Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
| Artikel ini memerlukan
pemutakhiran informasi
.
Harap perbarui artikel dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia.
|
Sejarah Kota Padang
tidak lepas dari pengaruh kedatangan orang-orang asing yang kemudian menetap dan membangun
kota Padang
.
Kemudian pertumbuhan beberapa kawasan yang sedemikian pesat, mendorong terbentuknya struktur pemerintahan yang efektif untuk dapat memberikan layanan kepada masyarakatnya.
Menurut
tambo
pada masyarakat, kawasan kota ini dahulunya merupakan salah satu kawasan
rantau
yang didirikan oleh para perantau
Minangkabau
dari dataran tinggi (
darek
). Tempat pemukiman pertama adalah perkampungan di pinggiran selatan
Batang Arau
di tempat yang sekarang bernama Seberang Pebayan.
[1]
Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, pada awalnya kawasan daerah pesisir pantai barat Sumatra berada di bawah pengaruh
kerajaan Pagaruyung
.
[2]
Namun pada awal abad ke-17, kawasan ini telah menjadi bahagian dari kedaulatan
kesultanan Aceh
.
[3]
[4]
[5]
Kota Padang telah dikunjungi oleh pelaut Inggris pada tahun
1649
,
[6]
kemudian mulai berkembang sejak kehadiran
VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun
1663
, yang diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan
luhak
.
[7]
Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun pelabuhan dan pemukiman baru di pantai barat Sumatra untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau, selanjutnya pada tahun
1668
, VOC telah berhasil mengusir pengaruh
kesultanan Aceh
dan menanamkan pengaruhnya di sepanjang pantai barat Sumatra, hal ini diketahui dari
surat
regent
Jacob Pits kepada
Raja Pagaruyung
, yang berisi permintaan dilakukannya hubungan dagang kembali dan mendistribusikan
emas
ke kota ini.
[8]
Walaupun pada tanggal
7 Agustus
1669
, terjadi pergolakan masyarakat
Pauh
dan
Koto Tangah
melawan monopoli VOC, tetapi dapat diredam oleh VOC. Peristiwa ini dikemudian hari diabadikan sebagai tahun lahir kota Padang.
[9]
Peranan kota Padang sebagai kawasan
pelabuhan
dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman Minangkabau terus meningkat, dengan membuat beberapa kontrak dagang dengan penguasa Minangkabau, Belanda mendapatkan keuntungan yang banyak dalam monopoli perdagangan tersebut, tercatat sejak tahun
1770
diberangkatkan dari
pelabuhan Muara
sebanyak 0.3 miliar pikul lada dan 0.2 miliar gulden emas per tahunnya.
[10]
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia,
Mr. Abubakar Jaar
diangkat sebagai
wali kota
pertama kota Padang dalam negara kesatuan Republik Indonesia, Mr. Abubakar Jaar merupakan seorang pamong sejak zaman Belanda,
[11]
yang kemudian menjadi residen di
Sumatera Utara
.
[12]
- ^
Colombijn, Freek.
Paco-Paco (Kota) Padang
. hlm. 56.
- ^
Cortesao, Armando, (1944),
The Suma Oriental of Tome Pires
, London: Hakluyt Society, 2 vols.
- ^
Kathirithamby-Wells, J., (1969),
Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663
, JSEAH 10, 3:453-479.
- ^
Abdullah, Taufik.
"Some Notes on the Kaba Tjindua Mato: An Example of Minangkabau Traditional Literature"
(PDF)
. Diakses tanggal
2010-03-30
.
- ^
Herniwati, author (2011).
"Cina Padang dalam dinamika masyarakat Minangkabau: dari revolusi sampai reformasi = Padang Chinese in Minangkabau society dynamics: from revolution to reformasi"
.
Universitas Indonesia Library
(dalam bahasa Inggris)
. Diakses tanggal
2020-01-18
.
- ^
Keane, A.H., (1892).
Eastern geography: A geography of the Malay peninsula, Indo-China, the Eastern archipelago, the Philippines, and New Guinea
. E. Stanford.
- ^
Colombijn, Freek, (1996),
Padang
, Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, hal. 281-288,
doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8
. (Jurnal berbayar)
- ^
NA, VOC 1277,
Mission to Pagaruyung
, fols. 1027r-v
- ^
Pemda Tingkat II Kotamadya Padang, (1995),
326 tahun Padang kota tercinta, 7 Agustus 1669-7 Agustus 1995: gerbang pariwisata Indonesia kawasan barat
, Pemda Tingkat II Kotamadya Padang bekerja sama dengan PT. Buana Lestari.
- ^
Jacobs, E.M., (2006),
Merchant in Asia: the trade of the Dutch East India Company during the eighteenth century
, CNWS Publications,
ISBN 90-5789-109-3
.
- ^
Asnan, Gusti, (2007),
Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an
, Yayasan Obor Indonesia,
ISBN 978-979-461-640-6
.
- ^
Husein, Ahmad, (1992),
Sejarah perjuangan kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950
, Volume 1, Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau,
ISBN 978-979-405-126-9