Montanisme
adalah sebuah gerakan
sektarian
Kristen perdana
pada pertengahan
abad ke-2
Masehi
, yang dinamai seturut pendirinya
Montanus
. Gerakan ini berkembang umumnya di daerah
Frigia
dan sekitarnya; di sini sebelumnya pengikutnya disebut
Katafrigia
. Namun gerakan ini merebak cepat ke wilayah-wilayah lain di
Kekaisaran Romawi
, dan pada suatu masa sebelum agama Kristen ditolerir atau dianggap legal. Meskipun
Gereja Kristen arus utama
menang atas Montanisme dalam beberapa generasi, dan mencapnya sebagai sebuah
ajaran sesat
, sekte ini bertahan di beberapa tempat terisolir hingga
abad ke-8
. Sebagian orang membuat paralel antara Montanisme dan
Pentakostalisme
(yang disebut sebagian orang
Neo-Montanisme
). Montanis yang paling terkenal jelas adalah
Tertulianus
, yang merupakan penulis gereja Latin paling terkemuka sebelum ia beralih ke Montanisme. Penganut paham Montanisme disebut dengan
Montanis
Montanus mengunjungi pemukiman-pemukiman pedesaan di
Asia Kecil
setelah pertobatannya, dan mengajar serta memberikan kesaksian tentang apa yang dikatakannya sebagai Firman Allah. Namun, ajaran-ajarannya dianggap
sesat
oleh Gereja yang ortodoks karena sejumlah alasan. Ia mengklaim bukan saja telah menerima serangkaian wahyu langsung dari Roh Kudus, tetapi juga secara pribadi merupakan penjelmaan dari
roh penghibur
yang disebutkan dalam
Injil Yohanes
14:16. Montanus disertai oleh dua orang perempuan, Priska, kadang-kadang disebut
Priskila
, dan
Maksimila
, yang juga mengklaim sebagai penjelmaan dari
Roh Kudus
yang menggerakkan dan mengilhami mereka. Kemanapun mereka pergi, "Ketiganya" demikian mereka disebut, berbicara dengan penglihatan ekstatis dan mendesak pengikut-pengikut mereka untuk berpuasa dan berdoa, sehingga mereka pun akan dapat memperoleh wahyu pribadi ini. Pemberitaan Montanus menyebar dari tempat kelahirannya
Frigia
(dan di sini ia menyatakan bahwa desa
Pepuza
adalah tempat untuk
Yerusalem Baru
) hingga ke dunia Kristen saat itu, ke Afrika dan Gaul.
Pada umumnya disepakati bahwa gerakan ini diilhami oleh pembacaan
Injil Yohanes
oleh Montanus? "Aku akan mengutus kepadamu seorang advocate
parakletos
, roh kebenaran" (Heine 1987, 1989; Groh 1985). Tanggapan terhadap wahyu yang berlanjut ini memecah komunitas-komunitas Kristen, dan para rohaniwan yang lebih ortodoks umumnya berjuang untuk menekannya.
Uskup Apolinarius
menemukan gereja di
Ancyra
terpecah menjadi dua, dan ia menentang "nubuat palsu" (dikutip oleh Eusebius 5.16.5). Tetapi ada keragu-raguan yang sungguh-sungguh di
Roma
, dan
Paus Eleuterus
bahkan menulis surat-surat untuk mendukung Montanisme, meskipun ia belakangan menariknya kembali (Tertulianus, "Adversus Praxean" c.1, Trevett 58-59).
Priska mengaku bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang perempuan. Ketika ia dikucilkan, ia berseru, "Aku diusir seperti serigala dari antara domba-domba. Aku bukan serigala: Aku adalah
firman
dan roh dan kuasa."
Pembela kaum Montanis yang paling terkenal jelas adalah
Tertulianus
, seorang bekas pembela keyakinan
ortodoks
, yang percaya bahwa nubuat yang baru itu memang tulen dan mulai meninggalkan apa yang disebutnya sebagai “gereja dengan banyak uskup" (
On Modesty
).
Meskipun gereja Kristen yang ortodoks menang atas Montanisme dalam beberapa generasi saja, prasasti-prasasti di lembah
Tembris
di Frigiia utara, yang bertanggal antara
249
dan
279
, secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Montanisme.
Sepucuk surat dari Hieronimus kepada Marsela, yang ditulis pada
385
, menyangkal klaim kaum Montanis yang telah mengganggunya (surat 41)
[1]
.
Sebuah kelompok "Tertulianis" terus hadir di
Kartago
. Pengarang
Praedestinatus
yang anonim mencatat bahwa seorang pengkhotbah datang ke
Roma
pada
388
ketika ia menghasilkan banyak pengikut dan memperoleh izin penggunaan sebuah gereja bagi jemaatnya dengan alasan bahwa para martir yang kepadanya gereja itu dipersembahkan adalah Montanis.
[1]
Ia terpaksa melarikan diri setelah kemenangan
Teodosius I
. Augustinus mencatat bahwa kelompok Tertullianis melorot hingga hampir tidak tersisa pada masanya sendiri, dan akhirnya didamaikan dengan gereja dan menyerahkan basilika mereka.
[2]
Tidak jelas apakah para Tertulianis itu Montanis atau bukan.
Pada
abad ke-6
, atas perintah Kaisar
Yustinianus
,
Yohanes dari Efesus
memimpin ekspedisi ke
Pepuza
untuk menghancurkan tempat-tempat suci Montanis di sana, yang berbasis di sekitar makam Montanus, Priskila dan
Maksimilia
.
Sekte ini bertahan hingga
abad ke-8
.
Columbia Encyclopedia
mengklaim bahwa “di tempat-tempat terpencil dari Frigiia, di mana [Montanisme] terus bertahan hingga abad ke-7.”
Beberapa penulis modern mengusulkan bahwa sebagian dari penekanan pada pengalaman pribadi yang langsung dan ekstatis dengan
Roh Kudus
mempunyai kemiripan dengan semua bentuk
Pentakostalisme
. “Ia [Montanisme] mengklaim dirinya sebagai agama Roh Kudus dan ditandai oleh ledakan-ledakan ekstatis yang dianggapnya sebagai satu-satunya bentuk Kekristenan yang sejati.”
[3]
Sementara memang ada banyak kesamaan antara Montanisme dengan Pentakostalisme modern, tampaknya tidak ada hubungan histories antara keduanya, karena kebanyakan kaum Pentakostal mengklaim otoritasnya berdasarkan
Kisah para Rasul
(pasal 2).
Perbedaan antara Montanisme dan Kekristenan ortodoks
[
sunting
|
sunting sumber
]
Keyakinan-keyakinan Montanisme berbeda dengan Kekristenan ortodoks dalam hal-hal berikut:
Percayalah hanya Pada Yesus!
- Keyakinan bahwa nubuat-nubuat kaum Montanis mengalahkan dan menggenapi doktrin-doktrin yang diberitakan oleh para Rasul.
- Dorongan untuk bernubuat secara ekstatis, membedakannya dengan pendekatan teologi yang dominan yang lebih berdisiplin dan penuh pertimbangan di kalangan Kekristenan yang ortodoks pada saat itu hingga sekarang.
- Pandangan bahwa orang-orang Kristen yang jatuh dari anugerah tidak dapat ditebus, juga bertentangan dengan pandangan Kristen yang ortodoks bahwa penyesalan dapat mengembalikan orang berdosa ke dalam gereja.
- Nabi-nabi Montanisme tidak berbicara sebagai utusan-utusan Allah: "Demikianlah firman Tuhan," melainkan lebih menggambarkan dirinya dikuasai oleh Allah, dan berbicara atas namanya. "Akulah Bapa, Firman, dan Sang Penghibur," kata Montanus (Didymus,
De Trinitate
, III, xli); Kerasukan roh ini, yang berbicara sementara nabi itu tidak mampu menolaknya, digambarkan oleh roh Montanus: "Lihatlah manusia itu bagaikan sebuah
lyre
, dan aku melesat seperti
plectrum
. Orang itu tidur, dan aku terjaga" (Epifanius, "Panarion", xlviii, 4).
- Penekanan yang lebih kuat untuk menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka lebih menekankan upaya menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka menekankan kesucian seksual, termasuk melarang pernikahan kembali..
- Sebagian Montanis juga "
Quartodesiman
" ("yang 14"), artinya mereka lebih suka merayakan Paskah pada tanggal 14 bulan Nisan menurut
kalender Ibrani
, tak peduli hari apapun dalam suatu minggu tanggal itu jatuh. Ajaran ortodoks berpendapat bahwa Paskah harus dirayakan pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan. (Trevett 1996:202)
Hieronimus
dan para pemimpin gereja lainnya mengklaim bahwa kaum Montanis pada masa mereka menganut keyakinan bahwa
Tritunggal
terdiri atas satu pribadi saja, serupa dengan
Sabelianisme
, jadi berlawanan dengan pandangan ortodoks bahwa
Tritunggal
adalah satu Allah dengan tiga pribadi, yang juga dianut oleh Tertulianus. Ada beberapa orang yang memang adalah pemeluk
monarkian modalistik
(Sabelian) dan beberapa lainnya yang lebih dekat dengan doktrin Tritunggal. Dilaporkan bahwa para modalis ini membaptiskan dengan meyebutkan nama Yesus Kristus, bukannya menyebutkan nama Tritunggal. Kebanyakan dari kaum Montanis di kemudian hari berasal dari kubu modalistik.
- Eusebius dari Kaisaria
,
Historia ecclesiae,
5.16?18
- Tabbernee, William, 1997.
Montanist Inscriptions and Testimonia: Epigraphic Sources Illustrating the History of Montanism
(Macon [GA], Mercer University Press) (North American Patristic Society Patristic Monograph Series, 16).
- Groh, Dennis E. 1985. "Utterance and exegesis: Biblical interpretation in the Montanist crisis," dalam Groh dan Jewett,
The Living Text
(New York) hlm. 73 ? 95.
- Heine, R.E., 1987 "The Role of the Gospel of John in the Montanist controversy," dalam
Second Century v. 6, hlm. 1 ? 18.
- Heine, R.E., 1989. "The Gospel of John and the Montanist debate at Rome," in
Studia Patristica
21, hlm. 95 ? 100.
- Metzger, Bruce, The Canon of the New Testament. Its Origin, Development, and Significance, 1987, (Oxford University Press), hlm. 99-106. [
ISBN 0-19-826954-4
]
- Pelikan, Jaroslav.
The Christian Tradition: A History of the Development of Christian Doctrine
. Vol. I
The Emergence of the Catholic Tradition, 100-600
. Chicago: University of Chicago Press, 1977.
- Pagels, Elaine
, 2003.
Beyond Belief: The Secret Gospel of Thomas
ISBN 0-375-50156-8
, memuat pengantar singkat tentang Montanisme, dengan catatan dalam bab "God's Word or Human Words?"
- Trevett, Christine, 1996.
Montanism: Gender, Authority and the New Prophecy
(Cambridge University Press)
- Hirschmann, Vera-Elisabeth, 2005.
Horrenda Secta. Untersuchungen zum fruеhchristlichen Montanismus und seinen Verbindungen zur paganen Religion Phrygiens
(Stuttgart, Franz Steiner Verlag)