Sogdiana
(
atau
) atau
Sogdia
(
atau
;
bahasa Persia Kuno
:
Suguda-
;
bahasa Yunani Kuno
:
Σογδιαν?
,
Sogdian?
;
Persia
:
???
So?d
;
bahasa Tajik
:
Су?д, ???
Su?d
;
bahasa Uzbek
:
S??d
;
Hanzi
:
粟特
Sute
) adalah peradaban kuno
bangsa Iran
serta sebuah provinsi
Kekaisaran Akhemenia
, yang kedelapan belas pada daftar di
prasasti Behistun
Darius Agung
(i. 16). Sogdi "terdaftar" sebagai "tanah dan negeri baik" kedua yang diciptakan oleh
Ahura Mazda
. Daerah ini terdaftar sebagai yang kedua setelah
Airyanem Vaejah
, Negeri Bangsa Arya, dalam kitab
Zoroaster
Vendidad
atau "Videvdat", menunjukkan bahwa daerah ini sudah dianggap penting sejak masa kuno.
[1]
Sogdi, pada masa yang berbeda-beda, meliputi wilayah di sekitar
Samarkand
,
Bukhara
,
Khujand
dan
Shahrisabz
di
Uzbekistan
modern.
Negara-negara Sogdi, meskipun tak pernah bersatu secara politik, berpusat di sekitar kota utama
Samarkand
. Sogdi terletak di sebelah utara
Baktria
, sebelah timur
Khwarezm
, dan sebelah tenggara
Kangju
antara Oxos (
Amu Darya
) dan Jaxartes (
Syr Darya
), meliputi lembah
Zeravshan
yang subur (
Polytimetos
kuno). Wilayah Sogdi berkaitan dengan
provinsi Samarkand
dan
Bokhara
di
Uzbekistan
modern serta provinsi
Sughd
di
Tajikistan
modern.
Orang Sogdi, penggambaran pada sarkofagus Sogdi Cina dari era
Qin Utara
.
Wilayah Sogdi yang merdeka dan senang berperang
[2]
menjadi daerah perbatasan yang menutup Persia Akhemenia dari
bangsa Skythia
nomad di utara dan timur.
[3]
Tebing Sogdi
atau Tebing Ariamazes, sebuah benteng di Sogdi, ditaklukan pada tahun 327 SM oleh pasukan
Aleksander Agung
. Setelah kampanye yang diperluas berhasil menghentikan perlawanan Sogdi dan mendirikan pos terdepan yang diawaki oleh veteran Makedonianya, Aleksander menggabungkan Sogdi dengan
Baktria
menjadi satu
kesatrapan
. Sejak itu kekuatan militer Sogdi tak pernah benar-benar pulih lagi. Selanjutnya Sogdi menjadi bagian dari Kerajaan
Helenistik
Yunani-Baktria
, yang didirikan pada tahun 248 SM oleh
Diodotos
, yang kemudian berdiri selama satu abad selanjutnya.
Euthydemos I
tampaknya sempat menguasai wilayah Sogdi untuk sementara, hingga pada akhirnya area tersebut diduduki oleh
nomad
ketika
bangsa Skythia
dan suku
Yuezhi
menyerangnya sekitar tahun 150 SM.
Sebagian besar pedagang tidak melintasi seluruh Jalur Sutra melainkan memperdagangkan barang melalui para pedagang yang berbasis di kota-kota oasis seperti
Khotan
atau
Dunhuang
. Akan tetapi, orang Sogdi mendirikan jaringan dagang yang terbentang sejauh 150 mil dari Sogdi hingga Cina. Pada kenyataannya, orang Sogdi mengerahkan tenaga mereka untuk berdagang secara menyeluruh sehingga bangsa
Saka
dari
Kerajaan Khotan
menyebut semua pedagang sebagai
suli
(orang Sogdi) terlepas dari kebudayaan dan etnisitas mereka;
[4]
Hubungan Sogdi dengan Cina dimulai oleh kedatangan penjelajah Cina,
Zhang Qian
, pada masa pemerintahan
Wudi
di bekas
Dinasti Han
, yang berkuasa pada tahun 141?87 SM. Ia menuliskan catatan kunjungannya ke "Daerah Barat" di Asia Tengah, dan menyebut daerah Sogdi sebagau "
Kangju
".
Menyusul kunjungan dan laporan Zhang Qian, hubungan komersial Cina dengan Asia Tengah dan Sogdi pun berkembang,
[5]
seiring banyaknya utusan Cina yang dikirim ke negara-negara asing sepanjang abad ke-1 SM.
[6]
Sogdi memainkan peranan penting dan memudahkan perdagangan antara Cina dan Asia Tengah di sepanjang Jalur Sutra. Bahasa mereka bahkan menjadi
lingua franca
perdagangan, dan pada abad ke-7 SM peziarah Buddha
Xuanzang
mencermati bahwa anak-anak Sogdi telah diajarkan baca-tulis pada usia lima tahun, meskipun kemampuan mereka kemudian dialihkan untuk perdagangan, yang membuat Xuanzang, sebagai seorang yang terpelajar, kecewa. Xuanzang juga mencatat bahwa ada pula orang Sogdi yang bekerja dalam profesi lainnya, antara lain sebagai pembuat karpet, pembuatt kaca, dan pemahat kayu.
[7]
Orang Sogdi ikut berperan dalam pergerakan budaya, filsafat dan agama, misalnya
Manicheisme
,
Zoroastrianisme
, dan
Buddhisme
ke timur. Dalam beberapa sumber, misalnya dokumen yang ditemukan oleh Sir
Aurel Stein
, diketahui bahwa pada abad ke-4 SM, orang Sogdi telah memonopoli perdagangan antara India dan Cina. Selain itu, pada tahun 68 SM seorang utusan Turk-Sogdi pergi ke Kekaisaran Romawi, tepatnya ke
Konstantinopel
. Ia menghadap Kaisar Romawi untuk meminta izin perdagangan. Pada tahun-tahun berikutnya kegiatan perdagangan antara dua negara itu semakin berkembang.
[8]
[4]
Suyab
dan
Talas
adalah pusat utama Sogdi di utara, dan kota-kota ini mendominasi rute kafilah di Asia Tengah. Kepentingan komersial mereka dilindungi oleh kekuatan militer
Gokturk
yang sedang bangkit, yang kekaisarannya digambarkan sebagai "negara gabungan dari klan
Ashina
dan orang Sogdi."
[9]
[10]
[11]
Perdagangan Sogdi, dengan mengalami beberapa gangguan, berlanjut pada abad ke-9 M. Pada abad ke-10 M, Sogdi menjadi bagian dari
Kekaisaran Uyghur
, yang hingga tahun 840 M meliputi Asia Tengah bagian utara. Pada masa ni kafilah-kafilah Sogdi yang berkelana hingga Mongolia Atas disebutkan dalam sumber-sumber Cina.
Selama abad ke-5 dan ke-6 banyak orang Sogdi yang menetap di Koridor Hexi di mana mereka memperoleh otonomi dalam hal pemerintahan dan memiliki adminsitrator resmi yang ditunjuk dan dikenal sebagai 'sabao', mengindikasikan pentingnya mereka bagi struktur sosioekonomi Cina. Pengaruh Sogdi pada perdagangan Cina juga dibuktikan oleh dokumen Cina yang mendata pajak yang dibayarkan dari perdagangan kafilah di daerah Turpan yang menunjukkan bahwa dua puluh sembilan dari tiga puluh lima transaski komersial melibatkan pedagang Sogdi dan pada tiga belas di antaranya, baik penjual maupun pembelinya sama-sama merupakan orang Sogdi.
[12]
Barang dagangan yang dibawa ke Cina oleh orang Sogdi meliputo
anggur
,
alfalfa
, dan
barang perak Sassania
, serta wadah kaca, koral Laut Tengah, patung Buddha kuningan, kain wol Romawi dan
amber Baltik
. Benda-benda ini di Cina ditukarkan dengan merica, tembaga, dan sutra.
[4]
Menyusul
Pemberontakan An Lushan
, yang didukung oleh banyak orang Sogdi, mereka pun akhirnya dibantai. Akibatnya banyak orang Sogdi yang kemudian mengganti nama mereka untuk menyelematkan diri. Ini memenyebabkan sedikitnya informasi yang diketahui mengenai kehadiran orang Sogdi di Cina utara sejak masa itu.
[13]
- ^
"Avesta: Vendidad (English): Fargard 1"
. Avesta.org.
- ^
Independent Sogdi: Lane Fox (1973, 1986:533) notes
Quintus Curtius
, vi.3.9: with no satrap to rule them, they were under the command of
Bessus
at
Gaugamela
, according to
Arrian
, iii.8.3.
- ^
"The province of Sogdia was to Asia what Macedonia was to Greece: a buffer between a brittle civilization and the restless barbarians beyond, whether the Scyths of Alexander's day and later or the
White Huns
, Turks and Mongols who eventually poured south to wreck the thin veneer of Iranian society" (
Robin Lane Fox
,
Alexander the Great
(1973) 1986:301).
- ^
a
b
c
Wood, Francis (2002).
The Silk Road: Two Thousand Years in the Heart of Asia
. Berkeley, CA: University of California Press. hlm.
65
?68.
ISBN
978-0-520-24340-8
.
- ^
C. Michael Hogan,
Silk Road, North China
, The Megalithic Portal, ed. Andy Burnham
- ^
Shiji
, trans. Burton Watson
- ^
Wood 2002:66
- ^
J. Rose, 'The Sogdians: Prime Movers between Boundaries', Comparative Studies of South Asia, Africa and the Middle East, vol. 30, no. 3, (2010), hlm. 412
- ^
Wink, Andre.
Al-Hind: The Making of the Indo-Islamic World
. Brill Academic Publishers, 2002.
ISBN 0-391-04173-8
.
- ^
de la Vaissiere, Etienne (July 20, 2004).
"Sogdian Trade"
. Encyclopedia Iranica
. Diakses tanggal
2011-11-04
.
- ^
Stark, Soren.
Die Altturkenzeit in Mittel- und Zentralasien
. Archaologische und historische Studien (Nomaden und Sesshafte, vol. 6). Reichert, 2008 ISBN 03895005320.
- ^
J. Rose, 'The Sogdians: Prime Movers between Boundaries', Comparative Studies of South Asia, Africa and the Middle East, vol. 30, no. 3, (2010), hlm. 416
- ^
J. Rose, 'The Sogdians: Prime Movers between Boundaries', Comparative Studies of South Asia, Africa and the Middle East, vol. 30, no. 3, (2010), hlm. 417