Neoliberalisme
yang juga dikenal sebagai paham
ekonomi neoliberal
mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari
liberalisme
klasik
yang dipengaruhi oleh teori perekonomian
neoklasik
yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan
Distorsi
dan
High Cost Economy
yang kemudian akan berujung pada tindakan
koruptif
.
[1]
Paham ini memfokuskan pada
pasar bebas
dan
perdagangan bebas
[2]
merobohkan hambatan untuk
perdagangan
internasional
dan
investasi
agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan
standar hidup
masyarakat atau rakyat sebuah negara dan
modernisasi
melalui peningkatan
efisiensi
perdagangan dan mengalirnya investasi.
[3]
Sekilas tentang pandangan kaum libertarian
[
sunting
|
sunting sumber
]
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada
perdagangan bebas
.
Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik
multilateral
, melalui berbagai
kartel
pengelolaan perdagangan seperti
WTO
dan
Bank Dunia
. Ini mengakibatkan berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui ekonomi pasar bebas berhasil menekan intervensi pemerintah (seperti paham
Keynesianisme
), dan melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan efisiensi
korporasi
, neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi kebijakan hak-hak buruh seperti
upah minimum
, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya.
Neoliberalisme bertolakbelakang dengan
sosialisme
,
proteksionisme
, dan
environmentalisme
. Secara domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan proteksionisme, tetapi kadang-kadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk membujuk negara lain untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagi
perdagangan adil
dan gerakan lainnya yang mendukung
hak-hak buruh
dan
keadilan sosial
yang seharusnya menjadi prioritas terbesar dalam
hubungan internasional
dan ekonomi.
Bagi kaum
liberal
, pada awalnya
kapitalisme
dianggap menyimbolkan kemajuan pesat eksistensi masyarakat berdasarkan seluruh capaian yg telah berhasil diraih. Bagi mereka, masyarakat pra-kapitalis adalah masyarakat
feodal
yang penduduknya ditindas.
Bagi
John Locke
, filsuf abad 18, kaum liberal ini adalah orang-orang yg memiliki hak untuk 'hidup, merdeka, dan sejahtera'. Orang-rang yang bebas bekerja, bebas mengambil kesempatan apapun, bebas mengambil keuntungan apapun, termasuk dalam kebebasan untuk 'hancur', bebas hidup tanpa tempat tinggal, bebas hidup tanpa pekerjaan.
Kapitalisme
membanggakan kebebasan seperti ini sebagai hakikat dari penciptaannya. dan dalam perjalanannya, kapitalisme selalu menyesuaikan dan menjaga kebebasan tersebut. Misalnya masalah upah pekerja, menurut konsepsi kapitalis, semua keputusan pemerintah atau tuntutan publik adalah tidak relevan.
Kemudian paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah kebebasan, berarti: ada sejumlah orang yang akan menang dan sejumlah orang yg akan kalah. Kemenangan dan kekalahan ini terjadi karena persaingan. Apakah anda bernilai bagi orang lain, ataukah orang lain akan dengan senang hati memberi sesuatu kepada anda. Sehingga kebebasan akan diartikan sebagai memiliki hak-hak dan mampu menggunakan hak-hak tsb dengan memperkecil turut campur nya aturan pihak lain. "kita berhak menjalankan kehidupan sendiri"
Saat ini, ekonom seperti
Friedrich von Hayek
dan
Milton Friedman
kembali mengulangi argumentasi klasik
Adam Smith
dan
JS Milton
, menyatakan bahwa: masyarakat
pasar kapitalis
adalah masyarakat yg bebas dan masyarakat yang produktif. Kapitalisme bekerja menghasilkan kedinamisan, kesempatan, dan kompetisi. Kepentingan dan keuntungan pribadi adalah motor yang mendorong masyarakat bergerak dinamis.
Sejak masa kehancuran
Wall Street
(dikenal dengan masa
Depresi Hebat
atau
Great Depression
) hingga awal 1970-an, wacana negeri industri maju masih 'dikuasai' wacana politik
sosial demokrat
dengan argumen kesejahteraan.
Kaum elite politik dan pengusaha memegang teguh pemahaman bahwa salah satu bagian penting dari tugas pemerintah adalah menjamin kesejahteraan warga negara dari bayi sampai meninggal dunia.
Rakyat berhak mendapat tempat tinggal layak, mendapatkan pendidikan, mendapatkan pengobatan, dan berhak mendapatkan fasilitas-fasilitas sosial lainnya.
Dalam sebuah konferensi moneter dan keuangan internasional yang diselenggarakan oleh
Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) di
Bretton Woods
pada
1944
, setelah
Perang Dunia II
. Konferensi yang dikenal sebagai
konferensi Bretton Woods
ini bertujuan mencari solusi untuk mencegah terulangnya depresi ekonomi pada masa sesudah perang. Negara-negara anggota PBB lebih condong pada konsep
negara kesejahteraan
sebagaimana digagas oleh
John Maynard Keynes
. Dalam konsep negara kesejahteraan, peranan negara dalam bidang ekonomi tidak dibatasi hanya sebagai pembuat peraturan, tetapi diperluas sehingga meliputi pula kewenangan untuk melakukan intervensi
fiskal
, khususnya untuk menggerakkan sektor riil dan menciptakan lapangan kerja.
Pada kondisi dan suasana seperti ini, tulisan
Hayek
pada tahun 1944,
The Road to Serfdom
, yg menolak pasal-pasal tentang kesejahteraan dinilai janggal.
Tulisan Hayek ini menghubungkan antara pasal-pasal kesejahteraan dan kekalahan liberal, kekalahan kebebasan
individualisme
.
Perubahan kemudian terjadi seiring krisis minyak dunia tahun
1973
, akibat reaksi terhadap dukungan
Amerika Serikat
terhadap
Israel
dalam
perang Yom Kippur
, dimana mayoritas negara-negara penghasil minyak di
Timur Tengah
melakukan
embargo
terhadap AS dan sekutu-sekutunya, serta melipatgandakan harga minyak dunia, yang kemudian membuat para elite politik di negara-negara sekutu Amerika Serikat berselisih paham sehubungan dengan angka pertumbuhan ekonomi, beban bisnis, dan beban biaya-biaya
sosial demokrat
(biaya-biaya fasilitas negara untuk rakyatnya). Pada situasi inilah ide-ide
libertarian
sebagai wacana dominan, tidak hanya di tingkat nasional dalam negeri tetapi juga di tingkat global di
IMF
dan
World Bank
.
Pada
1975
, di
Amerika Serikat
,
Robert Nozick
mengeluarkan tulisan berjudul "
Anarchy, State, and Utopia
", yang dengan cerdas menyatakan kembali posisi kaum
ultra minimalis
,
ultra libertarian
sebagai retorika dari lembaga pengkajian universitas, yang kemudian disebut dengan istilah "
Reaganomics
".
Di
Inggris
,
Keith Joseph
menjadi arsitek "
Thatcherisme
". Reaganomics atau Reaganisme menyebarkan retorika kebebasan yang dikaitkan dengan pemikiran
Locke
, sedangkan Thatcherisme mengaitkan dengan pemikiran liberal klasik
Mill
dan
Smith
.
Walaupun sedikit berbeda, tetapi kesimpulan akhirnya sama: Intervensi negara harus berkurang dan semakin banyak berkurang sehingga individu akan lebih bebas berusaha. Pemahaman inilah yang akhirnya disebut sebagai "
Neoliberalisme
".
Paham ekonomi neoliberal ini yang kemudian dikembangkan oleh teori gagasan ekonomi neoliberal yang telah disempurnakan oleh
Mazhab Chicago
yang dipelopori oleh
Milton Friedman
.
Neoliberalisme
bertujuan mengembalikan kepercayaan pada
kekuasaan pasar
, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan.
Seperti pada contoh kasus upah untuk
pekerja
, dalam pemahaman neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja sepenuhnya ini urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si pekerja. Pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah
privatisasi
aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki-dikelola pemerintah.
Tetapi privatisasi ini tidak terjadi pada negara-negara kapitalis besar, justru terjadi pada negara-negara
Amerika Selatan
dan negara-negara miskin berkembang lainnya.
Privatisasi ini telah mengalahkan proses panjang
nasionalisasi
yang menjadi kunci negara berbasis kesejahteraan. Nasionalisasi yang menghambat aktivitas pengusaha harus dihapuskan.
Revolusi neoliberalisme ini bermakna bergantinya sebuah manajemen ekonomi yang berbasiskan persediaan menjadi berbasis permintaan. Sehingga menurut kaum Neoliberal, sebuah perekonomian dengan
inflasi
rendah dan pengangguran tinggi, tetap lebih baik dibanding inflasi tinggi dengan pengangguran rendah. Tugas pemerintah hanya menciptakan lingkungan sehingga modal dapat bergerak bebas dengan baik.
Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan memotong pengeluaran, memotong biaya-biaya publik seperti subsidi, sehingga fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan publik harus dikurangi.
Akhirnya logika pasarlah yang berjaya diatas kehidupan publik. Ini menjadi fondasi dasar neoliberalism, menundukan kehidupan publik ke dalam logika pasar. Semua pelayanan publik yang diselenggarakan negara harusnya menggunakan prinsip untung-rugi bagi penyelenggara bisnis publik tersebut, dalam hal ini untung rugi ekonomi bagi pemerintah. Pelayanan publik semata, seperti
subsidi
dianggap akan menjadi pemborosan dan
inefisiensi
. Neoliberalisme tidak mengistimewakan kualitas kesejahteraan umum.
Tidak ada wilayah kehidupan yang tidak bisa dijadikan komoditas barang jualan. Semangat neoliberalisme adalah melihat seluruh kehidupan sebagai sumber
laba
korporasi
.
Misalnya dengan sektor sumber daya air, program liberalisasi sektor sumber daya air yang implementasinya dikaitkan oleh Bank Dunia dengan skema
watsal
atau
water resources sector adjustment loan
. Air dinilai sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya pun harus dilakukan sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. Dimensi sosial dalam sumberdaya
public goods
direduksi hanya sebatas sebagai komoditas ekonomi semata. Hak penguasaan atau konsesi atas sumber daya air ini dapat dipindah tangankan dari pemilik satu ke pemilik lainnya, dari satu korporasi ke korporasi lainnya, melalui mekanisme transaksi jual beli. Selanjutnya sistem pengaturan beserta hak pengaturan penguasaan sumber air ini lambat laun akan dialihkan ke suatu badan berbentuk
korporasi
bisnis atau konsursium korporasi bisnis yang dimiliki oleh pemerintah atau perusahaan swasta nasional atau perusahaan swasta atau bahkan
perusahaan multinasional
dan
perusahaan transnasional
.
Satu kelebihan neoliberalisme adalah menawarkan pemikiran politik yang sederhana, menawarkan penyederhanaan politik sehingga pada titik tertentu politik tidak lagi mempunyai makna selain apa yang ditentukan oleh pasar dan pengusaha.
Dalam pemikiran neoliberalisme, politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan nilai-nilai, sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap hanya satu cara rasional untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran di luar rel pasar dianggap salah.
Kapitalisme
neoliberal menganggap wilayah politik adalah tempat dimana pasar berkuasa, ditambah dengan konsep
globalisasi
dengan
perdagangan bebas
sebagai cara untuk perluasan pasar melalui
WTO
, akhirnya kerap dianggap sebagai
Neoimperialisme
.
Penerapan agenda-agenda ekonomi neoliberal secara mencolok dimotori oleh Inggris melalui pelaksanaan privatisasi seluruh
Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) mereka.
Penyebarluasan agenda-agenda ekonomi neoliberal ke seluruh penjuru dunia, menemukan momentum setelah dialaminya krisis moneter oleh beberapa Negara Amerika Latin pada penghujung 1980-an. Sebagaimana dikemukakan
Stiglitz
, dalam rangka menanggulangi krisis moneter yang dialami oleh beberapa negara Amerika Latin, bekerja sama dengan Departemen keuangan AS dan
Bank Dunia
,
IMF
sepakat meluncurkan sebuah paket kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai paket kebijakan
Konsensus Washington
.
Agenda pokok paket kebijakan Konsensus Washington yang menjadi menu dasar program penyesuaian struktural IMF tersebut dalam garis besarnya meliputi: (1) pelaksanan kebijakan anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai bentuknya, (2) pelaksanaan liberalisasi sektor keuangan, (3) pelaksanaan liberalisasi sektor perdagangan, dan (4) pelaksanaan privatisasi BUMN.
Di Indonesia, walaupun sebenarnya pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal telah dimulai sejak pertengahan 1980-an, antara lain melalui paket kebijakan
deregulasi
dan
debirokratisasi
, pelaksanaannya secara massif menemukan momentumnya setelah Indonesia dilanda krisis moneter pada pertengahan 1997.
Menyusul kemerosotan nilai rupiah, Pemerintah Indonesia kemudian secara resmi mengundang IMF untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Sebagai syarat untuk mencairkan dana talangan yang disediakan IMF, pemerintah Indonesia wajib melaksanakan paket kebijakan
Konsensus Washington
melalui penanda-tanganan Letter Of Intent (LOI), yang salah satu butir kesepakatannya adalah penghapusan subsidi untuk
bahan bakar minyak
, yang sekaligus memberi peluang masuknya perusahaan multinasional seperti
Shell
. Begitu juga dengan kebijakan privatisasi beberapa BUMN, diantaranya
Indosat
,
Telkom
,
BNI
, PT Tambang Timah dan
Aneka Tambang
.
Dalam penggunaan di
Amerika Serikat
, istilah neoliberalisme dihubungkan dengan dukungan untuk
perdagangan bebas
dan
welfare reform
, tetapi tidak dengan tentangan terhadap
Keynesianisme
atau
environmentalism
. Dalam konteks AS, misalnya, ekonom
Brad DeLong
adalah seorang neoliberal, walaupun ia mendukung Keynesian, redistribusi pendapatan, dan pengkritik pemerintahan
George W. Bush
. Dalam penggunaan AS, neoliberalisme ("liberalisme baru") biasanya dihubungkan dengan
Jalan Ketiga
, atau
demokrasi sosial
di bawah gerakan
New Public Management
. Pendukung versi AS menganggap bahwa posisi mereka adalah pragmatis, berfokus pada apa yang dapat berhasil dan melebihi debat antara kiri dan kanan, walaupun liberalisme baru mirip dengan kebijakan ekonomi center-of-left (seperti halnya di
Kanada
pada abad ke-20).
Kedua penggunaan ini dapat menimbulkan kebingungan. Dalam penggunaan internasional, presiden
Ronald Reagan
dan
United States Republican Party
dipandang sebagai pendukung neoliberalisme. Tetapi Reagan tidak pernah digambarkan demikian dalam diskusi politik di AS, di mana istilah ini biasanya diterapkan pada
Democrats
seperti
Democratic Leadership Council
.
Kritik terhadap neoliberalisme terutama sekali berkaitan dengan negara-negara berkembang yang aset-asetnya telah dimiliki oleh pihak asing. Negara-negara berkembang yang institusi ekonomi dan politiknya belum terbangun tetapi telah dikuras sebagai akibat tidak terlindungi dari arus deras perdagangan dan modal. Bahkan dalam gerakan neoliberal sendiri terdapat kritik terhadap banyaknya negara maju telah menuntut negara lain untuk meliberalisasi pasar mereka bagi barang-barang hasil industri mereka, sementara mereka sendiri melakukan proteksi terhadap pasar pertanian domestik mereka.
Pendukung
antiglobalisasi
adalah pihak yang paling lantang menentang neoliberalisme, terutama sekali dalam implementasi "pembebasan arus modal" akan tetapi tidak dalam hal adanya pembebasan arus tenaga kerja. Salah satu pendapat mereka, kebijakan neoliberal hanya mendorong sebuah "perlombaan menuju dasar" dalam arus modal menuju titik terendah untuk standar lingkungan dan buruh.
- What is Neoliberalism?
by Dag Einar Thorsen and Amund Lie of the
University of Oslo
- Neoliberalism: origins, theory, definition
by Paul Treanor
- A Skeptic's Guide to the Cross-national Evidence
Diarsipkan
2007-03-12 di
Wayback Machine
. by D Rodrik, F Rodriguez. NBER Macroeconomics Annual, 2000.
- The Last Development Crusade
Diarsipkan
2003-06-02 di
Wayback Machine
.
- "Monetarism"
Diarsipkan
2007-08-21 di
Wayback Machine
. at The New School's Economics Department's History of Economic Thought website.
- Theorising Neoliberalism
by
Chris Harman
in
International Socialism journal
- Adam Curtis
'
The Trap (television documentary series)
(2007) provides a critical anti-managerial view on the genesis, rise, and impact of neoliberalism. It uses a history of ideas approach to the subject.
- IDENTITIES: How Governed, Who Pays?
- Neoliberalism and the State
with John Shields and Bryan Evans, Ryerson University, Toronto.
- The Essence of Neoliberalism
Pierre Bourdieu
- Neoliberalisme, Siapakah dia?
Diarsipkan
2005-12-26 di
Wayback Machine
. (pdf)
- Neoliberalisme
(Kompas)
- Mengusung Neokolonialisme dan Liberalisme
(Kompas)
- Pasar Modal Pasca-"Perang Dingin"
Diarsipkan
2005-11-07 di
Wayback Machine
. (Pikiran Rakyat)