PENGHAPUSAN iklan di televisi mulai April nanti, bagi Kris
Biantoro berarti "tertutupnya satu lubang." Padahal dari lubang
itu ia selama ini mendapat banyak kenikmatan. Siapa pun tahu,
Kris banyak membintangi film iklan. Bahkan saking larisnya,
"banyak juga tawaran yang saya tolak," ujarnya. Terutama yang
berbau seks dan yang keterlaluan bohongnya.
Ia tak mau menyebut berapa honornya. Yang jelas Kris pun sangsi,
jangan-jangan dengan keputusan pemerintah itu TVRI tak bisa
menyelenggarakan siaran langsung dari luar negeri, terutama
untuk pertandingan olahraga.
Kardjo AC/DC juga rugi. Empat film iklan yang sedianya
dibintanginya terpaksa tak dibuat. "Rezeki yang seharusnya
masuk, tidak jadi," ujarnya sambil membayangkan Rp 10 juta --
honor dari salah satu di antara keempat iklan tadi.
Sambil makan nasi bungkus, bintang iklan yang lain, Bagio,
sebaliknya mengatakan tak merasa terlalu rugi. "Wong juga
sambilan," katanya. "Kalau lawak yang dilarang, itu baru . . . "
"Larangan pesta tahun baru kemarin itu malah lebih merugikan,"
katanya lagi. Sebab, beberapa kontrak melucu tiba-tiba saja
dibatalkan. persis 31 Desember.
Sedang Nani Wijaya, yang rajin membasmi nyamuk di tv itu,
mengatakan "Sebaiknya iklan dibatasi saja." Jadi tak usah
dihapuskan. Toh "anak-anak menggemarinya," katanya.
Akan halnya Lenny Marlina, meski uang dapurnya jadi berkurang,
ia merasa memperoleh banyak hikmah. "Barangkali Presiden tahu
keadaan saya," ujarnya. "Karena itu iklan di televisi
ditiadakan sehingga sekarang saya bisa berjalan-jalan dengan
suami dan anak-anak."
Suaminya, Gatot Teguh Ariffianto, adalah pengusaha film iklan
yang sibuk dan tergolong paling banyak menerima order. Bisnis
itu, kata Lenny, menyebabkan "Gatot selalu pulang lewat jam 12
malam."
Reporter Administrator - profile - https://majalah.tempo.co/profile/administrator?administrator=162075887614