Sun Go Kong
(
Bahasa Hokkian
:
Sun-g?·-khong
/
Sun-ng?·-khong
) adalah tokoh utama dalam novel
Perjalanan ke Barat
. Dalam novel ini, ia menemani pendeta Tong dalam perjalanannya.
Dalam buku
Journey To The West
versi terjemahan bahasa Inggris, dinyatakan bahwa:
- "Sun Go Kong amat gagah, senang sekali mengangkat tongkat sakti
Ruyi Jingu Bang
yang beratnya 13.500
kati
(8.100 kg). Sun Go Kong adalah seorang pejuang mahir yang mampu melawan panglima-panglima hebat di kayangan. Dia juga menghafal berbagai mantra untuk menghembuskan
angin
, membelah
air
, menyulap lingkaran lindungan dari ancaman
setan
."
[2]
Sun Go Kong lahir di
Gunung Hwakuo
(
Hanzi
: 花果山;lit.
Gunung Bunga-bunga dan Buah-buahan
) dari sebuah batu
mitologi
yang menerima saripati (
qi
) matahari dan bulan selama ribuan tahun. Ia tinggal bersama kawanan
monyet
kemudian dihormati setelah menemukan Gua Shuilien (
Hanzi
: 水?洞; lit.
Gua Tabir Air
) di belakang sebuah
air terjun
raksasa. Monyet-monyet mengangkatnya sebagai raja mereka kemudian Sun Go Kong menggelari dirinya sendiri sebagai
M?i Houwang
(Raja Monyet yang Gagah). Ia menyadari bahwa dirinya masih akan mengalami
kematian
meskipun ia berkuasa atas monyet-monyet yang lain, maka Sun Go Kong berniat untuk mencapai
keabadian
. Ia berkelana dengan
rakit
ke wilayah-wilayah keramat lalu menemui dan menjadi pengikut
Bodhi
, salah satu guru
Buddhisme
/
Taoisme
. Oleh karena itu, Sun Go Kong mempelajari seni bertutur-kata dan budi pekerti manusia.
[2]
Pada mulanya, Bodhi enggan menerima Sun Go Kong sebagai pengikutnya karena Sun Go Kong bukanlah manusia. Namun, sebab kegigihan dan ketabahan Sun Go Kong, Bodhi menjadi tertarik kepada monyet itu dan memberinya nama resmi
Sun Go Kong
("Sun" menunjukkan asal-usulnya sebagai monyet dan "Go Kong" membawa pengertian
sadar akan kekosongan
). Tidak lama kemudian, minat dan kecerdasan Sun Go Kong menjadikannya salah satu pengikut kesayangan Bodhi. Bodhi membimbing dan melatihnya berbagai ilmu sakti dan Sun Go Kong menguasai ilmu
perubahan bentuk
yang dikenal sebagai "72 perubahan". Ilmu itu membuat yang menguasainya dapat berubah wujud dalam berbagai bentuk yang memungkinkan, termasuk manusia dan barang. Sun Go Kong juga belajar
perjalanan awan
, termasuk teknik
J?nd?uyun
(bersalto di atas awan) yang dapat mencapai 108.000
li
(54.000 km). Ia juga dapat mengubah setiap bulunya yang berjumlah 84.000 menjadi barang dan makhluk; atau
mengklonkan
dirinya. Sun Go Kong menjadi terlalu angkuh karena kemampuannya dan mulai berbicara angkuh dengan murid-muridnya yang lain. Hal itu membuat Bodhi tidak senang kemudian mengusirnya dari
kuil
. Sebelum mereka berpisah, Bodhi meminta Sun Go Kong supaya berjanji untuk tidak akan memberitahu siapapun tentang bagaimana dia mendapatkan ilmu tersebut.
[2]
Di Gunung Hwakuo, Sun Go Kong memantapkan kedudukannya sebagai salah satu
siluman
yang paling berkuasa dan berpengaruh di dunia. Untuk mencari senjata yang sesuai, ia menjelajah lautan dan memperoleh tongkat sakti. Tongkat itu dapat berubah ukuran dan menduplikasikan diri, juga bergerak sesuai kehendak hati pemiliknya. Mulanya tongkat itu digunakan oleh
Yu Agung
untuk mengukur kedalaman lautan, kemudian menjadi "Tiang yang Menenangkan Lautan" serta harta karun
Ao Guang
(
Raja Naga
Laut Timur). Berat tongkat itu adalah 13.500
kati
(8.100 kg). Saat Sun Go Kong mendekatinya, tiang itu bersinar, menandakan bahwa ia telah menjumpai pemiliknya yang sesungguhnya. Sun Go Kong menggunakannya sebagai senjata serta menyimpannya di dalam telinga sebagai
jarum jahit
. Hal tersebut menyebabkan para makhluk sakti laut ketakutan serta mengakibatkan huru-hara di laut karena bisa berakibat
pasang surut
lautan. Selain merampas tongkat sakti itu, Sun Go Kong juga menewaskan naga-naga empat laut dalam pertempuran dan memaksa mereka menyerahkan
baju zirah
(鎖子黃金甲), topi berbulu
Fenghuang
(鳳翅紫金冠
Fengchiz?jingu?n
), serta
sepatu bot
yang membuat Sun Go Kong dapat berjalan di atas awan (藕絲步雲履
?us?buyunl?
). Saat petugas
neraka
datang untuk mencabut nyawanya, ia berubah wujud menjadi makhluk lain sehingga mereka terkecoh. Ia kemudian menghapuskan namanya beserta nama semua monyet yang dikenalinya dari "Buku Hidup dan Mati". Raja-raja Naga dan
Akhirat
memutuskan untuk mengadukannya kepada
Kaisar Giok
di
Surga
.
[2]
Kaisar Giok
berharap dengan memberikan Sun Go Kong jabatan di
kalangan dewa
akan membuatnya lebih mudah diawasi. Sun Go Kong mengira ia akan diangkat sebagai salah satu dewa, tetapi ia hanya dijadikan pengurus kandang kuda surga untuk menjaga kuda. Setelah mengetahui hal itu, ia memberontak dan mengangkat dirinya sebagai
Bikkhu
Agung dan bersekutu dengan para
siluman
yang paling berkuasa di dunia. Percobaan awal Surga untuk mengalahkan Raja Monyet tidak berhasil. Selanjutnya, para dewa terpaksa mengakui gelar Sun Go Kong tersebut serta mencoba menawarinya kedudukan kepadanya sebagai "Pelindung Taman Surga". Saat Sun Go Kong mendapati dirinya tidak diundang untuk menghadiri sebuah jamuan kerajaan oleh
Xi Wangmu
, sementara dewa dan dewi lain diundang, ia menjadi marah. Setelah mencuri
persik keabadian
Xi Wangmu
,
pil lanjut usia
Lao Tzu
, serta minuman anggur Kaisar Giok, Sun Go Kong melarikan diri kembali ke kerajaannya untuk menyusun pemberontakan.
Sun Go Kong kemudian menewaskan Tentara Surga yang terdiri atas 100.000 pahlawan samawi dan membuktikan dirinya menjadi lawan tanding
Er Lang Shen
, jenderal Surga yang terunggul. Namun, ia akhirnya berhasil ditangkap atas kuasa
Taoisme
dan
Buddhisme
, serta usaha para
setengah dewa
. Beberapa percobaan hukuman mati untuknya gagal, sehingga Sun Go Kong akhirnya dikurung dalam sebuah tungku
bagua
Lao Tzu
untuk disuling menjadi pil obat dengan cara dibakar menggunakan api meditasi yang paling panas. Namun, tungku tersebut meledak setelah 49 hari dan Sun Go Kong melompat ke luar, bahkan menjadi lebih kuat daripada yang dahulu. Sun Go Kong kemudian berbuat berbagai kejahatan melalui
hu?y?n-j?nj?ng
(火眼金睛; lit. renungan keemasan mata bernyala-nyala), yaitu suatu keadaan saat mata tahan terhadap asap.
Setelah semua cara gagal dilakukan, Kaisar Giok memohon kepada
Buddha
yang tinggal di kuilnya di Barat. Buddha
bertaruh
dengan Sun Go Kong bahwa Sun Go Kong tidak akan dapat melarikan diri dari
tapak tangannya
. Sun Go Kong yang dapat menempuh 108.000
li
dalam satu kali lompatan, dengan angkuhnya, setuju dengan taruhan tersebut. Ia kemudian melompat bahkan dengan berkali-kali melompat dan mendarat pada suatu tempat yang hanya terdapat lima batang tiang. Ia mengira telah mencapai ujung dunia. Sebagai penanda bahwa dirinya telah sampai di tempat itu, ia menulis pada tiang-tiang itu kalimat "Bikkhu Agung yang Sama Kedudukannya dengan Surga", kemudian mengencinginya. Ia kemudian melompat kembali ke telapak tangan Buddha untuk mengklalim kemenangan taruhannya. Ia terkejut seteah menyadari bahwa kelima tiang tersebut adalah kelima jari tangan Buddha. Sun Go Kong segera berusaha melarikan diri, tetapi Buddha menindihnya dengan telapak tangan yang berubah menjadi gunung. Gunung tersebut disegel dengan mantra
Om Mani Padme Hum
dalam huruf emas. Sun Go Kong terkurung di sana selama lima abad.
[2]
Lima abad kemudian,
Bodhisatva Guanyin
sedang mencari-cari pengikut untuk melindungi
Xuanzang
, seorang
penziarah
Dinasti Tang
, yang ingin membuat perjalanan ke
India
untuk memperoleh
sutra
agama Buddha
. Pada saat Sun Go Kong mendengar hal itu, dia menawarkan diri untuk ditukar dengan kebebasannya.
Guanyin
memahami bahwa Sun Go Kong sangat sulit dikendalikan, Guanyin kemudian memberi Xuanzang sebuah cekak rambut (bandana) ajaib, hadiah dari Buddha. Ketika Sun Go Kong kemudian ditipu untuk memakainya. Ternyata, cekak itu tidak dapat dilepaskan lagi. Dengan mantra khusus, cekak itu dapat mengetat dan mengakibatkan kesakitan yang tidak tertahankan pada kepala Sun Go Kong. Supaya adil, Guanyin juga memberi Sun Go Kong tiga bulu yang istimewa yang boleh digunakan dalam keadaan yang mendesak. Di bawah pengawasan Xuanzang, Sun Go Kong diperbolehkan melakukan perjalanan ke Barat.
Sun Go Kong membantu Xuanzang dengan setia dalam perjalanannya ke India. Mereka pergi juga bersama "Pigsy" (猪八戒
Zhu Bajie
) dan "Sandy" (沙悟?
Sha Wujing
) yang menawarkan diri untuk menebus
dosa
mereka. Keselamatan Xuanzang seringkali terancam oleh setan-setan serta makhluk-
makhluk gaib
yang lain yang mempercayai bahwa daging Xuanzang apabila dimakan dapat menambah umur. Sun Go Kong bertindak sebagai pengawal pribadi Xuanzang dan dikaruniai kuasa Surga untuk memerangi ancaman-ancaman tersebut. Pada akhirnya, kelompok itu menghadapi 81 kesengsaraan sebelum mencapai misi mereka dan kembali ke
China
. Sun Go Kong kemudian mencapai
Kebuddhaan
atas dedikasi kesetiaan dan kekuatannya.
[2]
Muncul opini bahwa Wu mengambil tokoh Sun Go Kong muncul dari inspirasinya atas cerita Ramayana dari India yang mana juga ada mengisahkan tokoh kera sakti Hanoman.
[3]
Di dalam kalangan sastrawan Tiongkok sendiri juga terdapat pendapat yang mendukung opini ini, tetapi mayoritas menolak teori ini. Ada juga yang berpendapat bahwa Wu mendapat inspirasi dari Hanoman, tetapi Sun Go Kong kemudian digambarkan tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman India.
Lu Xun
(1881~1936) adalah Bapak Sastra Modern Tiongkok yang terkenal. Ia berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah karya Wu yang mengambil inspirasi dari cerita karya
Lee Gong-zuo
yang hidup di zaman
Dinasti Tang
. Dalam novelnya berjudul "Gu Yue Du Jing", ia menceritakan tentang siluman sakti bergelar Huai Wo Shuei Shen yang akhirnya juga berhasil ditaklukkan oleh kekuatan Buddha. Setelahnya ia berganti nama menjadi Wu Zi Qi. Lu Xun berpendapat bahwa Wu Cheng-en mengambil tokoh Sun Go Kong atas modifikasi
Wu Zi Qi
. Lalu, sastrawan lain juga berpendapat bahwa tokoh Sun Go Kong adalah asli Tiongkok karena ada seorang Bikkhu yang juga terkenal pada masa Dinasti Tang bergelar Wu Kong (Go Kong =
Hokkian
), nama asli
Che Chao-feng
.
[3]
Namun
Hu Shi
, sastrawan lain berpendapat bahwa Wu mengambil inspirasi dari Hanoman yang dikisahkan dalam cerita Ramayana. Karena ia berspekulasi bahwa tidak mungkin cerita Ramayana yang terkenal itu tidak sampai di Tiongkok. Jadi pasti ada pengaruh Hanoman pada karya
Wu Cheng-en
tadi. Ada pula sastrawan lain
Ji Xian-lin
yang berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah Hanoman yang dimodifikasi menjadi Sun Go Kong tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman-nya sendiri kecuali sama2 merupakan kera sakti. Namun kera sakti Sun Go Kong jelas adalah perpaduan antara kepercayaan, cerita rakyat dan kreasi daripada penulisnya sendiri, Wu Cheng-en.
[3]