak desa terpencil dari
zaman Ubaid
ditinggalkan yang menyiratkan adanya peningkatan kekerasan yang dilakukan secara berkelompok. Seorang raja awal yaitu
Lugalbanda
diduga telah membangun tembok putih mengitari kota itu. Begitu negara-
negara kota
mulai tumbuh, lingkup jangkauan pengaruh mereka pun saling tumpang-tindih sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara kota lainnya, khususnya menyangkut tanah dan terusan-terusan. Perdebatan-perdebatan ini dicatat pada
loh-loh lempung
beberapa ratus tahun sebelum pecah perang-perang besar?catatan pertama mengenai peperangan ditulis sekitar 3200 SM. Namun, belum menjadi suatu kelaziman sampai kira-kira 2500 SM. Seorang raja
Dinasti Awal II
(Ensi) Uruk di Sumer, Gilgamesh (2600 SM), disanjung karena keberhasilannya dalam bertempur melawan
Humbaba
, penjaga Pegunungan Aras, dan kelak dalam banyak sajak dan kidung ia dipuja-puji pula sebagai makhluk dua pertiga dewa dan hanya sepertiga manusia. Tugu
Prasasti Burung Nazar
yang berasal dari akhir zaman
Dinasti Awal III
(2600?2350 SM), yang dibuat untuk memperingati kemenangan
Eannatum
dari
Lagash
atas kota tetangga saingannya
Umma
, adalah monumen tertua di dunia yang dibuat sebagai pernyataan pujian atas sebuah tindakan pembantaian.
[23]
Mulai saat itu sampai seterusnya, peperangan dijadikan bagian dari sistem politik Mesopotamia. Sesekali sebuah kota yang netral dapat bertindak selaku penengah bagi dua kota yang saling berseteru. Keadaan ini mendorong terbentuknya persatuan-persatuan antar-kota yang kelak berkembang menjadi negara-negara kedaerahan.
[22]
Tatkala kekaisaran-kekaisaran terwujud, mereka pun maju berperang tetapi lebih sering melawan negara-negara asing. Raja Sargon misalnya, menaklukkan seluruh kota di Sumeria, beberapa kota di Mari, dan kemudian maju berperang melawan Suriah utara. Banyak dinding istana Asiria dan Babilonia dihiasi dengan gambar-gambar mengenai pertempuran-pertempuran yang berhasil dimenangkan dan musuh yang lari kocar-kacir atau bersembunyi dibalik rumpun-rumpun gelagah.
Negara-negara kota Mesopotamia menyusun naskah hukum mereka dengan bersumber pada keputusan-keputusan peradilan dan undang-undang raja-raja. Naskah hukum
Urukagina
dan
Lipit Isytar
telah ditemukan. Naskah hukum paling terkenal berasal dari
Hammurabi
, yang termasyhur setelah kematiannya berkat perangkat aturan hukum yang disusunnya, yakni
Naskah Hukum Hammurabi
(disusun ca. 1780 SM), yang merupakan salah satu perangkat hukum tertua yang pernah ditemukan dan salah satu contoh dokumen sejenis yang berasal dari Mesopotamia Kuno. Hammurabi menetapkan 200 lebih aturan hukum bagi Mesopotamia. Kajian atas aturan-aturan ini menunjukkan makin lemahnya hak-hak perempuan, dan makin kejamnya perlakuan terhadap budak belian
[24]
Seni rupa
Mesopotamia menyaingi
Seni rupa Mesir Kuno
baik dari segi kemegahan, kecanggihan, maupun tingkat kerumitannya di kawasan barat
Eurasia
sejak milenium ke-4 SM sampai wilayah itu ditaklukkan
Kekaisaran Akhemeniyah
Persia
pada abad ke-6 SM. Peninggalan seni rupa Mesopotamia sebagian besar berupa jenis patung batu dan tanah liat yang sangat tahan lama sifatnya; hanya sedikit peninggalan berupa lukisan yang mampu menyintasi zaman, namun peninggalan-peninggalan itu menyiratkan bahwa lukisan-lukisan Mesopotamia umumnya berupa pembubuhan warna pada pola-pola hiasan geometris dan tumbuh-tumbuhan, meskipun sebagian besar patung-patung juga diwarnai.
Pada
zaman melek-aksara perdana
, tatkala Mesopotamia berada di bawah kekuasaan
Uruk
, dihasilkan karya-karya yang canggih seperti
Bejana Warka
dan stempel-
stempel silinder
.
Singa Betina Guennol
adalah sebuah patung
batu gamping
kecil yang menarik dari
Elam
sekitar 3000?2800 SM, berwujud separuh manusia dan separuh singa.
[25]
Tidak lama sesudah zaman itu, muncul sejumlah patung berwujud imam-imam dan pemuja-pemuja bermata besar, sebagian besar terbuat dari pualam dengan tinggi mencapai satu kaki, yang tampak tengah menghadiri upacara penyembahan
berhala
di kuil, namun hanya sejumlah kecil patung-patung ini yang menyintas.
[26]
Patung-patung dari zaman
Sumeria
dan
Akkadia
umumnya bermata besar membelalak dan berjanggut panjang pada sosok pria. Banyak pula mahakarya yang telah ditemukan di makam kerajaan di
Ur
(
ca.
2650 SM), termasuk dua patung
domba dalam belukar
,
lembu tembaga
, dan sebuah kepala lembu pada salah satu di antara lira-
lira dari Ur
.
[27]
Dari zaman-zaman berikutnya sebelum bangkitnya Kekaisaran Asiria Baru, seni rupa Mesopotamia menyintas dalam beberapa wujud yaitu stempel-stempel silinder, patung-patung utuh yang relatif kecil, dan relief-relief dalam berbagai ukuran, termasuk plakat-plakat murah dari gerabah cetakan untuk rumah tinggal, sebagian berkaitan dengan keagamaan dan sebagian lagi tampaknya tidak.
[28]
Relief Burney
adalah sebuah plakat
terakota
dengan tingkat kerumitan yang tidak seperti biasanya dan relatif besar ukurannya (20 x 15 inci) memperlihatkan sesosok dewi bersayap dan berkaki burung pemangsa, dikawal burung-burung hantu dan singa-singa. Relief ini berasal dari abad ke-18 atau ke-19 SM, dan mungkin pula merupakan hasil cetakan.
[29]
Tugu-tugu batu
prasasti
, persembahan-
persembahan nazar
, atau plakat-plakat peringatan kemenangan-kemenangan perang dan pesta-pesta perayaan, ditemukan pula di kuil-kuil, yang tidak seperti barang-barang sejenis keluaran pemerintah yang lebih resmi sifatnya, tidak memuat cukup banyak tulisan untuk menjelaskan barang-barang itu;
[30]
Kepingan tugu
Prasasti Burung Nazar
adalah sebuah contoh awal peninggalan barang-barang bertulisan,
[31]
dan
Obelisk Hitam
Salmaneser III
dari Asyur adalah peninggalan bertulisan yang besar dan kokoh dari zaman kemudian.
[32]
Ditaklukkannya seluruh Mesopotamia dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh bangsa Asyur menjadikan negeri itu lebih besar dan lebih makmur daripada sebelumnya, serta dipajangnya karya seni yang sangat memukau di istana-istana dan tempat-tempat umum dimaksudkan pula untuk menyaingi semarak seni rupa negeri tetangga mereka, Kekaisaran Mesir. Bangsa Asyur mengembangkan sebuah gaya seni berupa latar-latar yang sangat luas diisi relief-relief pipih naratif yang ditata dengan sangat rinci pada batu untuk istana-istana, menampilkan adegan-adegan peperangan atau perburuan;
British Museum
memiliki sekumpulan relief semacam itu. Bangsa Asyur menghasilkan sangat sedikit patung yang dipahat utuh, kecuali untuk sosok-sosok raksasa penjaga, kerapkali berwujud
lamassu
berkepala manusia, yang dipahat menjadi relief timbul pada dua sisi balok persegi, dengan bagian kepala berupa pahatan utuh (dan juga kelima tungkainya, sehingga tampak terpahat utuh dari masing-masing sisi balok). Bahkan sebelum menguasai Mesopotamia mereka telah meneruskan tradisi pembuatan stempel silinder dengan rancangan-rancangan yang sering kali tampak hidup dan penuh cita rasa seni.
[33]
Kajian mengenai seni bina Mesopotamia Kuno didasarkan pada bukti-bukti
arkeologi
yang tersedia seperti gambar-gambar berwujud bangunan, dan naskah-naskah tentang pelaksanaan pembangunan. Karya-karya ilmiah biasanya berkonsentrasi pada kuil-kuil, istana-istana, tembok-tembok dan gerbang-gerbang kota, serta bangunan-bangunan monumental lainnya. Namun, sesekali dihasilkan pula karya ilmiah terkait seni bina rumah tinggal.
[34]
Survei permukaan dalam lingkup arkeologi juga telah memungkinkan pembuatan kajian mengenai tata ruang perkotaan di kota-kota Mesopotamia awal.
Batu-bata merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan karena tersedia dekat dan terjangkau, sedangkan batu bangunan harus didatangkan dari tempat-tempat yang cukup jauh dari sebagian besar kota-kota itu.
Ziggurat
adalah bentuk bangunan yang paling menonjol, dan kota-kota sering kali memiliki gerbang-gerbang besar. Yang paling masyhur dari gerbang-gerbang itu adalah
Gerbang Isytar
dari kota Babel yang dibangun pada era Babilonia Baru, dihiasi hewan-hewan yang dibentuk pada batu-bata beraneka warna, dan sebagian besar kini menjadi koleksi
Pergamon Museum
di
Berlin
.
Sisa-sisa bangunan yang paling menonjol dari zaman awal Mesopotamia adalah gugus-gugus bangunan kuil di
Uruk
dari milenium ke-4 SM, kuil-kuil dan istana-istana di situs-situs periode
Dinasti Awal
di lembah
Sungai Diyala
seperti Khafajah dan Tell Asmar, sisa-sisa peninggalan
Dinasti ketiga Ur
di
Nippur
(Tempat suci
Enlil
) dan
Ur
(Tempat suci
Nanna
), sisa-sisa peninggalan dari pertengahan
Zaman Perunggu
di situs-situs Suriah-Turki seperti
Ebla
,
Mari
,
Alalakh
,
Aleppo
dan
Kultepe
, istana-istana dari akhir Zaman Perunggu di
Bogazkoy
(Hattusha),
Ugarit
,
Asyur
dan
Nuzi
, istana-istana dan kuil-kuil Zaman Besi di situs-situs
Assiria
(
Kalhu
/Nimrud,
Khorsabad
,
Nineveh
),
Babilonia
(
Babel
),
Urartu
(
Tushpa
/Van, Kalesi, Cavustepe, Ayanis,
Armavir
,
Erebuni
,
Bastam
) dan
Het Baru
(
Karkamis
,
Tell Halaf
,
Karatepe
). Rumah-rumah sebagian besar diketahui dari sisa-sisa peninggalan era Babilonia Baru di Nippur dan Ur. Yang menonjol dari antara sumber-sumber tertulis mengenai pendirian bangunan dan ritual-ritual yang terkait dengannya adalah silinder-silinder Gudea dari milenium ke-3 SM, demikian pula prasasti-prasasti kerajaan Assiria dan Babilonia dari
Zaman Besi
.
- ^
Finkelstein, J.J. (1962), "Mesopotamia",
Journal of Near Eastern Studies
,
21
(2): 73?92,
doi
:
10.1086/371676
,
JSTOR
543884
- ^
a
b
Foster, Benjamin R.; Polinger Foster, Karen (2009),
Civilizations of ancient Iraq
, Princeton: Princeton University Press,
ISBN
978-0-691-13722-3
- ^
a
b
Canard, M. (2011), "al-?Jaz?ra, ?jaz?rat A??r or I?l?m A??r", dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.;
Bosworth, C.E.
; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P.,
Encyclopaedia of Islam, Second Edition
, Leiden: Brill Online,
OCLC
624382576
- ^
Wilkinson, Tony J. (2000), "Regional approaches to Mesopotamian archaeology: the contribution of archaeological surveys",
Journal of Archaeological Research
,
8
(3): 219?267,
doi
:
10.1023/A:1009487620969
,
ISSN
1573-7756
- ^
Matthews, Roger (2003),
The archaeology of Mesopotamia. Theories and approaches
, Approaching the past, Milton Square: Routledge,
ISBN
0-415-25317-9
- ^
Miquel, A.; Brice, W.C.; Sourdel, D.; Aubin, J.; Holt, P.M.; Kelidar, A.; Blanc, H.; MacKenzie, D.N.; Pellat, Ch. (2011), "?Ir??", dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.;
Bosworth, C.E.
; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P.,
Encyclopaedia of Islam, Second Edition
, Leiden: Brill Online,
OCLC
624382576
- ^
"Who Were The Babylonians?"
,
Bill T. Arnold
, hlm. 2, 2004
- ^
"From Adam to Noah-The Numbers Game: Why the Genealogy Puzzles of Genesis 5"
,
Leonard Timmons
, 2012
- ^
"Southern Mesopotamia During the Bronze Age"
,
Lisa E. Gross
, 2003
- ^
a
b
Bahrani, Z. (1998), "Conjuring Mesopotamia: imaginative geography a world past", dalam Meskell, L.,
Archaeology under fire: Nationalism, politics and heritage in the Eastern Mediterranean and Middle East
, London: Routledge, hlm. 159?174,
ISBN
978-0-415-19655-0
- ^
Scheffler, Thomas; 2003. “ 'Fertile crescent', 'Orient', 'Middle East': the changing mental maps of Southeast Asia,”
European Review of History
10/2: 253?272.
- ^
Thompson, William R. (2004) "Complexity, Diminishing Marginal Returns, and Serial Mesopotamian Fragmentation" (Jilid 3, Journal of World Systems Research)
- ^
Gmirkin, Russell, "Berossus and Genesis, Manetho and Exodus..
, Continuum, 2006, p. 103. See also Blenkinsopp, Joseph, "Treasures old and new.." Eerdmans, 2004, pp. 93?95.
- ^
A. R. George
(2003).
The Babylonian Gilgamesh Epic: Introduction, Critical Edition and Cuneiform Texts
. Oxford University Press. hlm. 70?.
ISBN
978-0-19-927841-1
. Diakses tanggal
8 November
2012
.
- ^
Rendsburg, Gary. "The Biblical flood story in the light of the Gilgamesh flood account," in
Gilgamesh and the world of Assyria
, eds Azize, J & Weeks, N. Peters, 2007, p. 117
- ^
The Madness of King Nebuchadnezzar...
, Leiden, Brill, 1999
- ^
Karen Rhea Nemet-Nejat (1998),
Daily Life in Ancient Mesopotamia
- ^
Richard Bulliet; Pamela Kyle Crossley; Daniel Headrick; Steven Hirsch; Lyman Johnson; David Northup (2010-01-01),
The Earth and Its Peoples: A Global History
, Cengage Learning, 1 Jan 2010,
ISBN
0538744383
, diakses tanggal
2012-05-30
- ^
Sheila C. Dow (2005), "Axioms and Babylonian thought: a reply",
Journal of Post Keynesian Economics
27
(3), p. 385-391.
- ^
{
Templat:Citatio
ISBN 0-520-20222-8
- ^
Roux, Georges, (1993) "Ancient Iraq" (Penguin)
- ^
a
b
Robert Dalling (2004),
The Story of Us Humans, from Atoms to Today's Civilization
- ^
Winter, Irene J. (1985). "After the Battle is Over: The 'Stele of the Vultures' and the Beginning of Historical Narrative in the Art of the Ancient Near East". In Kessler, Herbert L.; Simpson, Marianna Shreve. Pictorial Narrative in Antiquity and the Middle Ages. Center for Advanced Study in the Visual Arts, Symposium Series IV. 16. Washington DC: National Gallery of Art. pp. 11?32. ISSN 0091-7338.
- ^
Fensham, F. Charles (19620, "Widow, Orphan, and the Poor in Ancient near Eastern Legal and Wisdom Literature"
(Journal of Near Eastern Studies Vol. 21, No. 2 (Apr., 1962)), pp. 129-139
- ^
Frankfort, 24?37
- ^
Frankfort, 45?59
- ^
Frankfort, 61?66
- ^
Frankfort, Chapters 2?5
- ^
Frankfort, 110?112
- ^
Frankfort, 66?74
- ^
Frankfort, 71?73
- ^
Frankfort, 66?74; 167
- ^
Frankfort, 141?193
- ^
Dunham, Sally (2005), "Ancient Near Eastern architecture", dalam Daniel Snell,
A Companion to the Ancient Near East
, Oxford: Blackwell, hlm. 266?280,
ISBN
0-631-23293-1
- Atlas de la Mesopotamie et du Proche-Orient ancien
, Brepols,
1996
ISBN
2-503-50046-3
.
- Benoit, Agnes; 2003.
Art et archeologie : les civilisations du Proche-Orient ancien
, Manuels de l'Ecole du Louvre.
- Bottero, Jean
;
1987
.
(Prancis)
Mesopotamie. L'ecriture, la raison et les dieux
, Gallimard, coll. ≪ Folio Histoire ≫,
ISBN
2-07-040308-4
.
- Bottero, Jean (
15 Juni
1995
).
Mesopotamia: Writing, Reasoning, and the Gods
. Diterjemahkan oleh Bahrani, Zainab; Van de Mieroop, Marc. University of Chicago Press.
ISBN
978-0226067278
.
- Edzard, Dietz Otto;
2004
.
Geschichte Mesopotamiens. Von den Sumerern bis zu Alexander dem Großen
, Munchen,
ISBN
3-406-51664-5
- Frankfort, Henri
,
The Art and Architecture of the Ancient Orient
, Pelican History of Art, edisi ke-4 pada tahun
1970
, Penguin (now Yale History of Art),
ISBN
0-14-056107-2
- Hrouda, Barthel and Rene Pfeilschifter; 2005.
Mesopotamien. Die antiken Kulturen zwischen Euphrat und Tigris.
Munchen
2005
(4. Aufl.),
ISBN
3-406-46530-7
- Joannes, Francis;
2001
.
Dictionnaire de la civilisation mesopotamienne
, Robert Laffont.
- Korn, Wolfgang;
2004
.
Mesopotamien ? Wiege der Zivilisation. 6000 Jahre Hochkulturen an Euphrat und Tigris
, Stuttgart,
ISBN
3-8062-1851-X
- Kuhrt, Amelie;
1995
.
The Ancient Near East: c. 3000?330 B.C
. 2 Vols. Routledge: London and New York.
- Liverani, Mario;
1991
.
Antico Oriente: storia, societa, economia
. Editori Laterza: Roma.
- Matthews, Roger;
2005
.
The early prehistory of Mesopotamia ? 500,000 to 4,500 BC
, Turnhout 2005,
ISBN
2-503-50729-8
- Oppenheim, A. Leo;
1964
.
Ancient Mesopotamia: Portrait of a dead civilization
. The University of Chicago Press: Chicago and London. Revisi edisi lengkap oleh Erica Reiner,
1977
.
- Pollock, Susan;
1999
.
Ancient Mesopotamia: the Eden that never was
. Cambridge University Press: Cambridge.
- Postgate, J. Nicholas;
1992
.
Early Mesopotamia: Society and Economy at the dawn of history
. Routledge: London and New York.
- Roux, Georges;
1964
.
Ancient Iraq
, Penguin Books.
- Silver, Morris;
2007
.
Redistribution and Markets in the Economy of Ancient Mesopotamia: Updating Polanyi
,
Antiguo Oriente
5: 89?112.
- Snell, Daniel (ed.);
2005
.
A Companion to the Ancient Near East
. Malden, MA : Blackwell Pub, 2005.
- Van de Mieroop, Marc;
2004
.
A history of the ancient Near East. ca 3000?323 BC
. Oxford: Blackwell Publishing.
- Mesopotamia Kuno
? Garis waktu, definisi, dan artikel di Ensiklopedia Sejarah Dunia
- Mesopotamia
? pengenalan Mesopotamia dari British Museum
- Oleh Nil dan Tigris
, sebuah narasi perjalanan di Mesir dan Mesopotamia atas nama museum Inggris antara tahun 1886 dan 1913, oleh Sir EA Wallis Budge , 1920 (sebuah faksimili yang dapat dicari di Perpustakaan Universitas Georgia;
DjVu
& format
PDF
)
- Penghuni Mesopotamia
, menjadi petualangan artis resmi di Taman Eden, oleh Donald Maxwell, 1921
(faksimili yang dapat dicari di Perpustakaan Universitas Georgia
DjVu
& format
"PDF berlapis"
(PDF)
. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 6 September 2005.
(7.53 MB)
)
- Arckeologi Mesopotamia
Diarsipkan
2005-02-15 di
Wayback Machine
., oleh Percy SP Handcock, 1912
(sebuah faksimili yang dapat dicari di Perpustakaan Universitas Georgia,
DjVu
&
"PDF berlapis"
(PDF)
. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 2005-10-07
. Diakses tanggal
2013-05-26
.
(12.8 MB)
format)
- Mesopotamia
,
1920
33°56′29″N
41°10′35″E
/
33.9414°N 41.17626°E
/
33.9414; 41.17626
Koordinat
:
33°56′29″N
41°10′35″E
/
33.9414°N 41.17626°E
/
33.9414; 41.17626