Prasasti pada sungkup Heng
gui
(
恒??
;
??蓋
;
Heng gu? gai
), dari zaman Dinasti
Zhou Barat
. Aksara di dalam bingkai merah adalah
aksara
天子 yang ditulis dengan ragam-perunggu, yakni ragam aksara Tionghoa yang lazim dijumpai pada prasasti-prasasti perkakas perunggu.
Putra Langit
atau
Tianzi
(
Hanzi
:
天子
;
Pinyin
:
Ti?nz?
) adalah gelar suci kepala negara monarki di Tiongkok. Gelar ini mulai dipakai sejak zaman
Dinasti Zhou
dan terkandung di dalam adicita
Amanat Langit
. Sejak zaman
Dinasti Qin
, gelar sehari-hari yang disandang Putra Langit adalah
Huangdi
(kaisar).
Kemudian hari, kepala-kepala negara monarki lainnya di dalam
mandala budaya Tionghoa
ikut-ikutan menyandang gelar "Putra Langit" demi mengabsahkan kekuasaan mereka. Di dalam mandala budaya Tionghoa, istilah "dinasti langit" (
Hanzi
:
天朝
;
Pinyin
:
Ti?nchao
) juga dipakai untuk merujuk kepada status Kaisar Tiongkok selaku Putra Langit.
Putra Langit adalah
raja sejagat
, sang penguasa alam
tianxia
(di bawah langit).
Gelar "Putra Langit" hanya dimaknai secara harfiah di
Tiongkok
dan
Jepang
, tempat kaisar dimuliakan sebagai
manusia separuh dewa
,
dewa
, atau "
dewa hidup
", yang dipilih oleh
dewa-dewi langit
.
Putra Langit
adalah gelar yang dipakai
Raja Wu dari Dinasti Zhou
dan kepala-kepala negara monarki di Tiongkok sesudah dirinya.
Gelar "Putra Langit" (
Hanzi
:
天子
;
Pinyin
:
Ti?nz?
;
bahasa Tionghoa Madya
:
t?en t?s?
X
;
bahasa Tionghoa Lama
(
B-S
):
*l??in *ts??
) berpangkal dari adicita
Amanat Langit
yang diciptakan raja-raja
Dinasti Zhou
demi membenarkan penggulingan
Dinasti Shang
oleh dinasti mereka. Menurut mereka,
Langit
sudah menarik kembali amanatnya dari Dinasti Shang, dan mempercayakan amanat itu kepada Dinasti Zhou, sebagai ganjaran atas kebobrokan dan penyalahgunaan kuasa yang dilakukan Dinasti Shang. Langit mempercayakan amanat tersebut kepada siapa saja yang layak menyelenggarakan pemerintahan. Penyandang gelar "Putra Langit" bertanggung jawab menyejahterakan dan melindungi rakyatnya, dengan ancaman pencabutan Amanat Langit apabila gagal menunaikan tanggung jawab tersebut.
"Putra Langit" seringkali menjadi salah satu di antara gelar-gelar yang disandang seorang kepala negara monarki di dalam mandala budaya Tionghoa.
Kaisar Taizong dari Dinasti Tang
menyandang gelar "Putra Langit", bersama-sama dengan gelar "
Tengeri Qaghan
" yang ia dapatkan sesudah berhasil
mengalahkan
Kekhanan Turki Timur
.
Kaisar-kaisar Jepang juga menyandang gelar kedua, yaitu
tenn?
(
天皇
)
, yang berarti "Kaisar Langit". Sebagaimana gelar "Putra Langit", gelar "Kaisar Langit" juga merujuk kepada hubungan kaisar dengan Langit.
Gelar "Putra Langit" menjadi tenar di seantero Asia Timur, bahkan sampai diadopsi
Kaisar Jepang
pada
zaman Asuka
.
Jepang
mengutus rombongan misi diplomatiknya
ke Tiongkok, yang ketika itu diperintah
Dinasti Sui
, dan menjalin hubungan kebudayaan dan perniagaan dengan Tiongkok.
Negara Yamato
di Jepang meniru sistem birokrasi pemerintahan Kekaisaran Tiongkok yang berasaskan ajaran Konghucu. Rombongan misi diplomatik dari Jepang pada tahun 607 Masehi menyampaikan pesan dari "Putra Langit di
negeri matahari terbit
... kepada Putra Langit di negeri matahari terbenam."
Meskipun demikian, gelar "Putra Langit" yang disandang Kaisar Jepang tidaklah seberat gelar "Putra Langit" yang disandang Kaisar Tiongkok, karena tidak ada ancaman pencabutan Amanat Langit sebagai hukuman apabila Kaisar Jepang tidak memerintah dengan benar. Kekuasaan Kaisar Jepang yang bersumber dari Dewi
Amaterasu
bersifat mutlak.
Berdasarkan sebuah prasasti kubur yang berasal dari abad ke-4 dan ke-5, pada masa itu
Goguryeo
sudah pun sudah memiliki gagasan Putra Langit (天帝之子) dan
tianxia
.
[8]
[9]
[10]
Para kepala negara
Goryeo
menyandang gelar kaisar maupun Putra Langit, dan menjadikan negerinya sebagai pusat alam
tianxia
di
Haedong
(海東), yaitu pusat alam di bawah langit di sebelah timur samudra, yang meliputi seantero wilayah "
Samhan
" (
Tiga Negara bangsa Korea
).
[11]
Gelar "Putra Langit" juga diadopsi di Vietnam, dan dilafalkan menjadi
Thien t?
(
Ch? Han
: 天子) dalam bahasa Vietnam. Kekuasaan Kaisar Vietnam juga dipercaya sebagai Amanat Langit, bukan karena silsilahnya melainkan karena kecakapannya dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Langkah Vietnam untuk mengadopsi birokrasi yang berasaskan ajaran Konghucu, di bawah kepemimpinan Putra Langit Vietnam, melahirkan suatu sistem pembayaran upeti di Asia Tenggara, yang meniru
sistem Sinosentrisme
Tiongkok di Asia Timur.
- Beasley, William
(1999). "The Making of a Monarchy".
The Japanese Experience: A Short History of Japan
. University of California Press.
ISBN
978-0-520-22560-2
.
- Dull, Jack
(1990). "The Evolution of Government in China".
Heritage of China: Contemporary Perspectives on Chinese Civilization
. University of California Press.
ISBN
978-0-520-06441-6
.
- Ebrey, Patricia Buckley
(2010) [1996].
The Cambridge Illustrated History of China
(edisi ke-2). Cambridge University Press.
ISBN
978-0-521-12433-1
.
- Huffman, James (2010).
Japan in World History
. Oxford University Press.
ISBN
978-0-19-979884-1
.
- Inoue, Mitsusada (1993). "The Century of Reform".
The Cambridge History of Japan
. Cambridge University Press. hlm. 163?220.
ISBN
978-0-521-22352-2
.
- Ooms, Herman (2009).
Imperial Politics and Symbolics in Ancient Japan: The Tenmu Dynasty, 650?800
. University of Hawaii Press.
ISBN
978-0-8248-3235-3
.
- Twitchett, Denis
(2000). H. J. Van Derven, ed.
Warfare in Chinese History
. BRILL.
ISBN
978-90-04-11774-7
.
- Woodside, Alexander (1971).
Vietnam and the Chinese Model: A Comparative Study of Vietnamese and Chinese Government in the First Half of the Nineteenth Century
. Harvard University Press.
ISBN
978-0-674-93721-5
.