Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Shinhan Bank
(新韓銀行
Shinhan Eunhaeng
,
SWIFT
SHBKKRSE, numerik 088), adalah sebuah
bank
yang ber
kantor pusat
di
Seoul
,
Korea Selatan
. Bank ini adalah bank pertama di Korea, karena telah berdiri dengan nama Hanseong Bank pada tahun 1897. Bank ini kemudian didirikan kembali pada tahun 1982. Bank ini merupakan bagian dari
Shinhan Financial Group
, bersama dengan Jeju Bank.
Chohung Bank
bergabung dengan Shinhan Bank pada tanggal 1 April 2006.
Shinhan Bank memulai sejarahnya sebagai sebuah perusahaan kecil dengan modal sebesar KRW 25,0 milyar, 279 pegawai, dan tiga kantor cabang pada tanggal 7 Juli 1982. Hingga tanggal 30 Juni 2016, Shinhan Bank memiliki aset sebesar 298,945 triliun won, dana pihak ketiga sebesar 221,047 triliun, dan menyalurkan pinjaman sebesar 212,228 triliun. Shinhan Bank adalah anak usaha utama dari Shinhan Financial Group (SFG).
[1]
Shinhan Bank adalah penerus dari
Hanseong Bank
, bank modern pertama di Korea. Hanseong Bank didirikan oleh Kim Jong-Han pada tahun 1897, tetapi mulai beroperasi sekitar tahun 1900. Hanseong Bank awalnya hanya menempati sebuah rumah kecil dengan dua ruangan. Satu ruang untuk presiden, Yi Jae-Won, dan satu ruang lain untuk para staf. Hanseong Bank beroperasi dengan meminjam dana dari bank asal
Jepang
dengan bunga rendah dan kemudian meminjamkan dana tersebut ke masyarakat Korea dengan bunga dua kali lipat lebih besar. Hanseong Bank tetap dapat sukses, karena besaran bunga tersebut masih jauh lebih rendah daripada sumber dana lain di Korea pada saat itu.
[2]
Dalam sebuah anekdot, properti pertama yang diagunkan kepada Hanseong Bank adalah seekor keledai. Staf Hanseong Bank pun harus memberi makan dan merawat keledai tersebut, hingga peminjam dapat melunasi pinjamannya.
[2]
Pada bulan Maret 2013,
Komisi Jasa Keuangan
Korea Selatan mengatakan bahwa Shinhan Bank melaporkan bahwa
peladen
perbankan Internet milik mereka telah diblokir untuk sementara.
[3]
Pemerintah Korea Selatan pun menduga bahwa
Korea Utara
terlibat dalam
serangan siber tersebut
, tetapi Pemerintah Korea Utara membantahnya.
[4]