Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aleksandria
(
Arab
:
??????????
,
translit.
Al-Iskandariyyah
;
Yunani
:
?λεξ?νδρεια
,
translit.
Alexandreia
;
bahasa Koptik
:
Rakot?
) adalah
pelabuhan
utama di
Mesir
, dan kota terbesar kedua di negara tersebut, dan juga ibu kota pemerintahan
Kegubernuran Aleksandria
yang terletak di pantai
Laut Tengah
. Kota ini terletak pada koordinat
31°12′N
29°15′E
/
31.200°N 29.250°E
/
31.200; 29.250
, 208 km di sebelah barat laut
Kairo
, memiliki populasi 3.341.000.
[3]
Aleksandria merupakan tempat penguasa
Ptolemaik
Mesir yang dengan cepat menjadi kota termegah dari dunia
Helenistik
; menjadi nomor dua setelah
Roma
dalam luas dan kekayaan. Tetapi, setelah pendirian Kairo oleh penguasa Islam Mesir pada zaman pertengahan statusnya sebagai ibu kota negara berakhir, dan mengalami kemunduran, yang pada akhir periode
Utsmaniyah
menyusut hingga menjadi desa perikanan kecil belaka.
[4]
Aleksandria didirikan sekitar tahun?331 SM oleh
Aleksander Agung
,
raja
dari
Makedonia
dan pemimpin
Liga Khorintos
Yunani
, selama penaklukan terhadap
Kekaisaran Akhemeniyah
. Sebuah desa Mesir bernama Rhacotis ada di lokasi tersebut dan tumbuh menjadi kawasan Mesir di Aleksandria. Aleksandria berkembang pesat menjadi pusat penting peradaban Helenistik dan tetap menjadi ibu kota
Mesir Ptolemeus
dan
Mesir Romawi dan Bizantium
selama hampir 1.000 tahun, sampai
penaklukan Mesir oleh Muslim
. Pada tahun 641 M, ketika sebuah ibu kota baru didirikan di
Fustat
(kemudian diserap ke Kairo). Aleksandria Yunani terkenal karena
Mercusuar Aleksandria
(
Pharos
), salah satu dari
Tujuh Keajaiban Dunia Kuno
,
Perpustakaan Besar
(yang terbesar di dunia kuno); dan
Nekropolis
, salah satu dari
Tujuh Keajaiban Abad Pertengahan
. Aleksandria adalah pusat pendidikan dan kebudayaan dunia
Mediterania
kuno untuk sebagian besar
zaman Helenistik
dan
zaman kuno akhir
. Aleksandria pernah menjadi kota terbesar di dunia kuno sebelum akhirnya diambil alih oleh
Roma
.
[5]
Kota ini merupakan pusat utama
Kekristenan
awal dan merupakan pusat
Patriarkat Aleksandria
, yang merupakan salah satu pusat utama Kekristenan di
Kekaisaran Romawi Timur
. Di dunia modern,
Gereja Ortodoks Koptik
dan
Gereja Ortodoks Yunani
di Aleksandria sama-sama mengklaim warisan kuno ini.
[6]
Setelah penaklukan Mesir oleh Arab pada 641 M, kota ini dijarah dan kehilangan signifikansinya sebelum muncul kembali pada era modern. Sejak akhir abad ke-18, Aleksandria menjadi pusat utama industri perkapalan internasional dan salah satu pusat perdagangan terpenting di dunia, karena memperoleh keuntungan dari koneksi darat yang mudah antara
Laut Mediterania
dan
Laut Merah
, dan perdagangan menguntungkan kapas Mesir.
[7]
- A. Bernand,
Alexandrie la Grande
(1966)
- A. J. Butler,
The Arab Conquest of Egypt
(2nd. ed., 1978)
- P.-A. Claudel,
Alexandrie. Histoire d'un mythe
(2011)
- A. De Cosson,
Mareotis
(1935)
- J.-Y. Empereur,
Alexandria Rediscovered
(1998)
- E. M. Forster,
Alexandria A History and a Guide
(1922) (reprint ed. M. Allott, 2004)
- P. M. Fraser,
Ptolemaic Alexandria
(1972)
- M. Haag,
Alexandria: City of Memory
(2004) [20th-century social and literary history]
- M. Haag,
Vintage Alexandria: Photographs of the City 1860?1960
(2008)
- M. Haag,
Alexandria Illustrated
- R. Ilbert, I. Yannakakis,
Alexandrie 1860?1960
(1992)
- R. Ilbert,
Alexandrie entre deux mondes
(1988)
- Judith McKenzie
et al.,
The Architecture of Alexandria and Egypt, 300 B.C.?A.D. 700.
(Pelican History of Art, Yale University Press, 2007)
- Philip Mansel,
Levant: Splendour and Catastrophe on the Mediterranean
, London, John Murray, 11 November 2010, hardback, 480 pages,
ISBN
978-0-7195-6707-0
, New Haven, Yale University Press, 24 May 2011, hardback, 470 pages,
ISBN
978-0-300-17264-5
- Don Nardo,
A Travel Guide to Ancient Alexandria
, Lucent Books. (2003)
- V. W. Von Hagen,
The Roads that Led to Rome
(1967)