Bahasa Minangkabau
atau dalam bahasa asalnya
Baso Minang
adalah sebuah
bahasa Austronesia
yang dituturkan oleh kaum
Minangkabau
di
Sumatera Barat
[2]
dan di barat
Riau
dan juga oleh mereka yang telah merantau ke bandar-bandar lain di
Indonesia
. Selain Sumatera Barat dan barat Riau, bahasa Minangkabau juga dituturkan keturunan leluhur kaum ini yang telah merantau dari
Ranah (Alam) Minang
di Sumatera ke
Negeri Sembilan
moden di
Semenanjung
Malaysia
dan
Singapura
.
Bahasa Minangkabau juga merupakan bahasa pengantar di sepanjang kawasan pesisiran di provinsi
Sumatera Utara
dan juga di persisiran barat
Aceh
. Di Aceh, bahasa ini dikenali sebagai bahasa
Aneuk Jamee
, yang bermaksud
anak tetamu
.
Di Sumatera Barat, bahasa Minangkabau diajarkan di peringkat 1 dan 2 sekolah rendah.
Terdapat beberapa kontroversi mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan
bahasa Melayu
disebabkan keserupaan dalam tatabahasa mereka. Ada pendapat yang mengatakan ia sebenarnya adalah
loghat
bahasa Melayu dan yang lain mengatakan ia adalah sebuah bahasa dan bukan sebuah loghat atau dialek.
Bahasa Minangkabau memiliki beberapa dialek yang ditutur berlainan di setiap kampung (seperti contoh, kampung yang dipisahkan oleh sungai). Ada dialek yang agak berirama, ada yang rata sahaja dan ada yang agak keras. Akan tetapi, secara umumnya bahasa Minang dialek
Padang
(
Baso Padang
atau
Baso Urang Awak
) menjadi bahasa pengantar. Dialek Padang diguna pakai kerana dialek itu terbentuk daripada percampuran segala macam dialek yang terdapat di wilayah Minangkabau.
Bahasa Minang terpelihara kerana masih digunakan sebagai bahasa harian masyarakat Minangkabau. Banyak orang Minangkabau yang merantau ke daerah-daerah lain, namun mereka juga membawa dan menggunakan bahasa Minang dalam urusan harian sesama sendiri.
Menurut sejarahnya, bahasa Minangkabau mula tersebar di bekas-bekas wilayah kerajaan
Pagar Ruyung
yang berpusat di pedalaman Minangkabau,
Sumatera Barat
. Batas-batas wilayah ini biasanya dinyatakan dalam ungkapan Minang atau
Tambo Minangkabau
yang berikut:
- Dari Sikilang Aia Bangih
- Sampai ka Taratak Aia Itam
- Dari Sipisok-pisok Pisau Hanyuik
- Sampai ka Sialang Balantak Basi
- Dari Riak Nan Badabua
- Sampai ka Durian Ditakuak Rajo
- Bahasa Melayu
- Dari Sikilang Air Bengis
- Sampai ke Teratak Air Hitam
- Dari Sipisok-pisok Pisau Hanyut
- Sampai ke Sialang Belantan Besi
- Dari Riak Yang Berdebur
- Sampai ke Durian Ditakuk Raja
Dari segi harfiahnya, batas-batas negeri yang disebut itu merupakan sesuatu yang samar-samar, namun ada pendapat ahli bahasa yang menyatakan kawasan-kawasan yang dinyatakan dalam Tambo merujuk kepada, antara lain:
Sikilang Aia Bangih
adalah batas barat dayo, kini di
kabupaten Pasaman Barat
yang juga bersempadan dengan
Kabupaten Mandailing Natal
,
Sumatera Utara
;
Taratak Aia Itam
adalah batas tenggara, dekat Teluk Kuantan di
Kabupaten Kuantan Singingi
,
Riau
;
Sipisok-pisok
adalah batas utara sampai ke
Sialang
,
Kabupaten Lima Puluh Kota
,
Sumatera Barat
yang juga bersempadan dengan Rantau Barangin,
Kabupaten Kampar
,
Riau
;
Riak Nan Badabua
pula adalah Pesisir Salatan; yang terakhir,
Durian Ditakuak Rajo
adalah batas dekat
Kabupaten Bungo
,
Jambi
.
Ahli-ahli bahasa telah meneliti bahasa dialek-dialek bahasa Minang. Selain digunakan di Sumatera Barat, bahasa ini juga ditemui di beberapa daerah di perbatasan Jambi (sepanjang sungai Batanghari), Kampar (Riau), kelompok-kelompok di pesisir Aceh Barat (dinamakan suku
Aneuk Jamee
), juga
Negeri Sembilan
(Malaysia), yang nenek moyang penuturnya berasal dari alam Minang sejak berabad-abad yang lalu (ia disebut
Bahasa Nogoghi/Nogori
).
Penelitian lain pula mendapati bahawa bahasa Minang banyak digunakan juga di daerah Mukomuko (Bengkulu), Natal dan Barus (Sumatera Utara), Tapak Tuan (Aceh), serta di Bangkinang, Pakanbaru, dan Taluak (Riau).
Bahasa Minangkabau:
| Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia
|
Bahasa Melayu:
| Sedangkan kayu
[pokok]
di rimba tidak sama tinggi, apa lagi manusia
|
|
Bahasa Minangkabau:
| Co mano koncek baranang co itu lo inyo
|
Bahasa Melayu:
| Bagaimana katak berenang, macam itulah ia
[begitulah pula dia]
|
|
Bahasa Minangkabau:
| Indak buliah mambuang sarok di siko!
|
Bahasa Melayu:
| Tidak boleh membuang sampah di sini!
|
|
Bahasa Minangkabau:
| A tu nan ka karajo ang?
|
Bahasa Melayu:
| Apa yang kamu akan kerjakan?
|
|
Perbezaan juga dapat dilihat dalam versi bahasa masing-masing daripada
Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat
:
Bahasa Inggeris
[7]
|
Bahasa Melayu
|
Bahasa Minangkabau
[8]
|
Bahasa Filipina
[9]
|
Baku Indonesia
[10]
|
Baku Umum
[11]
(di Malaysia dan Singapura)
|
Universal Declaration of Human Rights
|
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia
|
Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat
|
Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia
|
Universal Pahayag ng Karapatan Pantao
|
Article 1
|
Pasal 1
|
Perkara 1
|
Pasal 1
|
Artikulo 1
|
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
|
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan
|
Semua manusia dilahirkan bebas dan samarata dari segi kemuliaan dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan.
|
Sadonyo manusia dilahiakan mardeka dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak.
|
Ang bawat tao'y ipinanganak na independyente at may parehong dangal at karapatan. Pinagpala sila ng pangangatuwiran at budhi at dapat silang sa bawat isa sa diwa ng kapatiran.
|
- Bahasa Minangkabau
di
Ethnologue
- Marah Rusmali; Amir Hakim Usman; Syahwin Nikelas; Nuzuir Husin; Busri (1985).
Kamus Minangkabau-Indonesia
. Jakarta, Indonesia: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- Kamus bahasa Indonesia-Minangkabau
Nurlela Adnan, Ermitati, Rosnida M. Nur, Pusat Bahasa (Indonesia),
Balai Pustaka
, 2001.
- Tata Bahasa Minangkabau
, Gerard Moussay, (tajuk asal,
La Langue Minangkabau
, diterjemahkan dari bahasa Perancis oleh Rahayu S. Hidayat),
ISBN 979-9023-16-5
.