Madonna
karya
Raphael
, sebuah contoh seni rupa bertopik Maria dalam Gereja Katolik
Salve Regina
adalah sebuah
Himne Maria
, dan salah satu dari empat
antifon Maria
yang dinyanyikan pada berbagai kesempatan sepanjang
tahun liturgi
dalam
Gereja Katolik Roma
.
Salve Regina
digunakan mulai hari
Minggu Trinitas
sampai hari Sabtu sebelum hari Minggu pertama masa
Adven
.
Salve Regina
atau
Salam, Ya Ratu
dalam
bahasa Indonesia
, juga adalah sebuah doa kepada Maria sebagai penutup rangkaian
doa Rosario
.
Salve Regina
diciptakan pada
Abad Pertengahan
, kemungkinan besar oleh
Hermann dari Reichenau
, seorang rahib Jerman, dan mula-mula muncul dalam
bahasa Latin
, bahasa utama Gereja Barat sampai zaman modern. Menurut tradisi lagu ini dinyanyikan dalam bahasa Latin, meskipun ada banyak terjemahannya. Terjemahan-terjemahan tersebut kerap digunakan sebagai doa yang didaraskan.
Versi
gregorian
dari
Salve Regina
.
- Salve, Regina, Mater misericordiae,
- vita, dulcedo, et spes nostra, salve.
- ad te clamamus exsules filii Hevae,
- ad te suspiramus, gementes et flentes
- in hac lacrimarum valle.
- Eia, ergo, advocata nostra, illos tuos
- misericordes oculos ad nos converte;
- et Jesum, benedictum fructum ventris tui,
- nobis post hoc exsilium ostende.
- O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria.
Berikut ini adalah terjemahan
Salve Regina
menurut buku
Puji Syukur
yang digunakan dalam
Gereja Katolik di Indonesia
.
- Salam, ya Ratu, bunda yang berbelas kasih,
- hidup, hiburan, dan harapan kami.
- dengarkan kami anak Hawa yang terbuang,
- Bunda, perhatikan keluh kesah kami
- dalam lembah duka ini.
- Ya Ibunda, ya penolong kami, dengan mata
- yang memancarkan kasihan pandanglah kami;
- Dan kelak, tunjukkanlah kepada kami,
- Yesus, buah rahimmu yang terpuji.
- Maria, yang pemurah, ya Perawan yang baik hati.
Madonna
karya
Tiepolo
, 1760
Salve Regina
digunakan dalam
Gereja Katolik
, biasanya dalam perayaan-perayaan seperti
hari raya Maria diangkat ke surga
dan
hari raya Maria dikandung tanpa noda
. Karena perubahan-perubahan setelah
Konsili Vatikan II
dan makin banyaknya lagu-lagu pujian dalam bahasa lokal,
Salve Regina
mulai jarang dinyanyikan dibanding pada masa lampau.
Salve Regina
bersal dari abad ke-11 sehingga tidak tergolong dalam kumpulan
kidung Gregorian
yang jauh lebih tua itu.
Salve Regina
biasanya dinisbatkan kepada
St. Anselmus dari Lucca
(wafat 1080) atau
St. Bernardus dari Clairvaux
. Ada dua legenda yang mengaitkannya dengan Santo
Bernardus dari Clairvaux
. Legenda yang pertama mengisahkan bahwa ketika orang kudus itu bertugas sebagai
legatus apostolik
di
Jerman
, dia memasuki
katedral
(pada
Malam Natal
1146) dalam sebuah prosesi diiringi nyanyian
Salve Regina
, dan tatkala bait
"O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria"
dinyanyikan, dia berlutut tiga kali. Menurut legenda kedua, pada saat itu St. Bernardus mendadak terinspirasi lalu menambahkan bait
"O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria"
untuk pertama kalinya. "pelat-pelat kuningan dipasang pada lantai Gereja, untuk menandai jejak langkah hamba Allah itu, serta tempat-tempat dia dengan perasaan mendalam menyeru kemurahan hati, belas kasih, dan kebaikan Perawan Maria yang terberkati" (rincian selengkapnya lih. Ratisbonne, "Life and Times of St. Bernard", edisi Amerika, 1855, hal.381).
[1]
Namun kini kepengarangannya dinisbatkan kepada
Hermann dari Reichenau
. Durandus, dalam karyanya "Rationale", menisbatkannya kepada Petrus dari Monsoro (wafat sekitar 1000), Uskup
Compostela
. Kepengarangan
Salve Regina
juga dinisbatkan kepada
Adhemar
, Uskup Podium (Puy-en-Velay), tempat
Salve Regina
disebut "Antiphona de Podio" (Kidung pujian dari Le Puy). Adhemar adalah orang pertama yang meminta izin untuk ikut dalam Perang Salib, dan orang pertama yang menerima salib dari
Paus Urbanus II
. "Sebelum berlepas, di penghujung Oktober 1096, dia menciptakan lagu perjuangan Perang Salib, yang dalam syairnya dimohonkan doa restu dari Sang Ratu Surga, Salve Regina" (Migne, "Dict. des Croisades", s. v. Adhemar). Konon dia minta agar para rahib Cluny memasukkannya dalam ibadat harian mereka, namun tidak ada bukti penggunaannya di Cluny sebelum masa
Petrus Venerabilis
, yang mendekritkan (sekitar 1135) agar kidung tersebut dinyanyikan mengiringi prosesi pada perayaan-perayaan tertentu.
[1]
Syairnya tersusun seperti yang ada sekarang di Biara
Cluny
pada abad ke-12, dan penggunaannya dalam
liturgi
Katolik tersebar luas sejak saat itu.
Salve Regina
umumnya didaraskan seusai
doa rosario
. Dalam liturgi,
Salve Regina
adalah salah satu dari empat
antifon Maria
yang didaraskan sesudah ibadat penutup
(Completorium
), dan di beberapa tempat, sesudah ibadat pagi
(Laudes)
atau waktu-waktu lainnya dalam
ibadat harian
.
Pada abad ke-18,
Salve Regina
menjadi salah satu pokok bahasan dalam kitab klasik
Mariologi Katolik Roma
,
Kemuliaan-Kemuliaan Maria
karya
St. Alfonsus Liguori
. Dalam bagian pertama, dan bagian utama dari kitab tersebut, St. Alfonsus, seorang
Pujangga Gereja
, membahas
Salve Regina
secara rinci, dan dengan berdasar atas
Salve Regina
menjelaskan bagaimana Allah memberikan Maria kepada umat manusia sebagai "Pintu Gerbang Surga".
[2]