Satuan 81 Kopassus,
atau dulu lebih dikenal sebagai
SAT-81/Gultor
adalah satuan antiteror di
Kopassus
setingkat Grup yang terdiri dari prajurit terbaik dengan kualifikasi di atas rata-rata pasukan khusus pada umumnya yang diseleksi dari satuan Kopassus. Satuan-81 Kopassus sendiri bermarkas di
Cijantung
,
Jakarta Timur
.
Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan secara luas dari sisi jumlah personel maupun jenis persenjataannya yang digunakannya.
Semua unsur tersebut dijaga dengan kerahasiaan tingkat tinggi dan hanya diketahui oleh sebagian kecil pemangku otoritas. Mengingat ini satuan terbaik di antara yang terbaik di dalam organisasi Kopassus secara khusus, dan TNI Angkatan Darat pada umumnya.
Perlu untuk diketahui bahwa beberapa tahun belakangan ini istilah Gultor dihilangkan seiring dengan peningkatan kualifikasi yang dimiliki lebih dari sekadar penanggulangan teror.
Pendirian Satuan-81 Kopassus tidak lepas dari analisis intelijen atas perkembangan eskalasi jaringan terorisme internasional pada periode 1970 hingga 1980-an yang dapat mengancam stablitas hubungan internasional maupun negara itu sendiri.
Pada tahun 1970
,
Kepala Pusat Intelijen Strategis melaksanakan studi banding ke negara-negara Barat seperti Eropa dan Amerika dalam proses pembentukan satuan anti teror.
Beberapa negara dan satuan antiteror yang menjadi acuannya antara lain ialah
Korps Commandotroepen
dari Belanda, kemudian
Special Air Service
yang adalah pasukan khusus Angkatan Darat dari Inggris,
GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9)
, satuan kepolisian paramiliter elit dari Jerman Barat, dan
U.S Special Force
dari Amerika Serikat.
Pada tanggal 28 Maret 1981
,
terjadi suatu peristiwa pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis bernama Komando Jihad.
Kopassus, yang waktu itu masih bernama Kopassandha, kemudian ditunjuk oleh
Panglima ABRI
pada saat itu yakni,
Jenderal M. Jusuf
untuk mengambil alih operasi pembebasan sandera dengan
Letnan Kolonel Inf. Sintong Panjaitan
sebagai pimpinan operasi, dengan memilih personel Kopassandha yang terbaik dimana saat itu Sat 81/Gultor belum terbentuk.
Operasi pembebasan sandera pun berjalan sukses dan secara dramatis melambungkan reputasi Kopassus di mata dunia internasional.
Berangkat dari pengalaman ketidaksiapan dalam menghadapi terorisme di era itu kemudian mendorong
Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI
saat itu,
Letnan Jenderal TNI L.B Moerdani
, untuk menginisiasi agar segera membuat kesatuan baru setingkat Detasemen di lingkungan Kopassandha.
Pada
30 Juni
1982
, dibentuklah
Satuan Anti Teror
Detasemen 81 (Den-81)
Kopassandha
, melalui surat keputusan nomor: SKEP/4/VI/1982 tanggal 30 Juni 1982 yang merupakan Satuan Anti Teror pertama di Indonesia, dengan
Mayor
Inf.
Luhut Binsar Panjaitan
sebagai komandan dan
Kapten
Inf.
Prabowo Subianto
selaku wakil komandan.
Kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke
GSG-9
(Grenzschutzgruppe-9)
Jerman
dan sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih para
prajurit
Kopassandha
yang ditunjuk ke Den-81.
Satuan-81 merupakan ujung tombak pertahanan dan keamanan Republik Indonesia. Tidak seperti satuan lain yang selalu mengekspos kegiatan mereka, visi dan misi Satuan-81 adalah untuk "tidak diketahui, tidak terdengar dan tidak terlihat".
Keinginan mendirikan Den-81 sebenarnya tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.
Pasukan yang berhasil membebaskan Woyla inilah yang menjadi cikal bakal Personil Dan Pasukan Khusus Den-81, dan belakangan diganti lagi menjadi Satuan 81 Kopassus. Den-81 dimekarkan menjadi GRUP-5 / Anti Teror pada Kopassus periode 1995 - 2001, dan tanggal 6 Juni 2001 (KEP/ 12/ VI/ 2001) terjadi perubahan dari GRUP-5/ Anti Teror Kopassus menjadi SAT-81 GULTOR KOPASSUS, dan kini menjadi Satuan 81 Kopassus.
Satuan-81 adalah merupakan salah satu Pasukan Khusus bersenjata yang paling progresif didunia. Satuan-81 adalah merupakan unit kedua di dunia (setelah GSG-9)pemakai senapan serbu HK MP-5 dan produk Heckler & Koch lainnya. Selan itu, Satuan 81 juga adalah pelopor pemakaian PETN sebagai bahan peledak alternatif selain C-4 dan Semtek.
Satuan yang ada di bawah kendali Sat-81 adalah:
- Batalyon 811 Sat 81 Kopassus
- Batalyon 812 Sat 81 Kopassus
Rekrutmen anggota Satgultor 81/Kopassus diambil dari anggota minimal berdinas aktif 2 tahun di Grup-Grup Jajaran
Komando Pasukan Khusus
TNI Angkatan Darat
.
Sekembalinya ke markas, prajurit tadi akan ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke Satuan Sandi Yudha atau Satuan Antiteror. Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar.
Secara keseluruhan, bisa dipastikan bahwa Sat-81 terlibat di dalam setiap operasi rahasia militer yang dilakukan ABRI dan kemudian dilanjutkan oleh TNI.
Adapun operasi tersebut RI di Utara, disinyalir bahwa satu peleton Sat-81 telah ditugaskan di perbatasan
Kalimantan Timur
untuk patroli intai jarak jauh (Long Range Recon Mission). Dikabarkan pula bahwa unsur Sat-81 telah diturunkan juga untuk mengejar Nordin M Top dan kawan kawan.
Sampai saat Satuan-81 anti teror adalah salah satu perangkat BIN (Badan intelijen nasional) di dalam operasi khusus yang bersifat paramiliter.
No
|
Nama
|
Dari
|
Sampai
|
Jabatan terakhir
|
Keterangan
|
1.
|
Letkol
Inf
Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A.
|
1981
|
1990
|
Komandan Kodiklatad
|
Jenderal TNI
(HOR)
|
2.
|
Kolonel
Inf
Zamroni, S.E.
|
1995
|
1996
|
Asops Panglima TNI
|
Mayor Jenderal TNI
|
3.
|
Kolonel
Inf
Adel Gustimego
|
1996
|
1996
|
Komandan Detasemen 81/Gultor
|
Kolonel
(
Anumerta
)
|
4.
|
Kolonel
Inf
Lodewijk Freidrich Paulus
|
2001
|
2003
|
Komandan Kodiklatad
|
Letnan Jenderal TNI
|
5.
|
Kolonel
Inf
Daniel Ambat
|
2005
|
2006
|
Panglima Divif 2/Kostrad
|
Mayor Jenderal TNI
|
6.
|
Kolonel
Inf
I Made Agra Sudiantara
|
-
|
-
|
Komandan Pussenif
|
Mayor Jenderal TNI
|
7.
|
Kolonel
Inf
Nugroho Budi Wiryanto, S.Ip., M.M., Q.I.A.
|
2009
|
2010
|
Wairjenad
|
Mayor Jenderal TNI
|
8.
|
Kolonel
Inf
Santos Gunawan Matondang, S.Ip., M.M., M.Tr.(Han).
|
2010
|
2010
|
Pangdam XIII/Merdeka
|
Mayor Jenderal TNI
|
9.
|
Kolonel
Inf
I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han).
|
2010
|
2012
|
Waka BIN
|
Letnan Jenderal TNI
|
10.
|
Kolonel
Inf
R. Sidharta Wisnu Graha, S.E.
|
2012
|
2014
|
Gubernur Akmil
|
Mayor Jenderal TNI
|
11.
|
Kolonel
Inf
Taufiq Shobri
|
2014
|
2015
|
Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Unhan
|
Brigadir Jenderal TNI
|
12.
|
Kolonel
Inf
Thevi Angandowa Zebua, S.E.
|
2015
|
2016
|
Waaslat Kasad bidang Kermamil
|
Brigadir Jenderal TNI
|
13.
|
Kolonel
Inf
Tri Budi Utomo, S.E.
|
2016
|
2017
|
Pangdam VI/Mulawarman
|
Mayor Jenderal TNI
|
14.
|
Kolonel
Inf
Murbianto Adhi Wibowo
|
2017
|
2018
|
Kapusdiklat BIN
|
Brigadir Jenderal TNI
|
15.
|
Kolonel
Inf
Yudha Airlangga
|
2018
|
2019
|
Wadanjen Kopassus
|
Brigadir Jenderal TNI
|
16.
|
Kolonel
Inf
Willy Brodus Yos Rohadi
|
2019
|
2020
|
Wakil Komandan Rindam II/Sriwijaya
|
-
|
17.
|
Kolonel
Inf
Benny Rahadian Chaniago
|
2020
|
2022
|
?
|
-
|
18.
|
Kolonel
Inf
Raden Nasrul Fathurrohman
|
2022
|
2023
|
Pamen Mabesad dalam rangka Dikreg Sesko TNI TA. 2023
|
-
|
19.
|
Kolonel
Inf
Charles Yohanes Alling, S.E., M.MDS.
|
2023
|
2024
|
Asren Danjen Kopassus
|
-
|
20.
|
Kolonel
Inf
Nur Wahyudi, S.E., M.I.POl.
|
2024
|
Sekarang
|
Dansat-81/Gultor
|
-
|
- Kapten Inf
Prabowo Subianto
(1982)?????
- Letkol Inf
Hotma Marbun
??
- Letkol Inf
Zamroni, S.E.
(1993-1995)??
- Letkol Inf
Hotmangaraja Panjaitan
???
- Letkol Inf
Daniel Ambat
(2001-2002)??
- Letkol Inf
Santos Gunawan Matondang, S.Ip., M.M., M.Tr.(Han).
(2008-2009)??
- Letkol Inf
I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han).
(2010)???
- Letkol Inf
Murbianto Adhi Wibowo
(2015)?
- Letkol Inf
Achiruddin, S.E.
(2017-2018)??
- Letkol Inf
Josep D.D. Surbakti, S.E.
(2019-2020)
- Letkol Inf
Wimoko
(2020-2022)
- Letkol Inf
Charles Alling, S.E., M.MDS.
(2022-2023)