Manajemen Lady Gaga akhirnya memutuskan untuk membatalkan konser di Jakarta.
Konser bintang pop Lady Gaga yang sedianya digelar di Jakarta pada 3 Juni mendatang akhirnya dipastikan gagal karena alasan keamanan.
Kuasa hukum Big Daddy - promotor yang mendatangkan Lady Gaga- Minola Sebayang memastikan keputusan ini saat dihubungi BBC Indonesia.
"Manajemen Lady Gaga memastikan untuk membatalkan konser di Jakarta karena alasan keamanan," kata Minola Sebayang, saat dihubungi BBC Indonesia, Minggu (27/5).
"Pembatalan ini bukan semata untuk keamanan Lady Gaga semata namun juga bagi mereka yang datang ke pertunjukannya," tambah Sebayang.
Sebelumnya, Kepolisian Jakarta menolak memberikan izin untuk penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta itu.
Reaksi kepolisian ini menyusul berbagai penolakan yang dikemukakan berbagai kelompok Islam garis keras yang menentang kehadiran pelantun
Born This Way
ini.
Presiden Direktur Big Daddy Michael Rusli mengatakan sangat menyayangkan pembatalan ini.
"Selama beberapa hari terakhir kami sudah berkomunikasi dengan pemerintah dan manajemen Lady Gaga. Pemerintah memberi dukungan namun ini (pembatalan) bukan terkait perizinan," kata Rusli seperti dikutip AFP.
"Pembatalan ini murni karena masalah keamanan," tambah dia.
Kembalikan tiket
"
Pembatalan ini bukan semata untuk keamanan Lady Gaga semata namun juga bagi mereka yang datang ke pertunjukannya.
"
Konsekuensi dari pembatalan ini adalah pihak promotor harus mengembalikan lebih dari 50.000 lembar tiket yang habis terjual.
"Promotor akan mengembalikan tiket 100% kepada mereka yang sudah membeli," kata Minola Sebayang.
Namun, lanjut Minola, soal sistem dan mekanisme pengembalian tiket akan diumumkan pada 30 Mei mendatang.
"Saat ini kami sedang mengurus izin keramaian ke kepolisian, karena untuk mengembalikan tiket juga pasti dihadiri ribuan orang kan?" lanjut Minola.
Dengan pembatalan konser ini, maka Indonesia menjadi satu-satunya negara yang membatalkan konser Lady Gaga.
Sebelulmnya, konser Lady Gaga juga mendapat protes keras di Korea Selatan dan Filipina.
Namun, konser di kedua negara itu tetap berlangsung. Pemerintah Korea Selatan memberlakukan pembatasan usia penonton, sementara pemerintah Filipina menjamin keamanan selama konser berlangsung.