Lufthansa Penerbangan 181
Landshut
, pesawat Lufthansa yang dibajak.
|
|
Tanggal
| 13?18 Oktober 1977 (5 hari)
|
---|
Ringkasan
| Pembajakan pesawat
|
---|
Lokasi
| Bermula di atas
Laut Mediterania
, selatan
pantai Mediterania Prancis
; berakhir di
Bandar Udara Internasional Mogadishu
,
Somalia
|
---|
Penumpang
| 86
(tidak termasuk 4 pembajak)
|
---|
Awak
| 5
|
---|
Cedera
| 5
(3 penumpang, 1 awak, 1 pembajak)
|
---|
Tewas
| 4
(1 awak, 3 pembajak)
|
---|
Selamat
| 91
(86 penumpang, 4 awak, 1 pembajak)
|
---|
Jenis pesawat
| Boeing 737-230C
|
---|
Nama pesawat
| Landshut
|
---|
Operator
| Lufthansa
|
---|
Registrasi
| (berestrigasi D-ABCE)
|
---|
Asal
| Bandar Udara Son Sant Joan
,
Palma de Mallorca
, Spanyol
|
---|
Tujuan
| Bandar Udara Frankfurt
,
Frankfurt
, Jerman
|
---|
Lufthansa Penerbangan 181
adalah sebuah penerbangan
Lufthansa
yang dioperasikan oleh pesawat
Boeing 737-230C
Landshut
, registrasi D-ABCE, di mana pada tanggal 13 Oktober 1977 sore hari, pesawat
dibajak
oleh empat anggota
Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina
(PFLP) yang menyebut diri mereka sebagai "Komando Martir Halima". Tujuan dari pembajakan tersebut adalah untuk mengamankan proses pembebasan para pemimpin
Faksi Pasukan Merah
(RAF) yang dipenjara di Jerman. Pada tanggal 18
Oktober
dini hari, pasukan unit taktis operasi khusus anti-terorisme elit
Jerman Barat
GSG-9
, yang didukung oleh
Angkatan Bersenjata Somalia
, menyerbu pesawat di
Mogadishu
,
Somalia
dan berhasil menyelematkan seluruh 86 penumpang dan empat dari lima awak pesawat.
[1]
Operasi penyelamatan tersebut diberi nama sandi
Feuerzauber
("Sihir Api" dalam
bahasa Jerman
). Peristiwa pembajakan
Landshut
dianggap sebagai bagian dari serangkaian peristiwa penculikan dan pembunuhan di
Jerman
pada saat itu yang disebut sebagai
Musim Gugur Jerman
.
Dua awak pilot dan tiga awak kabin mengoperasikan penerbangan pergi-pulang dari
Frankfurt
menuju
Palma de Mallorca
:
[2]
- Jurgen Schumann
[
de
]
(37)
- Kapten
penerbangan. Lahir di
Colditz
pada tahun 1940, ia adalah mantan penerbang
F-104 Starfighter
di
Luftwaffe
. Pada tanggal 16 Oktober 1977 di
Bandar Udara Aden
, setelah diizinkan keluar untuk memeriksa kondisi kelayakan terbang pesawat, ia pergi berbicara dengan otoritas bandara di Yaman. Schumann kemudian masuk kembali ke dalam pesawat dan kemudian ditembak mati oleh Akache, kepala pembajak pesawat. Schumann dianugerahi penghargaan
Salib Jasa Federal
kelas utama. Semasa hidupnya, ia tinggal bersama dengan istri dan kedua putranya. Gedung yang menaungi sekolah pilot Lufthansa di
Bremen
diberi nama dari dirinya, begitu pula dengan sebuah jalan di kota
Landshut
,
Bayern
. Schumann dimakamkan di
Babenhausen
,
Hessen
.
- Jurgen Vietor (35)
- Kopilot
. Lahir di
Kassel
pada tahun 1942, ia adalah mantan penerbang di
Angkatan Laut Jerman
. Vietor menerbangkan
Landshut
dari
Aden
menuju
Mogadishu
sendirian setelah Schumann ditembak mati di Aden. Vietor kembali bertugas sebagai pilot enam minggu pasca peristiwa pembajakan, dan pesawat pertama yang diterbangkannya pasca peristiwa tersebut adalah
Landshut
, pesawat yang sama, tetapi telah diperbaiki dan bisa kembali beroperasi. Vietor pensiun pada tahun 1999. Seperti halnya Schumann, Vietor juga dianugerahi penghargaan
Salib Jasa Federal
kelas utama, tetapi ia mengembalikan penghargaan tersebut pada bulan Desember 2008 sebagai bentuk protes atas pembebasan dalam masa percobaan
Christian Klar
, seorang teroris dari
Faksi Pasukan Merah
(RAF) yang ikut terlibat dalam peristiwa penculikan dan pembunuhan
Hanns-Martin Schleyer
pada tahun 1977.
- Hannelore Piegler (33)
- Kepala
awak kabin
. Piegler bertanggung jawab dalam urusan pelayanan awak kabin kepada para penumpang dan bertugas melayani penumpang di kelas utama. Piegler kemudian merilis sebuah buku yang berjudul 'A Hundred Hours Between Fear and Hope'.
[3]
- Anna-Maria Staringer (28)
- Awak kabin. Staringer merayakan hari ulang tahunnya yang ke-28 di salah satu hari ketika peristiwa pembajakan berlangsung. Ketika pesawat berada di Dubai, Akache memesan kue ulang tahun dan sampanye kepada petugas darat Bandar Udara Dubai melalui radio. Petugas katering Bandar Udara Dubai kemudian memberikan sebuah kue ulang tahun yang dihiasi dengan 28 lilin yang menggambarkan tulisan "Happy Birthday Anna-Maria". Para sandera juga diminta untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
[4]
- Gabriele Dillmann
(23)
- Awak kabin. Dillmann disebut sebagai "Malaikat Mogadishu" (
Engel von Mogadischu
) oleh kalangan pers di Jerman. Seperti halnya Schumann dan Vietor, ia juga dianugerahi penghargaan
Salib Jasa Federal
. Dillmann kemudian menikah dengan Rudeger von Lutzau, pilot Lufthansa yang menerbangkan pesawat Boeing 707 yang membawa pasukan komando GSG-9 ke Mogadishu. Setelah menikah dan menggunakan nama
Gabriele von Lutzau
, ia mendapatkan perhatian dari dunia internasional atas karya-karyanya sebagai pematung (terutama dengan bahan kayu
beech
), dan ia telah mengadakan sejumlah pameran di Jerman dan di penjuru Eropa.
Personel utama penyelamat dari Jerman Barat
[
sunting
|
sunting sumber
]
- Kolonel
Ulrich Wegener
(48)
[5]
- Petugas Penjaga Perbatasan Federal (
Bundesgrenzschutz
) yang pernah bertugas sebagai
naradamping
dengan Menteri Dalam Negeri Jerman Barat ketika terjadi peristiwa
Pembantaian Munchen
oleh
Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO) selama
Olimpiade Musim Panas 1972
. Wegener kemudian ditunjuk oleh Pemerintah Jerman Barat untuk mendirikan dan memimpin sebuah unit taktis operasi khusus anti-terorisme elit. Unit tersebut secara resmi didirikan pada tanggal 17 April 1973 sebagai bagian dari layanan penjaga perbatasan federal dan diberi nama
GSG-9
, yang merupakan singkatan dari
Grenzschutzgruppe 9
(Penjaga Perbatasan, Grup 9), karena
Bundesgrenzschutz
sendiri telah memiliki delapan kelompok penjaga perbatasan reguler. Wegener pernah dilatih oleh pasukan
SAS
dan
Sayeret Matkal
, di mana keduanya saat itu merupakan unit anti-terorisme yang berdiri secara resmi di dunia. Wegener juga terlibat dalam operasi penyelamatan sandera asal Israel dalam
Operasi Entebbe
pada tahun 1976.
[6]
Wegener merencanakan dan memimpin operasi pembebasan para sandera yang ditahan di dalam pesawat 737
Landshut
di Mogadishu. Setelah pensiun dari GSG-9, ia bekerja sebagai konsultan untuk membantu mendirikan unit anti-terorisme di sejumlah negara di dunia. Wegener juga merupakan anggota komite keamanan KOTTER GmbH & Co. KG Verwaltungsdienstleistungen. Wegener meninggal dunia pada tanggal 28 Desember 2017.
- Mayor
Klaus Blatte (38)
- Deputi komandan GSG-9 pada tahun 1977 dan salah satu dari empat pemimpin pasukan penyerangan yang menyerbu pesawat 737
Landshut
di Mogadishu. Blatte kemudian ditunjuk sebagai komandan GSG-9 setelah Wegener pensiun.
- Menteri
Hans-Jurgen Wischnewski
(55)
- Menteri Luar Negeri di
Jawatan Kanselir Jerman
yang ditugaskan oleh Kanselir
Helmut Schmidt
sebagai utusan khususnya untuk mengoordinasikan negosiasi politiknya dengan pemerintah-pemerintah di negara lain untuk memfasilitasi pembebasan dan penyelamatan sandera di pesawat 737
Landshut
. Berkat kontak yang baik dan hubungan pribadinya dengan sejumlah pemimpin negara-negara Arab, ia diberi julukan "Ben Wisch" oleh kalangan pers di Jerman. Wischnewski kehilangan jabatannya setelah
CDU
mengambilalih kekuasaan pemerintahan Jerman Barat pada tahun 1982. Wischnewski kemudian menjadi konsultan negara-negara
dunia Arab
, Afrika, dan Amerika Selatan, dengan memberikan nasihat-nasihat dalam teknik bernegosiasi dan kebijakan-kebijakan pengamanan dalam menghadapi kelompok-kelompok teroris dan pemberontak. Wischnewski meninggal dunia pada tahun 2005.
- Kanselir
Helmut Schmidt
(59)
- Kanselir Republik Federal Jerman
(
Bundeskanzler
) dari tahun 1974 hingga 1982 yang mengadopsi pendirian yang keras dan tanpa kompromi dalam peristiwa penculikan
Hanns-Martin Schleyer
dan pembajakan
Landshut
pada tahun 1977. Schmidt mengesahkan penugasan pasukan komando GSG-9 untuk menyelamatkan para sandera di dalam pesawat 737
Landshut
, dan kebijakan-kebijakan anti-terorisme yang dibuatnya berhasil mengatasi berbagai ancaman yang ditimbulkan oleh
Faksi Pasukan Merah
(RAF) sejak lama. Setelah pensiun dari
Bundestag
pada tahun 1986, ia membantu mendirikan sebuah komite yang mendukung
Persatuan Ekonomi dan Moneter Uni Eropa
dan pendirian
Bank Sentral Eropa
. Schmidt meninggal dunia pada tahun 2015.
Pada hari Kamis tanggal 13 Oktober 1977 pukul 11.00 siang, Lufthansa Penerbangan 181 yang dioperasikan oleh pesawat Boeing 737
Landshut
lepas landas dari
Palma de Mallorca
dengan tujuan
Frankfurt
. Penerbangan tersebut membawa 86 penumpang dan lima awak, dengan Kapten Jurgen Schumann dan Kopilot Jurgen Vietor sebagai pilot.
[7]
Sekitar 30 menit kemudian, ketika pesawat terbang di atas kota
Marseille
, pesawat dibajak di udara oleh empat militan yang menyebut diri mereka sebagai "Komando Martir Halima", nama yang diambil sebagai penghormatan kepada
Brigitte Kuhlmann
, sesama anggota militan yang terbunuh dalam
Operasi Entebbe
satu tahun sebelumnya.
[7]
Pemimpin dari kelompok pembajakan tersebut adalah Zohair Youssif Akache, laki-laki 23 tahun asal
Palestina
yang menggunakan
nama samaran
"Captain Martyr Mahmud". Tiga orang lainnya adalah
Suhaila Sayeh
(perempuan 24 tahun asal Palestina) dan dua orang asal
Lebanon
yaitu Wabil Harb (laki-laki 23 tahun) dan Hind Alameh (perempuan 22 tahun).
[7]
Akache ("Mahmud") dengan marah masuk ke dalam kokpit dan menodongkan senjata beramunisi penuh peluru. Ia menarik keluar Vietor secara paksa dari kokpit dan membawanya ke kabin kelas ekonomi untuk bersama dengan para penumpang dan awak kabin, sehingga hanya menyisakan Schumann untuk menerbangkan pesawat.
[7]
Selagi tiga pembajak lainnya menjatuhkan nampan makanan penumpang dan menyuruh para sandera untuk mengangkat kedua tangannya, Mahmud memaksa Schumann untuk menerbangkan pesawat ke Larnaca, Siprus. Namun karena pesawat tidak membawa cukup bahan bakar, maka pesawat harus mendarat di
Roma
terlebih dahulu.
[7]
Pesawat yang telah dibajak tersebut mengubah arah terbangnya sekitar pukul 14.30 sore, seperti yang diperhatikan oleh para petugas
pemandu lalu lintas udara
di
Aix-en-Provence
. Pesawat terbang ke arah timur dan mendarat di
Bandar Udara Fiumicino
, Roma pada pukul 15.45 untuk mengisi bahan bakar. Para pembajak mengumumkan tuntutan pertama mereka, yaitu tuntutan yang sama seperti Komando Siegfried Hausner, kelompok
Faksi Pasukan Merah
(RAF) yang menculik
Hanns-Martin Schelyer
: pembebasan sepuluh teroris anggota RAF yang ditahan di Penjara
JVA Stuttgart-Stammheim
, ditambah dengan dua orang Palestina yang ditahan di
Turki
, dan uang sebesar US$ 15 juta.
[7]
Menteri Dalam Negeri Jerman Barat
Werner Maihofer
menghubungi Menteri Dalam Negeri Italia
Francesco Cossiga
dan menyarankan agar roda-roda pesawat ditembak untuk mencegah pesawat lepas landas. Setelah berkonsultasi dengan rekan-rekannya, Cossiga memutuskan bahwa Pemerintah Italia tidak akan ikut campur tangan dengan peristiwa pembajakan yang terjadi. Pesawat mengisi ulang bahan bakar hingga penuh sebanyak 11 ton, sehingga Mahmud dapat memerintahkan Vietor (yang telah diperbolehkan masuk kembali ke dalam kokpit atas permintaan Schumann) untuk menerbangkan pesawat ke Larnaca pada pukul 17.45, meskipun pesawat tidak mendapatkan izin dari pemandu lalu lintas udara Roma.
[7]
Landshut
mendarat di
Bandar Udara Larnaca
di
Larnaca
, Siprus pada pukul 20.28 malam. Setelah sekitar satu jam, seorang perwakilan
Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO) setempat tiba di Bandar Udara Larnaca dan, melalui komunikasi radio, berupaya untuk membujuk Mahmud agar membebaskan para sandera. Hal tersebut memancing kemarahan Mahmud, yang kemudian marah dan mulai meneriakinya dalam
bahasa Arab
, hingga akhirnya perwakilan PLO tersebut menyerah dan pergi. Pesawat kemudian mengisi bahan bakar dan Schumann meminta agar dibuatkan rute penerbangan menuju
Beirut
. Schumann diberitahu bahwa
Bandar Udara Beirut
telah diblokade dan ditutup untuk pesawatnya, dan Mahmud memberikan sugesti bahwa pesawat akan terbang ke
Damaskus
sebagai gantinya.
Landshut
lepas landas dari Larnaca pada pukul 22.50 menuju Beirut, tetapi ditolak untuk mendarat di sana pada pukul 23.01. Setelah pesawat juga ditolak untuk mendarat di Damaskus pada pukul 23.14,
Bagdad
pada pukul 00.13, dan
Kuwait
pada pukul 00.58, pesawat terbang menuju
Bahrain
.
[7]
Schumann diberitahu oleh pesawat
Qantas
yang melintas bahwa
Bandar Udara Bahrain
juga ditutup bagi pesawatnya. Schumann kemudian menghubungi petugas pemandu lalu lintas udara setempat dan memberitahu mereka bahwa pesawatnya tidak memiliki cukup bahan bakar untuk terbang lebih jauh, dan meskipun ia diberitahu lagi bahwa bandara telah ditutup, ia mendadak diberi frekuensi pendaratan otomatis oleh petugas pemandu lalu lintas udara. Pesawat akhirnya mendarat di Bahrain pada pukul 01.52 dini hari tanggal 14 Oktober. Begitu pesawat tiba di Bahrain, pesawat segera dikepung oleh pasukan tentara bersenjata, dan Mahmud menghubungi petugas menara pemandu bahwa ia akan menembak kopilot pesawat jika pasukan tersebut tidak segera ditarik mundur. Setelah berseteru dengan petugas pemandu, dengan Mahmud mengatur batas waktu lima menit dan mengarahkan senjata berpeluru ke kepala Vietor, pasukan tentara tersebut akhirnya ditarik mundur. Pesawat kemudian mengisi ulang bahan bakar dan lepas landas menuju
Dubai
pada pukul 03.24.
[7]
Begitu mendekati Dubai,
Landshut
lagi-lagi ditolak mendarat. Ketika pesawat terbang melintasi
Bandar Udara Dubai
awal pagi hari itu, kedua pilot dan para pembajak melihat bahwa landasan pacu bandara tersebut telah diblokade oleh kendaraan militer dan pemadam kebakaran. Dengan bahan bakar pesawat yang semakin menipis, Schumann menghubungi petugas pemandu lalu lintas udara Dubai bahwa pesawat akan tetap mendarat di sana. Selagi pesawat melakukan terbang rendah di atas bandara tersebut, kendaraan-kendaraan yang memblokade landasan pacu akhirnya ditarik mundur. Pada pukul 05.40 pagi tanggal 14 Oktober, pesawat mendarat di Dubai. Pesawat diparkir di sebuah anjungan parkir pesawat pada pukul 05.51.
[7]
Di Dubai, para pembajak memerintahkan petugas pemandu lalu lintas udara untuk mengirimkan petugas darat bandara untuk mengosongkan tangki toilet pesawat, membawa pasokan makanan, minuman, obat-obatan, surat kabar, dan membersihkan sampah. Kapten Schumann dapat memberitahu banyaknya pembajak yang berada di dalam pesawat, yaitu merinci bahwa terdapat dua pembajak laki-laki dan dua pembajak perempuan, dengan melemparkan dua jenis bungkus rokok yang berbeda dari jendela kokpit pesawatnya ke aspal anjungan parkir pesawat.
[8]
Dalam sebuah wawancara dengan para wartawan, informasi tersebut diungkap oleh
Sheikh Mohammed
, Menteri Pertahanan Uni Emirat Arab saat itu.
[9]
Para pembajak mengetahui hal tersebut, kemungkinan melalui radio, yang menyebabkan Mahmud dengan marah mengancam nyawa Schumann karena membagikan informasi tersebut secara diam-diam. Pesawat tetap diparkir di Bandar Udara Dubai sepanjang hari itu karena pesawat mengalami masalah teknis dengan generator elektrik, sistem pendingin udara, dan
auxiliary power unit
, dan para pembajak menuntut agar pesawat diperbaiki.
[7]
Pada pagi hari Minggu tanggal 16 Oktober, Mahmud mengancam untuk mulai menembak para sandera jika pesawat tidak mengisi bahan bakar, dan petugas darat di Bandar Udara Dubai akhirnya setuju untuk mengisi bahan bakar pesawat. Pada saat yang bersamaan,
Hans-Jurgen Wischnewski
, menteri
Jerman Barat
yang bertanggung jawab untuk menangani masalah pembajakan, bersama dengan Kolonel
Ulrich Wegener
, komandan pasukan komando Jerman Barat
GSG-9
, tiba di Dubai untuk berupaya membujuk Pemerintah Uni Emirat Arab agar memperbolehkan pasukan komando GSG-9 datang ke Dubai untuk menyerbu pesawat. Namun, setelah pasukan komando GSG-9 mendapatkan izin untuk menyerbu pesawat, anggota senior pasukan SAS dan GSG-9 bersikeras untuk melakukan latihan tempur tambahan dan latihan menembak di lapangan terbang terdekat. Sebuah laporan menyebutkan bahwa latihan tersebut berlangsung di Dubai hingga 45 jam (dalam rentang waktu 80 jam). Ketika Wegener sedang merenungkan opsinya,
Landshut
kembali bergerak setelah pihak Bandar Udara Dubai mengisi ulang bahan bakar pesawat hingga penuh dan pilot mulai menyalakan mesinnya. Pada pukul 12.19 siang hari itu, pesawat lepas landas menuju
Shalalah
dan Masirah di
Oman
, di mana
Landshut
lagi-lagi ditolak mendarat dan kedua bandara di kota tersebut diblokade. Setelah otoritas di
Riyadh
juga menutup dan memblokade bandara dari pesawat pada pukul 14.50 sore, pesawat terbang menuju
Aden
di
Yaman Selatan
, di ambang batas jangkauan terbang pesawat dengan bahan bakar yang tersedia.
[7]
Terbang mendekati dan melintasi Aden,
Landshut
lagi-lagi ditolak untuk mendarat, kali ini di
Bandar Udara Aden
, dan kedua landasan pacu berikut anjungan parkir bandara diblokade oleh sejumlah kendaraan dari militer dan bandara tersebut. Bahan bakar pesawat terus menipis, tetapi otoritas Bandar Udara Aden berulang kali menolak untuk mengosongkan landasan pacu, sehingga Vietor tidak punya pilihan lain kecuali melakukan pendaratan darurat di landasan berpasir yang terletak di antara kedua landasan pacu yang sebenarnya. Pesawat tetap utuh setelah mendarat, tetapi ketika otoritas Bandar Udara Aden berkata kepada para pilot dan pembajak bahwa pesawat harus lepas landas lagi, kedua pilot khawatir dengan kondisi pesawat setelah pendaratan yang kasar dan keras yang di landasan yang berpasir dan berbatu, sehingga pesawat dinyatakan tidak aman untuk lepas landas dan terbang sampai pemeriksaan teknis yang menyeluruh dilakukan terhadap pesawat. Setelah teknisi pesawat menyatakan bahwa struktur pesawat masih baik-baik saja, Mahmud kemudian mempersilakan Schumann untuk memeriksa kondisi mesin dan roda pendaratan pesawat. Kedua mesin pesawat menghisap banyak pasir dan tanah ketika pembalik daya dorongnya aktif dan tersumbat. Roda pendaratan pesawat tidak patah, tetapi strukturnya melemah dan sistem mekanik penggeraknya rusak. Schumann tidak segera kembali ke dalam pesawat setelah memeriksa kondisi pesawat, meskipun ia telah berulang kali dipanggil oleh para pembajak, yang kemudian mengancam untuk meledakkan pesawat jika Schumann tidak kembali. Alasan dari begitu lamanya Schumann untuk kembali ke dalam pesawat masih menjadi tanda tanya hingga saat ini. Beberapa laporan berita, termasuk wawancara dengan otoritas bandara di Yaman, menyiratkan bahwa Schumann meminta petugas darat bandara untuk mencegah pesawat lepas landas dan menolak untuk memenuhi tuntutan para pembajak.
[10]
[11]
Schumann akhirnya masuk kembali ke dalam pesawat dan langsung menghadapi kemurkaan Mahmud, yang memaksanya untuk berlutut di lantai kabin penumpang sebelum akhirnya ia ditembak mati di kepalanya, tanpa memberikan Schumann kesempatan untuk menjelaskan alasannya terlalu lama keluar dari pesawat.
[10]
[11]
Pesawat yang masih dibajak tersebut mengisi ulang bahan bakar pada pukul 01.00 dini hari tanggal 17 Oktober, dan pada pukul 02.02, atas bujukan Vietor, pesawat lepas landas dengan lamban dan berbahaya dari Aden menuju
Mogadishu
.
[7]
Pada pagi hari tanggal 17 Oktober, sekitar pukul 06.34 waktu setempat,
Landshut
mendarat di landasan pacu utama
Bandar Udara Aden Adde
di Mogadishu. Pemerintah Somalia pada awalnya menolak untuk memberikan izin bagi pesawat untuk mendarat, tetapi kemudian diizinkan ketika pesawat muncul di teritori udara Somalia, karena khawatir penolakan izin mendarat bagi pesawat akan membahayakan para penumpang dan awak. Mahmud (Akache) berkata kepada Vietor bahwa ia sangat terkesan dengan kepiawaian Vietor dalam menerbangkan pesawat, sehingga Vietor diperbolehkan untuk keluar dari pesawat dan melarikan diri, karena pesawat tersebut sudah tidak bisa terbang lagi ke mana pun. Namun, Vietor memilih untuk tetap bersama dengan seluruh 86 penumpang dan tiga awak lainnya. Begitu pesawat diparkir di depan terminal utama bandara, pasukan tentara bersenjata Somalia mengepung pesawat. Jasad Schumann, yang disimpan di dalam sebuah lemari jas di dalam pesawat selama penerbangan dari Aden ke Mogadishu, dikeluarkan melalui seluncur evakuasi pintu darurat belakang sebelah kanan pesawat dan dibawa menjauh dari pesawat oleh ambulans.
Sepanjang hari itu, para pembajak meminta pasokan makanan dan obat-obatan, yang kemudian dikirimkan setelah Pemerintah Somalia memberikan izin; permintaan dari Pemerintah Somalia kepada para pembajak untuk menukar pasokan tersebut dengan para sandera perempuan dan anak-anak ditolak.
[12]
Para pembajak mengatur batas waktu hingga pukul 16.00 sore untuk membebaskan anggota Faksi Pasukan Merah (RAF) yang ditahan, dengan ancaman untuk meledakkan pesawat jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi. Para pembajak menyiramkan
spirits
yang diambil dari kereta dorong
toko bebas bea
pesawat sebagai persiapan untuk menghancurkan pesawat, yang kemudian tidak terjadi setelah Pemerintah Jerman Barat setuju untuk membebaskan anggota RAF yang ditahan, tetapi pemindahan para tahanan tersebut ke Mogadishu akan memakan waktu beberapa jam. Para pembajak sepakat untuk memperpanjang batas waktu hingga pukul 02.30 dini hari keesokan harinya (18 Oktober).
[7]
Pada saat yang bersamaan, ketika
Kanselir
Jerman Barat
Helmut Schmidt
berupaya untuk menegosiasikan sebuah kesepakatan dengan
Presiden Somalia
Siad Barre
, menteri
Hans-Jurgen Wischnewski
dan komandan GSG-9 Kolonel
Ulrich Wegener
tiba di Mogadishu dari
Jeddah
dengan pesawat Boeing 707 Lufthansa yang dikopiloti oleh Rudiger von Lutzau (tunangan Gabriele Dillmann, salah seorang awak kabin). Di Jerman Barat, sebuah tim yang terdiri dari 30 anggota komando GSG-9 di bawah pimpinan deputi komandan Mayor Klaus Blattte telah berkumpul di lapangan terbang Hangelar di dekat
Bonn
, menunggu instruksi. Tim komando tersebut berangkat dari
Bandar Udara Koln Bonn
dengan pesawat Boeing 707 pada hari Senin pagi tanggal 17 Oktober menuju
Jibuti
, yang dilanjutkan dengan penerbangan singkat dari Jibuti ke Somalia, sedangkan Kanselir Schmidt terus mengupayakan negosiasi dengan Pemerintah Somalia. Ketika pesawat yang membawa tim komando tersebut terbang di atas
Etiopia
, sebuah kesepakatan antara Pemerintah Jerman Barat dan Somalia tercapai, dan pesawat diizinkan untuk mendarat di Mogadishu. Pesawat tersebut mendarat di Mogadishu pada pukul 20.00 malam waktu setempat dengan semua lampu pesawat dimatikan agar tidak terlihat oleh para pembajak.
[7]
Setelah empat jam menurunkan semua peralatan dan melakukan pengintaian, Kolonel Wegener dan Mayor Blatte menyelesaikan rencana penyerbuan pesawat, yang rencananya akan dimulai pada pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Mereka memutuskan untuk mendekati pesawat dari bagian belakang, yaitu di bagian
titik buta
pesawat, dalam enam kelompok menggunakan tangga
aluminium
yang dicat hitam, untuk mendapatkan akses masuk ke dalam pesawat melalui pintu darurat di bagian bawah badan pesawat dan melalui
jendela darurat
. Pada saat yang bersamaan, sebuah laporan palsu mengenai perjalanan para anggota RAF yang dibebaskan diberikan kepada Mahmud melalui seorang perwakilan Jerman Barat dari menara pemandu bandara. Tepat setelah pukul 02.00, Mahmud diberitahu bahwa pesawat yang membawa para anggota RAF yang dibebaskan telah berangkat dari
Kairo
setelah pesawatnya mengisi ulang bahan bakar, dan Mahmud diminta untuk memberitahukan persyaratan-persyaratan yang diajukan untuk menukar para penumpang dan awak yang disandera dengan anggota RAF yang dibebaskan melalui radio.
[7]
Sebagai tim operasi kecil, pasukan komando GSG-9 mengandalkan tentara Somalia untuk menjaga pertahanan darat di sekitar pesawat dan juga melakukan operasi tipuan.
[13]
[14]
Beberapa menit sebelum operasi penyelamatan dimulai, tentara Somalia menyalakan sebuah api dengan jarak 60 meter (200 ft) dari bagian depan pesawat sebagai taktik pengalih perhatian, sehingga memancing Akache dan dua dari tiga pembajak lainnya masuk ke dalam kokpit untuk memantau situasi yang sedang terjadi, dan mengisolir ketiganya dari para sandera di kabin penumpang.
[15]
Pada pukul 02.07 waktu setempat, pasukan komando GSG-9 secara diam-diam menaiki tangga-tangga yang telah disiapkan dan membuka pintu darurat pesawat. Kolonel Wegener sebagai ketua salah satu kelompok membuka pintu depan, sedangkan dua kelompok lainnya, masing-masing dipimpin oleh Sersan Mayor Dieter Fox dan Sersan Joachim Huemmer, mulai menyerbu pesawat dengan menaiki tangga untuk naik ke bagian atas sayap dan membuka kedua jendela darurat pesawat. Berteriak dalam bahasa Jerman kepada seluruh penumpang dan awak pesawat yang disandera untuk menunduk ke lantai kabin, tim komando tersebut menembak keempat pembajak. Wabil Harb dan Hind Alameh tewas dalam kontak senjata tersebut, sedangkan Zohair Akache dan
Suhaila Sayeh
terluka. Akache kemudian dinyatakan meninggal akibat luka yang dideritanya beberapa jam kemudian. Salah seorang anggota pasukan komando GSG-9 terluka karena terkena tembakan dari para pembajak. Tiga penumpang dan salah seorang awak kabin terluka ringan dalam baku tembak tersebut. Salah seorang penumpang asal Amerika Serikat menjelaskan detik-detik operasi tersebut: "Saya melihat pintu depan terbuka dan seorang pria muncul. Wajahnya dicat hitam dan ia mulai berteriak dalam bahasa Jerman 'Kami di sini untuk menyelamatkan Anda, menunduklah!' [
Wir sind hier, um euch zu retten, runter!
] dan mereka mulai menembak."
[16]
Alat seluncur evakuasi darurat pesawat kemudian dibuka dan seluruh penumpang dan awak pesawat diperintahkan untuk segera keluar dari pesawat. Pada pukul 02.12 waktu setempat, lima menit setelah penyerbuan dimulai, pasukan komando GSG-9 berbicara melalui radio: "
Fruhlingszeit! Fruhlingszeit!
", yang merupakan kata sandi untuk operasi yang diselesaikan dengan sukses. Beberapa saat kemudian, sebuah sinyal radio dikirimkan kepada Kanselir Schmidt di
Bonn
: "Empat musuh dilumpuhkan ? para sandera bebas ? empat sandera terluka ringan ? satu anggota komando terluka ringan".
[7]
Tim penyelamat mengawal seluruh 86 penumpang ke tempat yang aman,
[17]
dan beberapa jam kemudian mereka semua diterbangkan ke
Bandar Udara Koln Bonn
. Pesawat yang membawa para penumpang
Landshut
mendarat di Koln Bonn pada sore hari Selasa tanggal 18 Oktober dan disambut dengan sambutan pahlawan.
[18]
Berita penyelamatan para sandera dalam pembajakan
Landshut
diikuti oleh kabar tewasnya (dan diduga bunuh diri) anggota RAF bernama
Andreas Baader
,
Gudrun Ensslin
and
Jan-Carl Raspe
di Penjara JVA Stuttgart-Stammheim. Anggota RAF lain yang juga berupaya untuk bunuh diri, yaitu
Irmgard Moller
, berhasil selamat dari luka yang dideritanya. Pada hari Rabu tanggal 19 Oktober, jasad Hanns-Martin Schleyer, seorang industrialis asal Jerman Barat yang diculik oleh anggota RAF sekitar lima minggu sebelum pembajakan
Landshut
, ditemukan di dalam bagasi sebuah mobil di pinggiran jalan di
Mulhouse
; para anggota RAF telah menembaknya hingga tewas begitu mereka mendengar berita kematian rekan-rekannya yang dipenjara. Mereka menghubungi kantor surat kabar Prancis
Liberation
untuk mengumumkan 'pengeksekusian' Schleyer;
pemeriksaan post-mortem
yang dilakukan terhadap jasad Schleyer mengindikasikan bahwa ia telah dibunuh pada hari sebelum jasadnya ditemukan.
[7]
Pasca peristiwa pembajakan
Landshut
, Pemerintah Jerman Barat mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan lagi bernegosiasi dengan pihak teroris (seperti yang pernah terjadi sebelumnya dengan para pembajak pesawat
Lufthansa Penerbangan 649
dan
615
). Kanselir Jerman Barat
Helmut Schmidt
dipuji secara luas oleh negara-negara Barat atas keputusannya untuk memerintahkan operasi penyerbuan pesawat dan menyelamatkan para sandera, meskipun sejumlah pihak mengkritik tindakan berisiko tersebut.
[7]
Hubungan diplomatik antara
Jerman Barat
dan
Somalia
meningkat secara signifikan pasca peristiwa pembajakan
Landshut
.
Lufthansa
melayani seluruh pesawat
Somali Airlines
yang singgah di Jerman Barat, sedangkan
Frankfurt
menjadi pintu masuk utama Somali Airlines di
Eropa
. Pemerintah Jerman Barat memberikan dua pinjaman senilai jutaan dolar kepada Pemerintah Somalia untuk membantu pengembangan sektor perikanan, agrikultur, dan sektor-sektor lainnya di negara tersebut sebagai bentuk ucapan terima kasih.
[19]
Ketika berada di bawah kendali para pembajak, pesawat telah terbang sejauh 10.000 kilometer (6.200 mi).
[17]
Pesawat yang ditenagai oleh sepasang mesin
Pratt & Whitney JT8D-9A
tersebut adalah sebuah
Boeing 737-230C
yang diproduksi pada bulan Januari 1970, dengan nomor seri manufaktur 20254, nomor lini produksi 230, dan diberi registrasi D-ABCE. Asal nama
Landshut
di pesawat tersebut adalah kota
Landshut
di Bayern. Pesawat yang mengalami kerusakan setelah berada di bawah kendali pembajak tersebut kemudian diterbangkan pulang ke Jerman untuk diperbaiki dan kemudian kembali beroperasi pada akhir bulan November 1977. Pesawat terus beroperasi di bawah operasional Lufthansa hingga bulan September 1985, dan pesawat dijual ke maskapai
Presidential Airways
asal Amerika Serikat tiga bulan kemudian. Pesawat kemudian berpindah-pindah kepemilikan sejak saat itu.
[20]
Pesawat terakhir kali beroperasi sebagai bagian dari armada maskapai
TAF Linhas Aereas
asal Brasil, yang membeli pesawat tersebut dari
Transmile Air Services
asal Malaysia. Maskapai asal Brasil tersebut kemudian menyatakan kebangkrutan dan tidak mampu untuk terus membayar tunggakan utang-utangnya.
[21]
TAF Linhas Aereas menghentikan operasional pesawat beregistrasi PT-MTB tersebut pada bulan Januari 2008, karena pesawat memiliki sejumlah kerusakan parah yang membuatnya tidak dapat beroperasi, dan pesawat kemudian disimpan di
Bandar Udara Fortaleza
selama beberapa tahun.
[21]
Pada tanggal 14 Agustus 2017, setelah Mr. Kurpjuweit membuat keluhan kepada pihak
Fraport
atas pembongkaran tujuh atau lebih pesawat yang ditinggalkan oleh pemiliknya di Bandar Udara Frankfurt, sebuah kelompok mantan pilot menyarankan agar membawa
Landshut
kembali ke Jerman. David Dornier, mantan direktur
Museum Dornier
, bersama dengan Kementerian Luar Negeri Jerman, menyetujui proyek tersebut. Mengetahui rencana tersebut, Mr. Kurpjuweit kemudian membantu mantan direktur museum tersebut dengan sebuah proyek kelayakan yang akan melibatkan pemindahan pesawat dari Brasil ke Jerman dengan pesawat
Antonov An-124
milik
Volga-Dnepr Airlines
. Pesawat dibeli dari TAF Linhas Aereas seharga R$75.936 (€20.519) dalam sebuah kesepakatan dengan pihak administrasi Bandar Udara Fortaleza untuk pembayaran pajak.
[22]
Pada tanggal 15 Agustus 2017, sebuah pesawat
McDonnell Douglas MD-11F
milik
Lufthansa Cargo
diterbangkan ke Fortaleza dengan membawa peralatan-peralatan seberat 8,5 ton dan 15 personel mekanik
Lufthansa Technik
untuk membongkar pesawat.
[23]
[24]
Pada tanggal 21 dan 22 September 2017, sebuah pesawat Antonov An-124 dan
Ilyushin Il-76
milik Volga-Dnepr Airlines tiba di Fortaleza untuk membawa bagian-bagian pesawat yang telah dibongkar ke Jerman. Pesawat An-124 membawa kedua
sayap
dan
badan
pesawat, sedangkan pesawat Il-76 membawa kedua mesin dan kursi-kursi pesawat. Setelah melakukan perhentian untuk mengisi ulang bahan bakar di
Tanjung Verde
, kedua pesawat tersebut tiba di
Friedrichshafen
pada tanggal 23 September 2017; proyek pemulangan Landshut menelan total biaya sebesar €10 juta yang dibayarkan oleh Kementerian Luar Negeri Jerman. Bagian-bagian dan peralatan pesawat yang lebih kecil dibawa ke Jerman dalam dua kontainer
kapal barang
.
[25]
Begitu tiba di Jerman, bagian-bagian dari pesawat dipamerkan di hadapan sekitar 4.000 orang yang berkunjung dalam sebuah acara khusus. Pesawat direncanakan akan direstorasi dan kemudian dipamerkan pada bulan Oktober 2019.
Sejak ketibaannya di Jerman, pesawat
Landshut
yang telah dibongkar disimpan di sebuah hanggar di
Airplus maintenance GmbH
di Friedrichshafen. Rencana untuk merestorasi dan memamerkan pesawat dengan
livery
1977 Lufthansa yang aslinya tidak pernah dilakukan.
[26]
[27]
Masalah pendanaan dan pertanyaan terkait pihak kementerian yang akan bertanggung jawab atas pesawat tersebut menyebabkan proyek restorasi tertunda, begitu pula dengan pembiayaan tahunan sebesar €300 ribu. Pada Februari 2020, sebuah proposal untuk memindahkan bagian-bagian pesawat ke
Berlin Tempelhof
ditolak oleh Kementerian.
[28]
[29]
[30]
[31]
Setelah disimpan di hanggar selama tiga tahun dan kejelasan status pesawat yang tidak pasti, David Dornier mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala Museum Dornier pada bulan September 2020 dan digantikan oleh pengacara bernama Hans-Peter Rien. Rien dan Menteri Kebudayaan Jerman
Monika Grutters
tidak pernah mencapai kesepakatan dalam pembiayaan pesawat, dan proyek restorasinya pun ditunda.
Pemerintah Jerman mencari kemungkinan apakah pesawat dapat dipamerkan di
Museum Sejarah Militer Bundeswehr
. Rencana tersebut tidak mendapat persetujuan dari sejarawan dan pakar karena lokasinya yang terpencil dan minimnya hubungan antara militer Jerman dengan pesawat 737
Landshut
.
[32]
Anggota CSU dari kota Munchen mengajukan tawaran untuk membawa pesawat ke
Munchen
, dan sebuah rancangan dibuat untuk mengkaji kemungkinan apakah pesawat dapat dipamerkan di bekas
Bandara Munchen-Riem
, tempat di mana pesawat ini diresmikan dan diberi nama pada 7 Agustus 1970, di sebuah acara yang diselenggarakan di hanggar bandara dan dihadiri oleh perwakilan dari kota Landshut.
[33]
Tepat setelah tiga tahun, rencana untuk memamerkan pesawat ini di Museum Dornier berakhir.
[34]
Dana sebesar €15 juta diberikan oleh Pemerintah Jerman dengan alokasi sebagai berikut:
- €7,5 juta:
- €2,5 juta: perawatan dan restorasi pesawat
- €2,5 juta: pembangunan hanggar
- €1,5 juta: penyediaan peralatan teknis
- €1 juta: implementasi konsep pembelajaran
- €7,5 juta: subsidi operasional selama 10 tahun, berkaitan dengan pembatasan harga tiket masuk museum sebesar €5 per orang.
[35]
Dana tersebut tidak berhubungan dengan tempat mana pun selain di Friedrichshafen. Namun Kementerian Kebudayaan Jerman mengajukan keberatan dan menunda keputusan akhir lokasi dimana pesawat akan dipamerkan, ke markas besar Direktorat Kepolisian Federal Jerman di Sankt Augustin-Hangelar, North-Rhine Westphalia yang juga merupakan markas besar pasukan komando GSG-9.
[36]
[37]
Sebuah situs tentang rencana restorasi pesawat di museum tersebut tersedia di laman
https://www.landshutmuseum.com/
.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, diputuskan bahwa pesawat tidak akan jadi direstorasi.
[38]
Selain itu, tidak akan ada museum yang dibangun hanya untuk menempatkan pesawat tersebut, tetapi bagian-bagian dari pesawat dapat dipamerkan di sejumlah tempat lain, dan sisa-sisa dari pesawat kemungkinan besar akan didaur ulang.
Penggunaan nama
Landshut
di pesawat lain
[
sunting
|
sunting sumber
]
Lufthansa terus menggunakan nama
Landshut
pada beberapa pesawatnya. Selain D-ABCE, Lufthansa memberikan nama
Landshut
pada sebuah
Boeing 737-200
dengan registrasi D-ABHM, lalu pada sebuah
Airbus A319
dengan registrasi D-AILK, dan sejak tahun 2007 pada sebuah
Airbus A330-300
dengan registrasi D-AIKE.
[39]
Peristiwa pembajakan
Landshut
direka ulang dalam dua film televisi Jerman, yaitu
Todesspiel
[
de
]
yang dirilis pada tahun 1997,
[41]
dan
Mogadischu
yang dirilis pada tahun 2008, disutradarai oleh
Roland Suso Richter
.
[42]
Serial televisi
Black Ops
musim ke-2 episode ke-76 yang berjudul "Operation Fire Magic" juga menampilkan reka ulang adegan peristiwa pembajakan
Landshut
.
[43]
Permainan video
Tom Clancy's Rainbow Six Siege
yang dirilis pada tahun 2015 menggunakan peristiwa pembajakan
Landshut
beserta cerita operasi pembebasan sandera bersejarah lainnya sebagai inspirasi cerita permainan dan bahan penelitian agar membuat permainan tersebut lebih akurat.
[44]
- ^
Global Counterstrike: International Counterterrorism - Page 22 Samuel M. Katz · 2005
- ^
Die Geiseln von Mogadischu Reportage Dokumentation
(dalam bahasa Inggris), diarsipkan dari
versi asli
tanggal 21 Desember 2021
, diakses tanggal
21 Juni
2021
- ^
Kellerhoff, Sven Felix (13 Oktober 2017).
Aust, Stefan
;
Rosenfeld, Dagmar
, ed.
"13. Oktober 1977: "Hier spricht Captain Martyr Mahmud!
"
"
[October 1977: "This is Captain Martyr Mahmud speaking!].
Die Welt
(dalam bahasa Jerman).
Berlin
: WeltN24 GmbH (
Axel Springer SE
).
ISSN
0173-8437
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 14 Oktober 2017
. Diakses tanggal
27 Juli
2021
.
- ^
Knobbe, Martin (16 April 2007). Gress, Florian; Gretemeier, Anna-Beeke; Forster, Laura-Lena; Hellge, Stefanie, ed.
"
"
So, jetzt stirbst Du
"
"
[So now you are dying].
Stern
(dalam bahasa Jerman).
Hamburg
:
Gruner + Jahr
(
Bertelsmann
).
ISSN
0039-1239
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 8 Maret 2016
. Diakses tanggal
27 Juli
2021
.
- ^
Mythos GSG 9
(dalam bahasa Inggris), diarsipkan dari
versi asli
tanggal 21 Desember 2021
, diakses tanggal
21 Juni
2021
- ^
de B. Tallion, Paul J (2002).
Hijacking and hostages: government responses to terrorism
. Greenwood Publishing Group, p. 109.
ISBN
0-275-97468-5
.
- ^
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
Treuter, Martina; Rupps, Martin (10 Oktober 2017). Ebenau, Jurgen; Schelberg, Stefanie; Gniffke, Kai, ed.
"Die Geiseln von Mogadischu: Das leben nach der "landshut"-entfuhrung"
[The hostages of Mogadishu: Life after the "landshut" kidnapping].
SWR Fernsehen
(dalam bahasa Jerman).
Sudwestrundfunk
(
ARD
). Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 8 Maret 2021
. Diakses tanggal
27 Juli
2017
.
- ^
Schumann: "Could you get us four cartons with cigarettes?" ? Tower: "Ok, any type?" ? Schumann: "Mixed. Different ones. Two of these and two of these maybe." ? Tower: "Roger, ok. Mixed."
original radio communication from documentary "Mogadischu. Die Dokumentation.", Youtube, (2:55?3:09)
- ^
"Neue Dokumente zur Landshut-Entfuhrung"
.
Der Spiegel
. Diakses tanggal
18 November
2008
.
- ^
a
b
onlineFocus dari 25 Agustus 2007
. Diakses tanggal 12 Januari 2008.
- ^
a
b
Michael Hanfeld:
Der wahre Held der ?Landshut“
,
faz-net, 1. Desember 2007
. Diakses tanggal 12 Januari 2008.
- ^
Times, Henry Tanner Special to The New York (18 Oktober 1977).
"German Troops Free Hostages on Hijacked Plane in Somalia; Four Terrorists Killed in Raid"
.
The New York Times
(dalam bahasa Inggris).
ISSN
0362-4331
. Diakses tanggal
21 Juni
2021
.
- ^
Terrorism: Inside a World Phenomenon page 188
- ^
Hostage: The History, Facts & Reasoning Behind Hostage Taking by John Charles Griffiths
- ^
Middle Eastern terrorism: from Black September to 11 September
, by Mark Ensalaco, pg 116
- ^
"News, Photos, Audio | Archives - UPI.com"
.
UPI
(dalam bahasa Inggris)
. Diakses tanggal
21 Juni
2021
.
- ^
a
b
http://www.upi.com/Audio/Year_in_Review/Sadat-Visits-Israel/12361881614363-1/#title
"1977 Year in Review ? Sadat Visits Israel".
Diarsipkan
9 Juli 2009 di
Wayback Machine
.
- ^
"Oktober 1977: Mogadischu"
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 8 November 2006
. Diakses tanggal
10 Juni
2006
.
- ^
Historical Dictionary of Somalia By Mohamed Haji Mukhtar page 139
- ^
"Companies' owners: TAN F-GFVJ 28.09.1988, ICS - Intercargo Services F-GFVJ 01.04.1990, ICS - InterCiel Services F-GFVJ 23.11.1990, L'Aeropostale 9M-PMQ 24.02.1995, TransMile 9M-PMQ 04.04.1997, Garuda 9M-PMQ 24.05.1997, TransMile"
.
- ^
a
b
"Sequestro Lufthansa. De volta para Alemanha"
(dalam bahasa Portugis). OPovo. 17 Juni 2017
. Diakses tanggal
24 September
2017
.
- ^
"Hijacked 'Landshut' plane returning to Germany"
.
dw.com
.
Deutsche Welle
.
AP
,
DPA
. 27 Juli 2017
. Diakses tanggal
23 September
2017
.
The aircraft had been parked at Fortaleza airport in Brazil gathering dust since 2008.
- ^
"Lufthansa Technik returns 'Landshut' to Germany"
.
Press Releases
.
Lufthansa Technik
. 22 September 2017. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2018-06-13
. Diakses tanggal
24 September
2017
.
The project team was frequently accompanied by the media and also welcomed high-ranking visitors from the diplomatic and consular corps.
- ^
Sudwest Presse Online-Dienste.
"Die 1977 entfuhrte "Landshut" kommt an den Bodensee"
.
swp.de
(dalam bahasa Jerman). Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 29 Juli 2017
. Diakses tanggal
27 Juli
2017
.
- ^
"O Projeto Landshut ainda nao acabou, nosso pessoal continua no Aeroporto Pinto Martins dando continuidade aos processos legais para envio de dois containers com todos o maquinario e ferramentas utilizadas pela Lufthansa Technik e algumas pequenas partes do Landshut"
(dalam bahasa Portugis). OPovo. 23 September 2017
. Diakses tanggal
24 September
2017
.
- ^
Zeller, Frank (23 September 2017).
"Last flight home for icon of 'German Autumn' of terror"
.
France 24
.
AFP
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 24 September 2017
. Diakses tanggal
24 September
2017
.
- ^
"Die 'Landshut' ist gelandet"
.
Spiegel Online
(dalam bahasa Jerman). AFP, AP. 23 September 2017
. Diakses tanggal
24 September
2017
.
- ^
"Die "Landshut" soll in Tempelhof landen"
.
www.tagesspiegel.de
(dalam bahasa Jerman)
. Diakses tanggal
4 Juli
2020
.
- ^
"Friedrichshafen: "Spiegel": Appell an Bundesregierung wegen Erinnerungsort "Landshut
"
"
.
Sudkurier
(dalam bahasa Jerman). 10 Januari 2020
. Diakses tanggal
4 Juli
2020
.
- ^
Zeitung, Saarbrucker.
"Die "Landshut" in Friedrichshafen: Das Symbol im Kampf gegen den RAF-Terror rottet vor sich hin"
.
Saarbrucker Zeitung
(dalam bahasa Jerman)
. Diakses tanggal
4 Juli
2020
.
- ^
"Der Streit um die "Landshut" findet kein Ende"
.
www.tagesspiegel.de
(dalam bahasa Jerman)
. Diakses tanggal
4 Juli
2020
.
- ^
"David Dornier leaves Dornier Museum"
. 10 September 2020.
- ^
"Plan to exhibit Plane in old Munich Airport"
. 19 September 2020. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2020-10-30
. Diakses tanggal
2021-02-19
.
- ^
"Plan of Aircraft Presentation in Dornier Museum was terminated"
. 20 September 2020.
- ^
"€ 15 Millions"
. 29 November 2020.
- ^
"Ministery against Friedrichshafen"
. 1 Desember 2020.
- ^
"Hngelar"
. 1 Desember 2020. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2021-01-19
. Diakses tanggal
2021-02-19
.
- ^
"Aircraft not able to be restored"
. 27 April 2021.
- ^
"Archived copy"
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 19 Agustus 2006
. Diakses tanggal
27 September
2017
.
- ^
"Bundesliga: Zentralfigur des Bundesliga-Skandals ist tot"
[Bundesliga: Central figure of the Bundesliga scandal has died].
spiegel.de
(dalam bahasa Jerman).
Der Spiegel
. 23 Juli 1999
. Diakses tanggal
2 Juli
2016
.
- ^
Todesspiel
di
IMDb
(dalam bahasa Inggris)
- ^
Mogadischu
di
IMDb
(dalam bahasa Inggris)
- ^
Operation Fire Magic
di
IMDb
(dalam bahasa Inggris)
- ^
Campbell, Colin (21 Oktober 2014).
"How Rainbow Six: Siege takes inspiration from real life hostage rescues"
.
Polygon
. Diakses tanggal
24 Januari
2018
.
- McNab, Chris.
Storming Flight 181 ? GSG 9 and the Mogadishu Hijack 1977
Osprey Raid Series No. 19; Osprey Publishing, 2011.
ISBN
978-1-84908-376-8
.
- Davies, Barry.
Fire Magic ? Hijack at Mogadishu
Bloomsbury Publishing, 1994.
ISBN
978-0-7475-1921-8
.
- Blumenau, Bernhard.
The United Nations and Terrorism. Germany, Multilateralism, and Antiterrorism Efforts in the 1970s
Palgrave Macmillan, 2014, ch. 2.
ISBN
978-1-137-39196-4
.
Kecelakaan dan insiden penerbangan di Somalia
|
---|
|