Kota Sabang
|
---|
|
Tugu Kilometer 0 Indonesia di Kota Sabang.
|
Lambang
|
Julukan:
Kota Seribu Benteng
|
Peta
|
Peta
Tampilkan peta Sumatra
Kota Sabang (Indonesia)
Tampilkan peta Indonesia
|
Koordinat:
5°53′35″N
95°19′12″E
/
5.8931°N 95.32°E
/
5.8931; 95.32
|
Negara
|
Indonesia
|
---|
Provinsi
| Aceh
|
---|
Dasar hukum
| UU RI No.10 Tahun 1965 & PP RI No.20 Tahun 1979
|
---|
Hari jadi
| 24 Juni 1965
(umur 58)
|
---|
Jumlah satuan pemerintahan
[1]
| |
---|
|
?
Wali Kota
| Reza Fahlevi
(Penjabat)
|
---|
|
? Total
| 122,13 km
2
(47,15 sq mi)
|
---|
|
? Total
| 42.559
|
---|
? Kepadatan
| 350/km
2
(900/sq mi)
|
---|
|
?
Agama
| Islam
98,53%
Kristen
0,85%
-
Protestan
0,72%
-
Katolik
0,13%
Buddha
0,62%
[2]
|
---|
?
Bahasa
| Indonesia
(resmi),
Aceh
|
---|
?
IPM
| 76,11 (
2021
)
tinggi
[3]
|
---|
Zona waktu
| UTC+07:00
(
WIB
)
|
---|
Kode pos
| 23517-23521
|
---|
Kode BPS
| 1172
|
---|
Kode area telepon
| (+62)652
|
---|
Pelat kendaraan
| BL
xxxx
M**
|
---|
Kode Kemendagri
| 11.72
|
---|
APBD
| Rp 613.999.489.403,-
[4]
|
---|
PAD
| Rp 46.609.405.393,-
[4]
|
---|
DAU
| Rp 379.352.618.000,- (
2020
)
[5]
|
---|
Situs web
| sabangkota
.go
.id
|
---|
Sabang
adalah salah satu
kota
di
Aceh
,
Indonesia
.
[1]
[6]
Kota ini berupa kepulauan di seberang utara Pulau
Sumatra
, dengan Pulau
Weh
sebagai pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia,
[7]
ia sering disebut sebagai titik paling utara dan barat Indonesia, tepatnya di Pulau
Rondo
.
[8]
Pada tahun
2021
jumlah penduduk kota Sabang sebanyak 42.559 jiwa, dengan kepadatan 278 jiwa/km².
[2]
Sabang merupakan "titik nol" untuk wilayah barat Indonesia.
[9]
Setelah pembukaan
Terusan Suez
pada tahun 1869, kepulauan Indonesia tidak lagi dapat dicapai dari Selat Sunda, tetapi melalui Selat Malaka, dan tentu saja melewati pulau Weh. Ketika
VOC
sebagai serikat dagang Belanda dibubarkan pada tahun 1799, didirikanlah
Nederlandsche Handel Maatschappij
(NHM) yang membeli rempah-rempah dan hasil perkebunan di wilayah koloninya dengan harga murah yang membuat keuntungan besar bagi Belanda. Tahun 1881 Belanda mendirikan Kolen Station di teluk Sabang yang terkenal dengan pelabuhan alamnya.
Tahun 1883 didirikan "Atjeh Associate" oleh Factorij van de Nederlandsche Handel Maatschappij (Pabrik NHM) dan De Lange & Co. di
Batavia
(Jakarta) untuk mengoperasikan pelabuhan dan stasiun batubara di Sabang. Awalnya pelabuhan ini dimaksudkan sebagai stasiun batubara untuk
Angkatan Laut Belanda
, tetapi kemudian juga melayani kapal dagang umum. Pada tahun 1895 sebuah depot batubara atau pelabuhan alam yang bernama Kolen Station selesai dibangun dengan kapasitas 25.000 ton batubara yang berasal dari
Sumatera Barat
. Pelabuhan juga menyediakan bahan bakar minyak yang dikirim dari
Palembang
. Kapal uap dari banyak negara, singgah untuk mengambil bahan bakar batubara, air segar, ataupun memanfaatkan fasilitas perbaikan kapal (docking).
Tahun 1896 Sabang dibuka sebagai pelabuhan bebas (
vrij haven
) untuk perdagangan umum dan sebagai pelabuhan transit barang-barang terutama dari hasil pertanian Deli, sehingga Sabang mulai dikenal oleh lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia. Tahun 1899 Ernst Heldring mengenali potensi Sabang untuk menjadi pelabuhan internasional dan mengusulkan pengembangan pelabuhan Sabang pada NHM dan beberapa perusahaan Belanda lainnya melalui bukunya yang berjudul
Oost Azie en Indie
(Asia Timur dan Hindia).
Balthazar Heldring selaku presiden direktur NHM menyambut baik usulan ini dan pada tahun itu juga mengubah Atjeh Associate menjadi N.V. Zeehaven en Kolenstation Sabang te Batavia (Perusahaan Pelabuhan Sabang dan Stasiun Batubara Batavia) yang kemudian dikenal dengan Sabang Maatschappij atau Sabang Mij, dan merehabilitasi infrastruktur pelabuhan agar layak menjadi pelabuhan bertaraf internasional. Dengan demikian, sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang adalah pelabuhan yang sangat penting dibandingkan
Singapura
.
Perang Dunia II
ikut memengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan
Jepang
dan dijadikan basis pertahanan maritim wilayah barat yang terbesar di Sumatra. Kemudian Sabang sebagai pelabuhan bebas ditutup dan pelabuhan Sabang dijadikan sebagai pelabuhan militer Jepang, kemudian dibom pesawat
Sekutu
dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup. Tahun 1945 Sabang mendapat dua kali serangan dari pasukan Sekutu dan menghancurkan sebagian infrastruktur. Kemudian Indonesia merdeka tetapi Sabang masih menjadi wilayah koloni Belanda.
[10]
Pada masa awal kemerdekaan
Indonesia
, Sabang menjadi pusat pertahanan Angkatan Laut
Republik Indonesia Serikat
(RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli
Pemerintah Indonesia
. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali Sabang sebagai pelabuhan bebas dan kawasan perdagangan bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU Nomor 3 Tahun 1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU Nomor 4 Tahun 1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Walau demikian, atas alasan pembukaan
Pulau Batam
sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk
Kerja Sama Ekonomi Regional
Indonesia
-
Malaysia
-
Thailand
Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan
Asia Selatan
.
Pada tahun 1997 di
Pantai Gapang, Sabang
, berlangsung
Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Iptek) yang diprakarsai
BPPT
dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan
Kecamatan Pulo Aceh
dijadikan sebagai
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya, diresmikan oleh Presiden
BJ Habibie
dengan Keputusan Presiden Nomor 171 Tahun 1998 pada tanggal 28 September 1998.
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden
KH. Abdurrahman Wahid
di Sabang dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Hal ini berlanjut dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tanggal 1 September 2000, yang selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai
Daerah Darurat Militer
.
Sabang juga
mengalami gempa dan tsunami
pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari
tsunami
. Sabang kemudian dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh.
Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi
(BRR) Aceh]-
Nias
menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material
konstruksi
dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.
Wilayah Kota Sabang secara geografis berada pada titik koordinat 95°13'02" ? 95°22'36" Bujur Timur dan 05°46'28" ?05°54'-28" Lintang Utara.
[11]
Kota Sabang merupakan wilayah administratif paling utara di Aceh dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu
Malaysia
,
Thailand
, dan
India
. Wilayah Kota Sabang dikelilingi oleh
Selat Malaka
di Utara,
Samudra Hindia
di Selatan,
Selat Malaka
di Timur dan
Samudra Hindia
di Barat.
- Pulau Klah
(0,186 km²)
- Pulau Rondo
(0,650 km²)
- Pulau Rubiah
(0,357 km²)
- Pulau Seulako
(0,055 km²)
- Pulau Weh
(121 km²)
- Dataran rendah (3%)
- Bergelombang (10%)
- Berbukit-bukit (35%)
- Bergunung (52%)
- Di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan.
Di
Pulau Weh
terdapat sebuah
danau
bernama
Danau Aneuk Laot
.
[12]
Tipe danau ini adalah danau air tawar.
Pulau Weh
merupakan sebuah
pulau
vulkanik
, sebuah
pulau atol
(
pulau karang
) yang proses terjadinya mengalami pengangkatan dari permukaan laut. Proses terjadinya dalam tiga tahapan, terbukti dari adanya tiga teras yang terletak pada ketinggian yang berbeda.
Umumnya
Pulau Weh
terdiri atas dua jenis batuan, yaitu
tuf marina
dan
batuan inti
.
Tuf marina
dijumpai hampir sepanjang pantai sampai pada ketinggian 40 sampai 50
meter
. Lapisan
tuf
yang terlebar didapat di sekitar kota Sabang, di bagian pantai berlapis sempit. Batuan sempit adalah batuan
vulkanik
yang bersifat
andesitik
.
Berdasarkan wilayah, tampak bahwa wilayah barat
Pulau Weh
terdapat topografi paling berat. Mulai dari
Sarong Kris
sebagai puncak tertinggi di sebelah Timur, terdapat tiga barisan punggung yang berjolak menuju ke Barat Laut, sehingga lembah-lembah yang ada di antara punggung itu sempit.
Topografi di sebelah Timur terdapat sebuah pegunungan yang arahnya dari Utara ke Selatan yang memisahkan
Pulau Weh
Timur dengan bagian lainnya.
Gunung Leumo Mate
merupakan puncak yang tertinggi. Di bagian ini terdapat lapisan
tuf marina
yang lebih besar. Di antara bagian Barat dan Timur terdapat aliran dua buah
sungai
, yaitu
Sungai Pria Laot
dan
Sungai Raya
. Daerah ini merupakan sebuah
slenk
dari sebuah
fleksun
(patokan yang tidak sempurna).
Kondisi
geologis
wilayah ini terdiri dari 70% batuan
vulkanis
(
andesite
), 27% batuan
sedimen
(
line stone
dan
sand stone
), dan 3% endapan
aluvial
(
recent deposit
).
Pulau Weh
memiliki
iklim hutan hujan tropis
(Af) yang mengalami dua
musim
, yaitu musim
hujan
dan musim
kemarau
. Musim
hujan
lazimnya jatuh pada bulan
September
sampai
Februari
. Musim
kemarau
pada bulan
Maret
hingga bulan
Agustus
. Menurut hasil pengukuran
Stasiun Meteorologi Sabang
, curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745?2.232 mm/tahun, dengan angka terendah pada bulan
Maret
sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan
September
sebesar 276 mm. Pada bulan
September
dan
Oktober
terjadi peralihan dari musim
kemarau
ke musim
hujan
.
Data iklim Sabang
|
Bulan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Tahun
|
Rata-rata tertinggi °C (°F)
|
27.4
(81.3)
|
28.3
(82.9)
|
30.8
(87.4)
|
31.8
(89.2)
|
29.4
(84.9)
|
30.0
(86)
|
29.7
(85.5)
|
30.5
(86.9)
|
29.7
(85.5)
|
30.1
(86.2)
|
28.5
(83.3)
|
27.5
(81.5)
|
29.48
(85.05)
|
Rata-rata harian °C (°F)
|
25.8
(78.4)
|
26.2
(79.2)
|
27.3
(81.1)
|
28.2
(82.8)
|
27.3
(81.1)
|
27.9
(82.2)
|
27.4
(81.3)
|
28.2
(82.8)
|
27.2
(81)
|
27.8
(82)
|
26.6
(79.9)
|
26.1
(79)
|
27.17
(80.9)
|
Rata-rata terendah °C (°F)
|
24.2
(75.6)
|
24.2
(75.6)
|
23.8
(74.8)
|
24.7
(76.5)
|
25.3
(77.5)
|
25.9
(78.6)
|
25.2
(77.4)
|
26.0
(78.8)
|
24.8
(76.6)
|
25.6
(78.1)
|
24.8
(76.6)
|
24.7
(76.5)
|
24.93
(76.88)
|
Curah hujan mm (inci)
|
183
(7.2)
|
112
(4.41)
|
100
(3.94)
|
100
(3.94)
|
154
(6.06)
|
110
(4.33)
|
114
(4.49)
|
99
(3.9)
|
174
(6.85)
|
217
(8.54)
|
241
(9.49)
|
339
(13.35)
|
1.943
(76,5)
|
Sumber: Climate-Data.org
[13]
|
No
|
Wali Kota
|
Mulai Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
Periode
|
Wakil Wali kota
|
Ket.
|
1
|
|
Harun Ali
|
1966
|
1972
|
|
|
|
2
|
|
Oesman Effendi
|
1972
|
1973
|
|
|
|
3
|
|
Teuku Zaini
|
1973
|
1976
|
|
|
|
4
|
|
M. Yusuf Walad
|
1976
|
1983
|
|
|
|
-
|
|
Zainuddin
(Pelaksana tugas)
|
1983
|
1983
|
|
|
|
5
|
|
Husein Main
|
1983
|
1985
|
|
|
|
6
|
|
Sulaiman Bahri
|
1985
|
1985
|
|
|
|
7
|
|
Soelaiman Ibrahim
|
1985
|
1995
|
|
|
|
8
|
|
Bustari Mansyur
|
1995
|
1999
|
|
|
|
9
|
|
Sofyan Haroen
|
1999
|
2000
|
|
|
|
2000
|
2006
|
|
|
|
10
|
|
T. Yusuf
|
2006
|
2007
|
|
|
|
11
|
|
Munawar Liza Zainal
|
2007
|
2012
|
|
Islamudin
|
|
-
|
|
Zulkifli H.S.
(Penjabat)
|
2012
|
2012
|
|
|
|
12
|
|
Zulkifli H Adam
|
17 September 2012
|
17 September 2017
|
|
Nazaruddin
|
|
13
|
|
Nazaruddin
|
17 September 2017
|
17 September 2022
|
|
Suradji Yunus
|
|
?
|
|
Reza Fahlevi
|
19 September 2022
|
Petahana
|
|
?
|
|
DPRK Sabang memiliki 20 orang anggota yang dipilih secara langsung dalam
pemilihan umum
legislatif lima tahun sekali. Anggota DPRK Sabang yang saat ini menjabat adalah hasil
Pemilu 2019
yang menjabat untuk periode 2019-2024 sejak
2 September
2019
.
[14]
DPRK Sabang dipimpin oleh satu ketua dan dua wakil ketua yang berasal dari
partai politik
pemilik kursi dan suara terbanyak. Pimpinan DPRK Sabang periode 2019-2024 dijabat oleh
Muhammad Nasir
dari
Partai Aceh
sebagai Ketua,
Armadi
dari
Partai Demokrat
sebagai Wakil Ketua I, dan
Ferdiansyah
dari
Partai Golongan Karya
sebagai Wakil Ketua II.
[15]
Berikut ini adalah komposisi anggota
DPRD
Kota Sabang dalam dua periode terakhir.
[16]
[17]
Kota Sabang
memiliki 3 kecamatan dan 18 gampong dengan kode pos 23517-23521 (dari total 290 kecamatan dan 6497 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah ini adalah 30.647 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 15.580 pria dan 15.067 wanita (rasio 103,40). Dengan luas daerah 12.209 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 129 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 40.040 jiwa dengan luas wilayahnya 153,00 km² dan sebaran penduduk 261 jiwa/km².
[1]
[6]
Pada Februari 2021,
Sukamakmue
menjadi kecamatan terbaru di kota Sabang.
[18]
Daftar kecamatan dan gampong di Kota Sabang, adalah sebagai berikut:
Selain terkenal dengan keindahan alamnya, pantainya, air lautnya yang biru, Sabang juga sering dijadikan sebagai tempat untuk kegitan wisata, seperti sail Sabang dan event yang lainnya.
Penduduk Kota Sabang hasil sensus penduduk tahun 2010 berjumlah ±30.653 jiwa yang terdiri atas 15.600 jiwa laki-laki dan 15.053 jiwa perempuan. Dengan kepadatan penduduk sekitar 200 jiwa/km². Dan pada tahun 2011 penduduknya berjumlah 31.355 jiwa.
Tahun
|
2008
|
2009
|
2010
|
2021
|
Jumlah penduduk
|
29.843
|
29.996
|
31.355
|
42.559
|
Sejarah Kependudukan Kota Sabang
Sumber:
[19]
|
- ^
a
b
c
d
"Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan"
. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 29 Desember 2018
. Diakses tanggal
3 Oktober
2019
.
Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Permendagri-137-2017" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^
a
b
c
"Visualisasi Data Kependuduakan - Kementerian Dalam Negeri 2021"
(visual)
.
www.dukcapil.kemendagri.go.id
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2021-08-05
. Diakses tanggal
20 Agustus
2021
.
- ^
"Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021"
.
www.bps.go.id
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2021-12-01
. Diakses tanggal
29 Desember
2021
.
- ^
a
b
"APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018"
. 2018-05-04.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2018-07-06
. Diakses tanggal
2018-07-06
.
- ^
"Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020"
(pdf)
.
www.djpk.kemenkeu.go.id
. (2020)
. Diakses tanggal
20 Agustus
2021
.
- ^
a
b
"Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan"
. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 25 Oktober 2019
. Diakses tanggal
15 Januari
2020
.
- ^
"Sekilas Kawasan Bebas Sabang | Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Tipe Madya Pabean C Sabang"
(dalam bahasa Inggris).
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2020-02-06
. Diakses tanggal
2020-02-06
.
- ^
Sumbar, Antara.
"Pulau Rondo Perlu Dikelola"
.
ANTARA News
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2020-02-06
. Diakses tanggal
2020-02-06
.
- ^
"Menyambut Sunset di Pulau Weh, Surga Kecil di Ujung Barat Nusantara - Semua Halaman - National Geographic"
.
nationalgeographic.grid.id
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2022-11-23
. Diakses tanggal
2022-11-23
.
- ^
"PEMERINTAH KOTA SABANG | Sejarah Sabang"
.
www.sabangkota.go.id
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2019-03-21
. Diakses tanggal
2019-03-21
.
- ^
Wanti, I. D., dan Adami, K., ed. (2016).
Migrasi dan Pluralitas Masyarakat di Kota Sabang
(PDF)
. Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh. hlm. 11.
ISBN
978-602-9457-61-2
.
Diarsipkan
(PDF)
dari versi asli tanggal 2023-05-31
. Diakses tanggal
2023-05-31
.
- ^
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Aneuk Laot Kota Sabang
(PDF)
. Sabang: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Pemerintah Kota Sabang. 2021. hlm. 26.
Diarsipkan
(PDF)
dari versi asli tanggal 2022-12-11
. Diakses tanggal
2023-05-31
.
- ^
"Climate: Sabang"
. Climate-Data.org
. Diakses tanggal
29 October
2020
.
- ^
"20 Anggota DPRK Sabang Dilantik"
.
Kanal Aceh
. 02-09-2019
. Diakses tanggal 21-07-2020
.
- ^
Arjuna, Diki (21-10-2019).
"Unsur Pimpinan DPRK Sabang Dilantik"
.
KBA One
. Diakses tanggal 21-07-2020
.
- ^
Perolehan Kursi DPRK Sabang 2014-2019
- ^
Wahid, Salahuddin.
"Partai Aceh raih 11 kursi di DPRK Sabang"
.
ANTARA News
. Diakses tanggal
2019-10-29
.
- ^
AdminKota (2021-02-18).
"Sah Menjadi Kecamatan, Ini Kode Wilayah Kecamatan Sukamakmue di Kota Sabang"
.
sabangkota.go.id
. Diakses tanggal
2022-11-26
.
- ^
"Penduduk Kota Sabang"
. BPS Kota Sabang.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2013-11-14
. Diakses tanggal
1 Mei
2010
.
Wikivoyage memiliki panduan wisata
Sabang
.
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
Sabang
.