No.
|
Nama
|
Masa Kekuasaan
|
Sultan
|
Gambar
|
1
|
Sultan Suriansyah
|
1520
?
1540
|
* Raja Banjarmasih.
Nama lahirnya
Raden Samudra
, Raja Banjar pertama sebagai perampas kekuasaan yang memindahkan pusat pemerintahan di Kampung
Banjarmasih
yang menggantikan pamannya raja Pangeran Tumenggung (Raden Panjang), menurutnya dia ahli waris yang sah sesuai wasiat kakeknya
Maharaja
Sukarama
(Raden Paksa) dari
Kerajaan Negara Daha
, padahal ia garis keturunan perempuan (menurut
Hikayat Banjar
versi resensi I). Setelah turun tahta Pangeran Tumenggung pindah ke daerah Alai beserta seribu penduduk. Sultan Suryanullah dibantu
mangkubumi
Aria Taranggana.
[15]
Baginda memeluk
Islam
pada
24 September
1526
. Makamnya di
Komplek Makam Sultan Suriansyah
dengan gelar anumerta
Sunan Batu Habang
. Dalam agama lama, dia dianggap hidup
membegawan
di alam gaib sebagai
sangiang
digelari
Perbata Batu Habang
.
| |
2
|
Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah
|
1540
?
1570
|
* Raja Banjarmasih. Sultan Rahmatullah merupakan putera sulung Sultan Suryanullah, sedangkan Pangeran Anom/Pangeran di Hangsana merupakan putera kedua Sultan Suryanullah. Pangeran Anom/Pangeran di Hangsana menjabat sebagai Dipati. Sultan Rahmatullah dibantu mangkubumi
Aria Taranggana
.
[15]
Makam Sultan Rahmatullah terdapat di
Komplek Makam Sultan Suriansyah
dengan gelar anumerta
Panembahan Batu Putih
.
|
3
|
Sultan Hidayatullah I bin Sultan Rahmatullah
|
1570
?
1595
|
* Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu mangkubumi
Kiai Anggadipa
.
[15]
Makamnya di
Komplek Makam Sultan Suriansyah
dengan gelar anumerta
Panembahan Batu Irang
. Puteranya Raden Bagus dilantik sebagai raja muda dengan gelar Ratu Bagus, belakangan Ratu Bagus ditawan di
Tuban
oleh Sultan Mataram dan baru dibebaskan pada masa Sultan Mustain Billah. Trah keturunan Sultan Hidayatullah I menjadi Datu-datu
Taliwang
dan Sultan-
sultan Sumbawa
. Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II/Gusti Mesir Abdurrahman/Dewa Pangeran (Sultan Sumbawa (1763 - 1766) merupakan seorang keturunan Raja Banjar yang menjadi menantu Sultan Sumbawa. Kemudian dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa berikutnya oleh Datu Taliwang (raja daerah Taliwang yang juga keturunan Raja Banjar Sultan Hidayatullah I).
[16]
|
4
|
Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I
|
1595
?
1642
|
* Raja Banjarmasih/Raja
Martapura
. Nama lahirnya
Raden Senapati
, diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia bukanlah anak dari permaisuri meskipun ia anak tertua. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Jayanagara, dilanjutkan sepupunya
Kiai Tumenggung Raksanagara
. Gelar lain: Raden Kushil/Gusti Kacil/Pangeran Senapati/Panembahan Marhum/Raja Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Marhum Panembahan. Dia memindahkan ibu kota ke sebelah hulu setelah mendapat serangan dari VOC Belanda dan memberi nama ibu kota baru Martapura.
[15]
Oleh
Suku Dayak
yang menghayati
Kaharingan
baginda dianggap hidup sebagai
sangiang
di Lewu Tambak Raja dikenal sebagai Raja Helu Maruhum Usang. Pada bulan Oktober 1641 baginda mengirim utusan yang membawa hadiah persembahan (bukan upeti) kepada Sultan Mataram sebagai tanda persahabatan. Sekitar tahun 1635 hubungan Banjar dan Mataram mengalami ketegangan, namun mulai membaik sejak tahun 1637. Keturunannya menjadi Sultan-sultan Banjar dan
Pangeran Ratu
Kotawaringin.
|
5
|
Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah
|
1636
/
1642
?
1645
|
* Raja Martapura.
Sultan Inayatullah
(
Pangeran Dipati Tuha
[ke-1]) merupakan putera sulung Sultan Mustain Billah, sedangkan
Pangeran Dipati Anom
[ke-1] merupakan putera kedua Sultan Mustain Billah. Setelah dilantik sebagai mangkubumi/Kepala Pemerintahan maka Pangeran Dipati Anom [ke-1] memperoleh gelar
Pangeran di Darat
. Sultan Inayatullah juga bergelar
Ratu Agung
. Ia dimakamkan di Kampung
Keraton
,
Martapura
.
Pangeran Dipati Anta-Kasuma
putera ketiga Sultan Mustain Billah kemudian dilantik menjadi raja daerah di wilayah perbatasan sebelah barat yang disebut
Kerajaan Kotawaringin
.
|
6
|
Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah
|
1645
?
1660
|
* Raja Martapura. Nama lahirnya
Raden Kasuma Alam
. Sultan Saidullah memiliki saudara sebapak yaitu
Raden Kasuma Lelana
. Kepala Pemerintahan/mangkubumi tetapa dipegang Pangeran di Darat yang kini bergelar
Panembahan di Darat
. Setelah wafatnya Panembahan di Darat jabatan mangkubumi dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati Anta-Kasuma, terakhir dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit). Terdapat masa kekosongan Sultan selama setahun sebelum dia ditabalkan, dan menjalankan "kekuasaan" saat itu adalah mangkubumi Pangeran di Darat.
[15]
Gelar lain: Wahidullah/
Ratu Anum
/Ratu Anumdullah/Sultan Ratu. Sultan Ratu memiliki dua putera yaitu Pangeran Suria Angsa (Raden Bagus/Sultan Amrullah) dan Pangeran Suria Negara (Raden Basus/Pangeran Dipati Tuha).
[17]
Keturunannya menjadi Raja-raja Banjar dan Tanah Bumbu.
|
7
|
Sultan Ri'ayatullah bin Sultan Mustain Billah
|
1660
?
1663
|
* Raja Martapura. Nama lahirnya
Raden Halit
. Ia sebagai temporary king/badal menjadi pelaksana tugas bagi Raden Bagus, Putra Mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar resmi dalam khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu mangkubumi keponakan tirinya
Pangeran Mas Dipati
bin Pangeran Dipati Antasari. Gelar lain: Pangeran Dipati Tapasena/
Pangeran Mangkubumi
/Panembahan Sepuh/Tahalidullah/Dipati Halit. Pada tahun
1663
ia dipaksa menyerahkan tahta kepada cucu tirinya Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung yang berpura-pura akan menyerahkan tahta kepada Putra Mahkota Raden Bagus tetapi ternyata untuk dirinya sendiri yang hendak menjadi Sultan.
[15]
|
8
|
Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah
|
1663
?
1679
|
* Nama lahirnya
Raden Bagus
. Masa pemerintahannya sering ditulis tahun 1660-1700. Pada tahun 1660-1663 ia diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam menjalankan pemerintahan karena ia belum dewasa. Pada tahun 1663 paman tirinya Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung merampas tahta dari Sultan Rakyatullah, yang semestinya dirinyalah sebagai ahli waris yang sah sebagai Sultan Banjar berikutnya.
[15]
Sementara itu ia telah dilantik oleh Pangeran Tapesana/Sultan Rakyatullah dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma. Tahun 1663-1679 ia sebagai
raja pelarian
yang memerintah dari pedalaman (
Alay
)
|
|
9
|
Sultan Agung bin Sultan Inayatullah
|
1663
?
1679
|
* Raja Banjarmasih. Nama lahirnya
Raden Kasuma Lalana
kemudian bergelar Pangeran Dipati Anom II setelah menjadi Sultan disebut Sultan Dipati Anom.
[15]
Ia mengambil hak kemenakannya Raden Bagus sebagai Sultan Banjar, setalah mengambil alih jabatan Wali (Pemangku) sultan yang dijabat oleh Pangeran Ratu Sultan Ri'ayatullah. Ia dengan bantuan
suku Biaju
, memindahkan pusat pemerintahan ke
Sungai
Pangeran
(Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu mangkubumi
Pangeran Aria Wiraraja
, putera dari Pangeran Ratu Sultan Ria'ayatullah. Sebagai raja muda ditunjuk adik kandungnya, Pangeran Purbanagara. Ia berbagi kekuasaan dengan saudara kakeknya Pangeran Ratu (Sultan Rakyatullah) yang kembali memegang pemerintahan Martapura sampai mangkatnya pada tahun
1666
.
|
10
|
Sultan Amrullah Bagus Kasuma / Sultan Tahlilullah bin Sultan Saidullah
|
1679
?
1708
|
* Raja
Kayu Tangi
. Pangeran Suria Angsa (Raden Bagus) pewaris tahta Sultan Banjar yang sah setelah tersingkir dari istana kemudian lari ke daerah Alay (1663-1679) untuk menyusun kekuatan dan berhasil kembali ke ibukota untuk membinasakan pamannya tirinya Sultan Agung/Sultan Dipati Anom beserta anaknya Pangeran Dipati, kemudian ia naik tahta kedua kalinya. Saudara tirinya Raden Basus/Suria Negara/Pangeran Dipati Tuha diangkat sebagai Raja daerah
Negara
, yang kemudian membangun
kerajaan Tanah Bumbu
dengan wilayah dari
Tanjung Aru
sampai
Tanjung Silat
yang diperuntukan bagi anaknya yaitu Pangeran Mangu, anak lainnya Pangeran Citra menjadi Sultan
Kelua
.
|
11
|
Sultan Tahmidullah I bin Sultan Tahlilullah/Sultan Amrullah
|
1700
?
1717
|
* Raja Kayu Tangi. Tahmidullah I (Sulthan Tahlilloellah 2 ?) memiliki dua putera dewasa, yang tertua adalah Sultan Ilhamidullah/Sultan Kuning/Sultan Badarul Alam dan yang kedua Sultan Sepuh/Tamjidullah I.
[18]
[19]
Sedangkan penguasa daerah Negara dijabat oleh Pangeran Mas Dipati
[20]
Trah keturunan Sultan Tahmisillah I menjadi Sultan-
sultan Sumbawa
. Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II/Gusti Mesir Abdurrahman/Dewa Pangeran (Sultan Sumbawa (1763 - 1766) merupakan seorang putera dari Pangeran Aria bin Sultan Tahmidillah (ke-1). Sebagai menantu Sultan Sumbawa. kemudian dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa berikutnya oleh Datu Taliwang (raja daerah Taliwang yang juga keturunan Raja Banjar Sultan Hidayatullah I).
[16]
|
12
|
Panembahan Kasuma Dilaga bin Sultan Amrullah
|
1717
?
1730
|
* Raja Kayu Tangi. Ia adalah mangkubumi dan adik sultan sebelumnya. Iparnya yang bernama Raden Jaya Negara dilantik sebagai penguasa daerah Negara
|
13
|
Sultan il-Hamidullah bin Sultan Tahmidullah I
|
1730
?
1734
|
* Raja Kayu Tangi. Gelar lain: Sultan Kuning atau Pangeran Bata Kuning.
[21]
Panglima perang dari
La Madukelleng
menyerang Banjarmasin pada tahun 1733
|
14
|
Sultan Tamjidillah I bin Sultan Tahmidullah I
|
1734
?
1759
|
* Raja Kayu Tangi. Gelar lain: Sultan Sepuh/Panembahan Badarulalam.
[21]
Raja Kayu Tangi. Ia semula mangkubuminya Sultan Kuning, kemudian setelah mangkatnya Sultan Kuning, ia bertindak sebagai wali Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah gelar
Ratu Anom
yang belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan Sepuh ini berusaha Sultan Banjar tetap dipegang pada dinasti garis keturunannya. Adiknya Pangeran Nullah (Penembahan Hirang) dilantik sebagai mangkubumi.
[22]
Tamjidullah I mangkat
1767
.
|
15
|
Sultan Muhammadillah bin Sultan Il-Hamidullah
|
1759
?
1761
|
* Raja Kayu Tangi. Ia menggantikan mertuanya Sultan Sepuh/Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar. Setelah itu mantan Sultan Sepuh tidak lagi memakai gelar Sultan tetapi hanya sebagai
Panembahan
. Sebagai mangkubumi adalah Pangeran Nata dengan gelar
Ratu Dipati
, putera Sultan Sepuh. Gelar lain: Sultan Muhammadillah/Sultan Aminullah/Muhammad Iya'uddin Aminullah/Muhammad Iya'uddin Amir ulatie ketika mangkat anak-anaknya masih belum dewasa, tahta kerajaan kembali dibawah kekuasaan mangkubumi Tamjidillah I tetapi dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata Dilaga sebagai wali Putra Mahkota.
|
16
|
Sultan Tahmidillah II bin Sultan Tamjidillah I
|
1761
?
1801
|
* Raja Kayu Tangi. Tahun 1771 ia memindah ibu kota ke Martapura yang dinamakan Bumi Selamat. Semula sebagai wali
Putra Mahkota
dengan gelar
Panembahan
Kaharuddin Halilullah
. Pamannya yang bernama Pangeran Mas menjadi mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (mangkubumi Sultan
Tahmidullah II
). Ratu Anom Kasuma Yuda kemudian wafat dan digantikan
Ratu Anom Ismail
atau Ratu Anom Mangkubumi Sukma Dilaga.
[22]
Gelar lain: Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam (1772)/Pangeran Nata Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah(
1762
)/Amirul Mu'minin Abdullah(1762)/Sunan Sulaiman Saidullah I(1787)/Panembahan Batu (
1797
)/Panembahan Anom. Mendapat bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan Pangeran Terawei atau Patta To Rawe (anak Aroe Singkang) pimpinan
suku Bugis
-
Paser
yang mengalami kegagalan, kemudian Pangeran Amir menjalin hubungan dengan
suku Bakumpai
dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda
14 Mei
1787
, kemudian diasingkan ke
Srilangka
. Sebagai balas jasa kepada VOC maka dibuat perjanjian
13 Agustus
1787
yang menyebabkan Kesultanan Banjar menjadi vazal VOC atau daerah protektorat, bahkan pengangkatan
Sultan Muda
dan
mangkubumi
harus dengan persetujuan VOC. Sultan Tahmidullah II mempunyai saudara perempuan bernama Ratu Laiya yang menikah dengan Sultan Muhammad dari Sumbawa.
[23]
|
17
|
Sultan Sulaiman al-Mutamidullah bin Sultan Tahmidullah II
|
1801
?
1825
|
* Menurut tradisi suksesi di kesultanan Banjar yang berlaku saat itu, maka putera sulung dari permaisuri akan dilantik sebagai Sultan Muda dan putera kedua akan dilantik sebagai mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) untuk menggantikan mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia. Baginda dilantik sebagai
Sultan Muda
atau
Pangeran Ratu
Sultan Sulaiman
sejak tahun
1767
ketika berusia 6 tahun. Adiknya yaitu Pangeran Mangku Dilaga/Pangeran Ismail kemudian dilantik sebagai mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Mangku Dilaga/Ratoe Anom Ismail. Belakangan
Ratoe Anom Ismail
dihukum bunuh oleh Sultan Sulaiman Saidullah karena diduga akan merencanakan kudeta, sehingga jabatan mangkubumi berikutnya jatuh kepada putera kedua Sultan Sulaiman Saidullah yang bernama Pangeran Husin. Sebagai mangkubumi Pangeran Husin bergelar
Pangeran Mangku Bumi Nata
, jadi ia merupakan adik Sultan Adam - anak sulung Sultan Sulaiman Saidullah.
[24]
Pada masa itu wilayah Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris, namun Inggris melepaskan kekuasaannya atas Banjarmasin. Kemudian Pemerintahan Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya. Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan raja-raja
Kusan
,
Batulicin
dan
Pulau Laut
. Di antaraputera-puterinya adalah Ratu Mashud (ibunda
Pangeran Antasari
) dan Pangeran Singosari yang menurunkan
Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah
.
|
|
18
|
Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah
|
1825
?
1857
|
* Baginda mendapat gelar
Sultan Muda
sejak tahun
1782
, selanjutnya ia menggantikan ayahandanya sebagai Sultan Banjar. Ia dibantu adiknya Pangeran Husin bergelar
Pangeran Mangku Bumi Nata
sebagai mangkubumi. Setelah wafatnya
Pangeran Mangku Bumi Nata
maka putera kedua Sultan Adam yaitu Pangeran Noh dilantik sebagai mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) dengan gelar
Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana
oleh Belanda pada
1842
, sedangkan putera sulung yaitu Pangeran Ratu dilantik sebagai Sultan Muda dengan gelar Sultan Muda Abdul Rahman. Untuk memperoleh calon Pangeran Mahkota berikutnya maka Sultan Muda dinikahkan dengan sepupunya putri dari mangkubumi.
[25]
Setelah wafatnya
Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana
maka pemerintah kolonial Belanda melantik putera dari selir Sultan Muda Abdul Rahman yang bernama Pangeran Tamjidillah (ke-2) untuk mengisi jabatan mangkubumi (pada saat Sultan Muda Abdul Rahman masih hidup). Ketika Sultan Muda Abdul Rahman mangkat (sebelum sempat menjabat sebagai Sultan Banjar) maka Belanda melantik
Tamjidullah II
sebagai
Sultan Muda
sejak
8 Agustus
1852
sambil merangkap jabatan mangkubumi yang sudah dijabat sebelumnya. Hal ini melanggar adat keraton biasanya mangkubumi dan Sultan Muda dijabat oleh orang yang berbeda, karena sepatutnya Sultan Muda dijabat oleh putera sulung dari permaisuri. Sultan Adam menolak pengangkatan Tamjidullah II sebagai Sultan Muda, karena ia menginginkan Pangeran Hidayatullah II untuk jabatan tersebut. Namun setelah wafatnya Sultan Adam, malahan Pangeran Tamjidullah II tetap dilantik pemerintah kolonial Belanda sebagai Sultan Banjar untuk menggantikan sultan Adam, dan sehari kemudian Tamjidullah II menandatangani surat pengasingan pamannya sendiri
Pangeran Prabu Anom
untuk diasingkan ke Bandung pada
23 Februari
1858
.
Tahun 1853 Sultan Adam sebenarnya sudah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidullah II sebagai Sultan Muda (calon Sultan) dibatalkan. Sebagai tandingan Sultan Muda Tamjidullah, tahun 1855 Sultan Adam melantik puteranya Pangeran Prabu Anom (adik almarhum Sultan Muda Abdul Rahman) sebagai
Raja Muda
. Kemudian Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang menunjuk cucunya
Hidayatullah II
sebagai Sultan Banjar penggantinya dan Pangeran Prabu Anom sebagai Mangkubumi, surat wasiat inilah yang menjadi dasar perlawanan segenap bangsawan dan rakyat Banjar terhadap kolonial Hindia Belanda
[26]
| |
19
|
Sultan Tamjidullah II bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman
|
1857
?
1859
|
*Sejak 1851 ia dilantik Belanda sebagai mangkubumi (sewaktu Sultan Muda Abdurrahaman masih hidup) untuk menggantikan
Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana
(adik Sultan Muda Abdurrahaman) yang meninggal dunia, tidak hanya itu kemudian pada tahun 1852 ia dilantik Belanda menjadi Sultan Muda (merangkap mangkubumi) menggantikan ayahnya Sultan Muda Abdurrahman yang mangkat pada 5 Maret 1852, walaupun pelantikannya sebagai Sultan Muda ini tidak disetujui kakeknya Sultan Adam. Pada
3 November
1857
Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal ia anak selir meskipun ia sebagai anak tertua dan kemudian Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai mangkubumi. Jalur suksesi menurut tradisi kesultanan Banjar, untuk promosi jabatan putera-putera dari seorang Sultan yang bertahta, maka putera permaisuri yang sulung dilantik sebagai Sultan Muda dan seorang putera yang lainnya akan dilantik sebagai mangkubumi (jabatan bergengsi kedua setelah Sultan). Pelantikan Tamjidullah II ini sengaja dibuat salah oleh Belanda. Tamjidullah II memiliki tanah lungguh di Kota Banjarmasin karena itu sebagian rakyat dan ulama Banjarmasin mendukungnya. Banjarmasin menurut tradisi berada di bawah otoritas putera tertua Sultan. Pengangkatan Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan karena menurut wasiat semestinya Hidayatullah II sebagai Sultan karena ia anak permaisuri. Pada
25 Juni
1859
, Hindia Belanda memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar kemudian mengirimnya ke
Bogor
. Sultan Seman, mertua Tamjidullah II ditangkap dan dihukum gantung dengan empat orang pengikutnya dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Sebagai pengganti jabatan Sultan Banjar yang kosong, Belanda melantik komisi pemerintahan kerajaan yang terdiri atas Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Muhammad Tambak Anyar. Sementara Sultan Muda menghindari penangkapan Belanda melarikan diri ke pulau Sumatera.
| |
20
|
Sultan Hidayatullah II bin Pangeran Sultan Muda Abdurrahman
|
1859
?
1862
|
* Nama lahirnya adalah
Gusti Andarun
, kemudian sebagai mangkubumi ia memakai gelar Pangeran Hidayatullah. Ia dikenal sebagai
Sultan tanpa mahkota
. Sesuai wasiat Sultan Adam ia sebagai Sultan Banjar penggantinya. Pada 9 Oktober 1856 ia dilantik Belanda sebagai mangkubumi tetapi diam-diam ia menjadi oposisi Tamjidullah II, misalnya dengan mengangkat Kiai Adipati Anom Dinding Raja (Jalil) sebagai tandingan
adipati
Banua Lima
Kiai Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda/Sultan Tamjidullah II. Pangeran Hidayatullah II memiliki tanah lungguh meliputi Alai, Paramasan, Amandit, Karang Intan, Margasari dan Basung. Perjuangan Sultan Hidayatullah II dibantu oleh tangan kanannya
Demang Lehman
yang memegang pusaka kerajaan Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
[27]
Ketika berada di
Banua Lima
pada bulan September 1859, ia dilantik di Amuntai oleh rakyat Banua Lima sebagai Sultan Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi. Pelantikan ini untuk memenuhi angan-angan rakyat Banua Lima walaupun bersifat marjinal karena pada dasarnya seluruh wilayah berada dalam kekuasaan Belanda. Penobatanya ini pada umumnya disetujui pula oleh rakyat yang berada di Banua Lima maupun di luar Banua Lima. Pada tanggal
11 Juni
1860
,
Residen
I.N. Nieuwen Huyzen
mengumumkan penghapusan Kesultanan Banjar yang digantikan komisi kerajaan yang terdiri atas Pangeran Suria Mataram (anak Sultan Adam), Pangeran Mohammad Tambak Anyar (anak
Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana
), Pangeran Hamim (anak Sultan Sulaiman),
Pangeran Achmid
(anak Sultan Sulaiman), Pangeran Dullah, Pangeran Adi Kusuma,
Pangeran Djaija Samitra
, Kia Patih Guna Wijaya, Kia Wira Yuda, Kiai Rana Manggala dan Kiai Mangun Rasmi.. Sultan Hidayatullah II pada
2 Maret
1862
dibawa dari Martapura dan diasingkan ke
Cianjur
| |
21
|
Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir
|
1862
|
* Raja
Bakumpai
dan Tanah Dusun. Pada
14 Maret
1862
, yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, rakyat
Tanah Dusun
, Siang dan Murung memproklamasikan pengangkatan Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi dalam kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Khalifah ini dibantu
Tumenggung Surapati
sebagai panglima perang. Pusat perjuangan di Menawing, pedalaman
sungai Barito
,
Murung Raya
, Kalteng. Dinobatkan sebagai
Pahlawan Nasional
, wafat
11 Oktober
1862
di kampung
Sampirang
,
Bayan Begak
, karena penyakit cacar. Dimakamkan kembali
11 November
1958
di
Komplek Makam Pangeran Antasari
, Banjarmasin.
| |
22
|
Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari
|
1862
?
1905
|
* Raja
Pagustian
/Kastapura.
[28]
Sebagai kepala Pemerintahan
Pagustian
meneruskan perjuangan ayahnya, Pangeran
Antasari
melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti Muhammad Said sebagai mangkubumi dan
Panglima Batur
sebagai panglima perang. Ia melantik menantunya
Pangeran Perbatasari
bin Panembahan Muhammad Said sebagai
Mangkubumi
menggantikan almarhum ayahandanya. Pangeran Perbatasari tertangkap di daerah Pahu,
Kutai Barat
dan dibuang ke
Kampung Jawa Tondano
. Sultan Muhammad Seman sempat mengirim
Panglima Bukhari
ke
Kandangan
untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman gugur pada
24 Januari
1905
ditembak Belanda yang mengakhiri
Perang Banjar
dan banyak para pahlawan pejuang yang tertangkap, Pangeran Aminullah (menantu Pangeran Prabu Anom) dibuang ke Surabaya, Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu, dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah Gusti Berakit. Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan
Gubernur Haga
,
Pimpinan Pemerintahan Civil
,
Pangeran Musa Ardi Kesuma
(Ridzie Zaman Jepang),
Pangeran Muhammad Noor
(Gubernur Kalimantan I), sekarang menjadi
Provinsi Kalimantan Selatan
.
| |
23
|
Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah
|
2010
|
*Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah zuriat dari Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman. Pada masa kemelut Perang Banjar, hanya Pangeran Singosari (saudara Sultan Adam) dan Pangeran Surya Mataram (anak Sultan Adam) yang masih dipercaya oleh rakyat Banjar sebagai tempat mengadukan segala permasalahan pada masa itu. Pangeran Singosari merupakan "perwakilan" Kesultanan Banjar di Banua Lima. Setelah lama mengalami kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang Tarandam" untuk menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi Adat, para zuriat yang tergabung dalam
Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar
(LAKKB), pada
24 Juli 2010
resmi menganugerahkan gelar Pangeran dan menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai
Raja Muda Banjar
Diarsipkan
2013-04-05 di
Wayback Machine
. dan seterusnya diangkat menjadi Sultan Banjar.
| |