Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Pasar Gede" beralih ke halaman ini. Untuk kota di Persia kuno, lihat
Pasargadae
.
Pasar Gede Hardjonagoro
(
bahasa Jawa
:
??????????????
,
translit.
Pasar Gedhe Harjanagara
) adalah pasar terbesar di
Kota Surakarta
. Pasar Gede secara harafiah berarti “Pasar Besar” dalam bahasa Jawa.
Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektare, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang sekarang berubah fungsi menjadi
Balaikota Surakarta
. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek
Belanda
bernama
Ir. Thomas Karsten
.
[1]
Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun
1930
dan diberi nama Pasar Gedhe Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhe atau “pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta.
Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan jalan yang sekarang disebut sebagai Jalan Sudirman. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gedhe dalam bahasa Jawa.
Arsitektur Pasar Gede merupakan perpaduan antara gaya Belanda dan gaya Jawa. Pada tahun
1947
, Pasar Gede mengalami kerusakan karena serangan Belanda. Lalu Pemerintah Republik Indonesia yang kemudian mengambil alih wilayah Surakarta dan Daerah Istimewa Surakarta kemudian merenovasi kembali pada tahun 1949. Namun perbaikan atap selesai pada tahun
1981
. Pemerintah indonesia mengganti atap yang lama dengan atap dari kayu. Bangunan kedua dari Pasar Gede, digunakan untuk kantor DPU yang sekarang digunakan sebagai pasar buah.
Pasar Gede terletak di jalan Urip Sumohardjo di seberang Balai Kota Surakarta, di persimpangan jalan yang dulu disebut Jalan Ketandan, Cokronegaran, dan Warungpelem. dan terletak di
Kelurahan Sudiroprajan
. Pasar Gede dan sekitarnya merupakan daerah pecinan, Chinatown, kota Surakarta; banyak orang keturunan Tionghoa tinggal dan berdagang di situ. Budayawan Jawa ternama dari Surakarta
Go Tik Swan
ketika diangkat menjadi bangsawan oleh mendiang Raja Kasunanan Surakarta, Ingkang Sinuhun
Pakubuwana XII
mendapat gelar K.R.T. (Kangjeng Raden Tumenggung) Hardjonagoro karena kakeknya adalah kepala Pasar Gedhe Hardjonagoro [perlu rujukan].
Terdapat sebuah kelenteng, persis di seberang, sebelah selatan pasar ini. Kelenteng ini bernama
Vihara Avalokite?vara Tien Kok Sie
dan terletak pada Jalan Ketandan.
Selain pernah terkena serangan Belanda pada tahun
1947
, Pasar Gede tidak luput pula terkena serangan amuk massa yang tidak bertanggung jawab. Meski luput serangan pada
Peristiwa Mei 1998
, pada bulan Oktober
1999
dengan tidak dipilihnya
Megawati Soekarnoputri
sebagai Presiden Indonesia meski mendapat suara terbanyak, Pasar Gede dibakar oleh amuk massa. Namun usaha renovasi dengan mempertahankan arsitektur asli bisa berjalan dengan cepat dan dua tahun kemudian pada penghujung tahun
2001
, pasar yang diperbaiki bisa digunakan kembali. Bahkan pasar yang baru tergolong canggih karena ikut pula memperhatikan keperluan para penyandang cacat dengan dibangunnya prasarana khusus bagi pengguna
kursi roda
.
|
---|
Geografi
| | |
---|
Politik
| |
---|
Sejarah
| |
---|
Lokasi terkenal
| |
---|
Transportasi
| |
---|
Demografi & Budaya
| |
---|
Pendidikan
| |
---|
Tempat ibadah
| |
---|
Olahraga
| |
---|
Media
| |
---|
Kuliner
| |
---|
|