Komando Pasukan Khusus
atau biasa disingkat menjadi
Kopassus
merupakan bagian dari Komando Utama Tempur yang dimiliki oleh
TNI Angkatan Darat
yang dipimpin oleh Jenderal Bintang 2 ☆☆ (
Mayjen
) yang biasa disebut
Danjen Kopassus
.
Kopassus
terdiri dari beberapa Satuan Setingkat Brigade yang disebut Grup diantaranya (
Grup 1/Para Komando
,
Grup 2/Para Komando
Grup 3/Sandhi Yudha
dimana Grup ini membawahi beberapa Batalyon di bawahnya, dan juga Satuan Pendidikan yaitu
Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus
yang di dalamnya terdapat
Sekolah Komando
untuk mencetak Pasukan Khusus dan Sekolah untuk mengembangkan kemampuan dan Spesialisasi Anggota
Kopassus
,
Kopassus
juga memiliki Satuan Penanggulangan Teror yaitu
Satuan 81 Kopassus
yang sangat Krusial peran dan eksistensinya baik di dalam negeri maupun Dunia Internasional. Satuan-satuan di
Kopassus
memiliki kemampuan yang berbeda-beda yaitu Para Komando, Sandhi Yudha, dan Anti Teror.
Tugas
Kopassus
pada ranah Operasi Militer Perang (OMP) di antaranya adalah
Direct Action
atau serangan langsung, untuk menghancurkan Instalasi Vital dan Logistik musuh,
Combat SAR
, Anti Teror,
Advance Combat Intelligence
(Operasi Intelijen Khusus).
Selain itu, tugas
Kopassus
pada Operasi Militer Selain Perang (OMSP) di antaranya adalah
Humanitarian Assistance
(bantuan kemanusiaan), AIRSO (Operasi Anti Insurjensi, Separatisme dan Pemberontakan), perbantuan terhadap
Kepolisian Republik Indonesia
(sesuai permintaan perbantuan), SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.
Prajurit
Kopassus
dapat mudah dikenali dengan ciri khas
baret
merah yang disematkan di kepalanya sehingga pasukan ini seringkali dijuluki sebagai
"Pasukan Baret Merah"
.
Kopassus
memiliki moto
"Berani, Benar, Berhasil"
.
[1]
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat.
Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan
DI/TII
, operasi militer
PRRI
/
Permesta
,
Operasi Trikora
,
Operasi Dwikora
, penumpasan
G30S/PKI
,
Pepera
di
Irian Barat
,
Operasi Seroja
di
Timor Timur
,
Operasi Pembebasan Sandera di Bandara Don Muang-Thailand
(
Woyla
),
Operasi GPK
di
Aceh
,
Operasi Mapenduma
,
operasi pembebasan awak kapal Indonesia dari perompak Somalia
, serta berbagai operasi militer lainnya.
Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan Kopassus tidak pernah diketahui secara menyeluruh.
Contoh operasi yang pernah dilakukan Kopassus dan tidak diketahui publik seperti penyusupan pengungsi Vietnam di Pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk dikordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh di perbatasan
Papua Nugini
.
Pada tanggal
16 April
1952
,
Kolonel
A.E. Kawilarang
mendirikan
Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi
(
Kesko TT
). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan
Republik Maluku Selatan
(RMS) di Maluku.
Saat itu A.E. Kawilarang bersama
Letkol
Slamet Rijadi
(Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS.
A.E. Kawilarang
bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Untuk membentuk unit komando maka direkrutlah seorang mantan prajurit komando Inggris No.10 (Inter Allied) Commando dan
Regiment Speciale Troepen KNIL
bernama
Idjon Djanbi
. Idjon Djanbi adalah mantan kapten
KNIL
Belanda kelahiran
Kanada
, yang memiliki nama asli Kapten
Rokus Bernardus Visser
. Pada tanggal
9 Februari
1953
, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah
Kepala Staf TNI Angkatan Darat
(KSAD).
KKAD (Korps Komando Angkatan Darat)
[
sunting
|
sunting sumber
]
Pada tanggal
18 Maret
1953
Mabes APRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi
Korps Komando Angkatan Darat
(KKAD).
RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat)
[
sunting
|
sunting sumber
]
Tanggal
25 Juli
1955
organisasi KKAD ditingkatkan menjadi
Resimen Para Komando Angkatan Darat
(
RPKAD
), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun
1959
unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur
Jakarta
. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi
Resimen Para Komando Angkatan Darat
(
RPKAD
). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor
Kaharuddin Nasution
.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama,
Mayor
Idjon Djanbi
terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.
Puspassus AD (Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat)
[
sunting
|
sunting sumber
]
Pada tanggal
12 Desember
1966
, RPKAD berubah pula menjadi
Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat
(
Puspassus AD
).
Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun.
Sebenarnya hingga tahun 1963, Puspassus AD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga mengalami penderitaan juga di Kuching, Malaysia.
Personel nyata Puspassus AD saat itu tak lebih dari 1 Batalyon, hal ini membuat komandan Puspassus AD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie, karena kedekatannya pribadi dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, meminta penambahan personel dari 2 batalyon Banteng di Jawa Tengah.
Saat menumpas DI/TII di Jawa Tengah, Ahmad Yani membentuk operasi "Gerakan Banteng Negara" (GBN) yang sering disebut Batalyon Banteng Raiders. Ahmad Yani menyanggupi dan memberikan Batalyon 441 "Banteng Raider III", Jatingaleh, Semarang dan Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang.
Melalui rekrutmen dan seleksi latihan Raider di Bruno Purworejo dan latihan Komando di Batujajar maka Batalyon 441 "Banteng Raider III" ditahbiskan sebagai Batalyon 3 Puspassus AD (Tri Budhi Maha Sakti) di akhir tahun 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga di pertengahan 1965.
Perbedaan yang mencolok adalah prajurit Puspassus AD pada Batalyon-1 dan 2 awal di Cijantung diambil dari seleksi anak-anak muda (sipil) sementara pada Batalyon-2 dan 3 seleksi prajurit RPKAD diambil dari prajurit "jadi" yang sudah mempunyai "jam terbang" dan pengalaman dalam operasi - operasi militer.
Sedangkan Batalyon 454 "Banteng Raider II" tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan Batalyon 1 Puspassus AD di Hek. (Bekas markas Yon-3 RPKAD kini digunakan sebagai
Yon Arhanudse 15
, Semarang. Bekas markas Yon-2 RPKAD Magelang yang kini digunakan
Rindam IV/Diponegoro
. Batalyon-454 berubah menjadi Yonif-401/BR (Banteng Raiders) (kini
Yonif Raider 400/Banteng Raider
berkedudukan di Srondol, Semarang)).
Kopassandha (Komando Pasukan Sandhi Yudha)
[
sunting
|
sunting sumber
]
Tanggal
17 Februari
1971
, resimen tersebut kemudian diberi nama
Komando Pasukan Sandhi Yudha
(
Kopassandha
).
Dalam operasi di
Timor Timur
pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan
operasi khusus
guna mendorong integrasi Timtim dengan
Indonesia
. Pada tanggal
7 Desember
1975
, pasukan ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili.
Pasukan ini ditugaskan untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokoh
Fretilin
,
Nicolau dos Reis Lobato
pada Desember
1978
.
Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah saat melakukan operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat
DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways
yang dibajak oleh lima orang yang mengaku berasal dari kelompok ekstremis
Islam
"
Komando Jihad
" yang dipimpin
Imran bin Muhammad Zein
,
28 Maret
1981
.
Pesawat yang tengah menerbangi rute
Palembang
-
Medan
itu sempat didaratkan di
Penang
,
Malaysia
dan akhirnya mendarat di
Bandara Don Mueang
,
Bangkok
. Di bawah pimpinan
Letkol
Sintong Panjaitan
, pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati semua pelaku pembajakan.
Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Letda Inf
Achmad Kirang
yang meninggal tertembak pembajak serta pilot Kapten
Herman Rante
yang juga ditembak oleh pembajak. Imran bin Muhammad Zein ditangkap dalam peristiwa tersebut dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun
1992
menangkap penerus Lobato,
Xanana Gusmao
, yang bersembunyi di
Dili
bersama pendukungnya.
Dengan adanya reorganisasi di tubuh
ABRI
, sejak tanggal
26 Desember
1986
, nama Kopassandha berubah menjadi
Komando Pasukan Khusus
yang lebih terkenal dengan nama
Kopassus
hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdikpassus, serta Detasemen 81.
Sejak tanggal
25 Juni
1996
Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
- Grup 1/Para Komando ? berlokasi di Serang,
Jawa Barat
- Grup 2/Parakomando ? berlokasi di Kartasura,
Jawa Tengah
- Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus ? berlokasi di Batujajar,
Jawa Barat
- Grup 4/Sandi Yudha ? berlokasi di Cijantung,
Jakarta Timur
- Grup 5/Anti Teror ? berlokasi di Cijantung,
Jakarta Timur
Detasemen 81
, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi.
Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari
Komandan Kopassus
yang berpangkat
Brigjen
menjadi
Komandan Jenderal
(
Danjen
) Kopassus yang berpangkat
Mayjen
bersamaan dengan reorganisasi ini.
Perbedaan struktur dengan satuan infanteri lain
[
sunting
|
sunting sumber
]
Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan
infanteri
pada umumnya. Meski dari segi korps, para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup. Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya
Brigade
).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.
Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima grup dengan rincian tiga grup tempur, satu satuan khusus, dan satu satuan Diklat yaitu:
Kecuali
Pusdiklatpassus
, yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, Grup-Grup lain memiliki fungsi operasional (tempur). Dengan demikian struktur Pusdiklatpassus berbeda dengan Grup-Grup lainnya. Masing-masing Grup (kecuali Pusdiklatpassus), dibagi lagi dalam
batalyon
, misalnya: Yon 11, 12, 13 dan 14 (dari Grup 1), Yon 21, 22 dan 23 (dari Grup 2), serta Yon 31, 32, dan 33 (dari Grup 3).
Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari
peleton
hingga
batalyon
. Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.
Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah
batalyon
bukan disebut
kompi
, tetapi detasemen, unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel yang banyak dalam suatu operasi. Supaya tidak terikat dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka Kopassus perlu memiliki sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.
- Komandan Grup berpangkat
Kolonel
,
- Komandan
Batalyon
berpangkat
Letnan Kolonel
, atau
Mayor
- Komandan Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah perwira yang pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai
Letnan Dua
sampai
Mayor
).
Saat ini, Kopassus dipimpin oleh seorang Komandan Jenderal (Danjen) yang berpangkat
Mayor Jenderal
. Saat ini jabatan Danjen diduduki oleh
Mayjen
TNI
Djon Afriandi
Pendidikan Komando dilaksanakan di
Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus
(Pusdiklatpassus) Batujajar, Bandung, Jawa-Barat dimana seluruh siswa komando harus mengikuti 60 materi pelajaran yang sangat menantang dan berat.
Diantaranya teknik tempur, membaca peta, Pionir, patroli, survival, mendaki gunung serta pendaratan dengan kapal motor & amphibi. Mereka juga dilatih pertempuran jarak dekat, perang kota, teknik gerilya, selam militer dan juga anti-teror.
Pendidikan dan pelatihan Komando berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan (28 minggu) yang dibagi menjadi tiga tahap.
Tahap pertama pelaksanaan pendidikan dilakukan selama 18 minggu, tahap kedua semua peserta akan dilepas di hutan dan pegunungan masing-masing dua kali selama 6 minggu, dan tahap selanjutnya tahap ketiga diakhiri dengan 4 minggu tahap rawa laut. Dengan fase sebagai berikut:
- Tahap I Pelatihan Dasar / Basis
18 Minggu dengan poin kemampuan individu di Batujajar. Membentuk sikap & kepribadian, mengisi keterampilan teknis, taktik Operasi Komando, Kemampuan individu & dasar pertempuran perkotaan, Pengetahuan pendukung, manajerial lapangan, dan tes kemampuan individu.
- Tahap II (Hutan dan Gunung)
6 Minggu dengan penekanan anti-pemberontakan, Perang Hutan, Praktek raid, menembak, navigasi darat, survival, penjejakan dan anti penjejakan di Situ Lembang.
Stabilisasi pengamatan hutan, kemampuan individu di dalam hutan / Teknik dasar pertempuran, kemampuan hutan dalam hubungan kelompok, How To Fine The Figther (HTF) hutan, dan ketahanan patroli pengintaian jarak jauh (LRRP).
Di awali dengan pendakian serbu (panjat tebing) di kawasan tebing Citatah yang memiliki ketinggian 48 meter. Lalu nantinya akan dilanjutkan perang hutan / gerilya baik pemantapan individu maupun kerjasama tim di daerah Situ, Lembang.
Setelah itu dilanjutkan ke latihan survival di hutan. Di tahap ini para siswa komando tidak dibekali logistik dan senjata apapun selama 5 hari. Mereka harus bertahan hidup melewati segala rintangan dan mara bahaya di hutan.
Siswa para komando juga dilatih pengamatan hutan. Menganalisa tiap pergerakan sebagai data yang dapat di analisis. Ini berguna untuk melatih kepekaan dan insting seorang siswa komando di hutan. Bukan hanya individu tetapi juga kerjasama tim antar prajurit juga dipertajam dalam latihan tersebut.
Tahap survival diakhiri dengan long march dengan rintangan dari Lembang ke Cilacap yang berjarak sekitar 500 km. Mereka diperlengkapi dengan ransel yang berbobot sekitar 20 kg, ditambah logistik, senjata, helm dan sepatu boot. Mereka dikondisikan dalam skenario perang menuju ruang emas atau daerah target operasi yang harus direbut dalam waktu 10 hari.
- Tahap III (Rawa dan Laut)
4 Minggu dengan taktik operasi Komando yang berat, taktik pertempuran laut di Cilacap dan Nusakambangan. Pengamatan konservasi Rawa Laut, kemampuan patroli, pengetahuan medan rawa dan uji ketahanan terhadap interogasi.
Bagian yang paling berat adalah menyelusup ke daerah target operasi dengan berenang 1 kilometer dari Cilacap ke Nusakambangan.
Tahap pertempuran laut diakhiri dengan sesi serangan fajar yang meliputi pelolosan dan kamp tawanan. Pada sesi tersebut para siswa komando harus lolos dari berbagai rintangan berat tanpa bekal dan peralatan.
Jika tertangkap mereka akan dimasukkan ke dalam kamp tawanan diskenariokan seperti perang sungguhan. Para siswa komando diharuskan tiba di Save House "tempat dituju" sebelum jam 10 malam di pantai Permisan sebagai syarat lulus ujian.
Para siswa komando yang berhasil menyelesaikan pendidikan Komando selama 7 Bulan dengan baik akan dilantik saat upacara penutupan di pantai Permisan dengan memakai kualifikasi brevet komando dan baret komando yang telah di sandang.
Nama besar dan citra yang disandang Kopassus sejak didirikannya menyebabkan banyaknya pihak yang menarik-narik Kopassus untuk masuk kedalam kegiatan bernuansa politik.
Kopassus sejak dulu telah menjadi tempat persemaian perwira-perwira muda potensial, yang kelak mengisi pos-pos jabatan pimpinan TNI. Nama-nama seperti
L.B. Moerdani
,
Sintong Panjaitan
,
Yunus Yosfiah
,
Agum Gumelar
,
Hendropriyono
,
Prabowo Subianto
, dan lain-lain, adalah perwira-perwira yang sudah dikenal publik, saat mereka masih berpangkat Kapten atau Mayor, berkat prestasi mereka di lapangan.
Kopassus juga kerap dituding oleh
LSM
dan media Barat (dan sebagian terbukti, dan penyelesaiannya tidak jelas sampai hari ini) melakukan serangkaian pelanggaran
HAM
di
Aceh
,
Papua
,
Timor Timur
, dan
Jakarta
(lihat bagian Kasus penculikan aktivis reformasi).
[2]
Masalah HAM inilah yang sempat membuat pasukan khusus Australia
Australian Special Air Service Regiment
tidak lagi berlatih dengan Kopassus selama beberapa tahun, sebelum kembali diadakan pada saat ini.
Pada tahun 1998, nama Kopassus sempat tercoreng berkaitan dengan aktivitas
Tim Mawar
yang dituding bertanggung jawab terhadap kegiatan penculikan dan penghilangan nyawa beberapa aktivis pro demokrasi.
Nama Kopassus kembali tercoreng setelah Peristiwa Mei 1998, ketika banyak hasil penelitian tim pencari fakta independen menemukan adanya organisasi terstruktur rapi dalam militer yang dengan sengaja dan maksud tertentu menyulut kerusuhan massa di Jakarta dan Surakarta (kedua kota tersebut secara kebetulan adalah daerah basis/markas Kopassus, yaitu Cijantung-Jakarta dan Kandang Menjangan-Surakarta).
Pada 2007 masalah Tim Mawar ini kembali mencuat ke permukaan melihat kenyataan bahwa 11 tentara yang terlibat (6 di antaranya dipecat pada 1999), ternyata tidak jadi dipecat tetapi tetap meniti karier, naik pangkat dan beberapa diketahui memegang posisi-posisi penting seperti Komandan
Kodim
dengan pangkat kolonel. Panglima TNI menyatakan hanya 1 dari 6 perwira tersebut yang benar-benar dipecat.
|
---|
|
Staf
| Pimpinan
| |
---|
Pembantu Pimpinan
|
- Staf Intelijen Angkatan Darat
- Staf Latihan Angkatan Darat
- Staf Logistik Angkatan Darat
- Staf Operasi Angkatan Darat
- Staf Perencanaan dan Anggaran Angkatan Darat
- Staf Personalia Angkatan Darat
- Staf Teritorial Angkatan Darat
- Staf Latihan Angkatan Darat
|
---|
Pelayanan
| |
---|
| |
---|
Komando Utama Pembinaan
| Komando Utama Operasi
| |
---|
Komando Pembinaan Doktrin,
Pendidikan dan Latihan
| |
---|
|
---|
Badan Pelaksana Pusat
| Pusat
| |
---|
Direktorat
| |
---|
Dinas Militer
| |
---|
Pendidikan
| |
---|
|
---|
|