Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tiong Hoa Hwee Kwan
(THHK, 中???
Zhong Hua Hui Guan
) atau
Rumah Perkumpulan Tionghoa
adalah sebuah organisasi yang didirikan tanggal
17 Maret
1900
oleh beberapa tokoh keturunan
Tionghoa
di
Jakarta
(waktu itu bernama Batavia).
[1]
Tujuan utama para pendirinya adalah untuk mendorong orang Tionghoa yang bermukim di Indonesia (waktu itu bernama
Hindia Belanda
) untuk mengenal identitasnya. Mereka menginginkan masyarakat Tionghoa yang sudah bergenerasi hidup di Hindia Belanda mengenal kebudayaan Tionghoa sehingga mereka bisa bersatu sebagai satu kelompok masyarakat yang dihormati oleh penjajah
Belanda
. Proses pengenalan kebudayaan atau pencarian identitas yang ditempuh oleh para pendiri Tiong Hoa Hwee Kwan adalah penyebarluasan ajaran
Kong Hu Cu
, yaitu ajaran atau agama yang dijunjung oleh masyarakat Tionghoa baik di dalam maupun di luar
Republik Rakyat Tiongkok
pada waktu itu.
Kegiatan utama THHK antara lain membangun dan membina sekolah
berbahasa Mandarin
. Yang paling terkenal adalah THHK Batavia (Bahoa) dan THHK
Tegal
(Zehoa). Tahun 2006, masyarakat alumni THHK Tegal merayakan 100 tahun sekolah THHK yang ditutup oleh Pemerintah
Soeharto
pada tahun 1966-67.
Gedung bersejarah yang dipakai sewaktu pendirian Tiong Hoa Hwee Koan berlokasi di jalan Patekoan, Jakarta yang kini menjadi gedung SMAN 19.
Pada tahun
1901
, Tiong Hoa Hwee Koan mendirikan sekolah Tionghoa yang disebut Tiong Hoa Hak Tong. Sekolah ini merupakan sekolah swasta modern pertama, bukan saja di Batavia, tetapi juga di Hindia Belanda kala itu. Berdirinya sekolah ini merupakan reaksi masyarakat Tionghoa di Batavia terhadap pemerintah Belanda yang tidak pernah memberikan pendidikan kepada anak-anak Tionghoa. Akibat perkembangan yang pesat dari sekolah THHK, pemerintah kolonial Belanda yang khawatir anak-anak akan 'tersedot' ke sekolah ini segera mendirikan
Hollandsch Chineesche School
(HCS), yaitu sekolah berbahasa Belanda bagi anak Tionghoa. Pada perkembangan selanjutnya sekolah THHK Patekoan ini disingkat menjadi Pa Hua.
Setelah terjadinya
Gerakan 30 September
(G30S), Pa Hua termasuk dalam sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa yang ditutup oleh pemerintah
Orde Baru
dan bangunannya diambil alih. Kala itu, ratusan sekolah Tionghoa diambil alih dengan adanya larangan pengajaran, penerbitan, dan brosur dengan aksara Tionghoa. Pa Hua sendiri kini menjadi SMUN 19. Untuk Ze Hoa (6°51'38.88"S, 109° 8'25.10"E), kompleks dibagi dua menjadi SMP Negeri IV dan Sekolah Menengah Olahraga Atas yang bisa menikmati satu lapangan tenis lantai beton, satu lapangan sepak bola dan dua lapangan bola basket ditambah beberapa lapangan bola voli serta satu gedung pertunjukan.
Tiong Hoa Kwee Koan juga menjadi perintis pemakaian istilah "Tionghoa" yang mengacu kepada masyarakat keturunan Tionghoa. Sejarah pemakaian kata "Tionghoa" berawal di kalangan perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) Batavia pada tahun
1900
. Pada saat itu istilah "Tjina" atau "Tjienna" yang dipakai sejak lama mulai dianggap merendahkan. Pada tahun
1928
Gubernur-Jendral Hindia Belanda
secara formal mengakui penggunaan istilah "Tionghoa" dan "Tiongkok" untuk berbagai keperluan resmi. Penggunaan istilah "Tionghoa" ini hanya bertahan selama 38 tahun, karena pada tahun 1966 ketika pemerintah Orde Baru kembali menggunakan istilah "Cina" hingga akhir pemerintahan Orde Baru.