Lawang Sewu
(
Bahasa Jawa:
????????
artinya
Seribu Pintu)
, sebelumnya
Gedung Administrasi N.V. Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij di Samarang
(
Belanda
:
Administratiegebouw van de N.V. Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij te Samarang
) adalah bekas bangunan perkantoran yang terletak di seberang
Tugu Muda
,
Kota Semarang
,
Jawa Tengah
, Indonesia. Bangunan ini dahulu merupakan kantor pusat
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
(NIS), dan saat ini berstatus sebagai aset
Kereta Api Indonesia
(KAI). Hal ini terjadi karena merupakan hasil dari perebutan aset-aset NIS dan perusahaan kereta api lain oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada masa Perang Kemerdekaan. Saat ini bangunan tersebut dijadikan sebagai museum dan galeri sejarah perkeretaapian oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur dan kini dioperasikan
KAI Wisata
, anak perusahaan KAI yang bergerak di bidang pariwisata.
[1]
[2]
Nama
lawang sewu
aslinya merupakan julukan gedung itu dalam
bahasa Jawa
yang berarti "bangunan berpintu seribu".
Desain bangunan ini memiliki banyak ruang,
serta memiliki sekitar 1.000 jendela yang tinggi-tinggi dan besar-besar sehingga dikira sebagai "pintu".
Pintu-pintu di bangunan tersebut hanya berjumlah 429 buah.
[6]
Jendela ukuran besar sering ditemukan pada bangunan Belanda di Indonesia. Banyak bangunan, rumah, atau struktur lain pada masa itu memiliki jendela dengan ukuran yang mirip. Hal itu dilakukan untuk beradaptasi dengan iklim lembap dan panas di Indonesia. Dengan banyaknya jendela ini, akan lebih banyak masuknya udara dan membuatnya menjadi dingin
[7]
Cetak biru Gedung B
Kompleks Lawang Sewu terdiri dari dua bangunan; yaitu gedung A dan B serta C dan D, menghadap Jalan Pemuda.
Bangunan A menghadap bundaran Tugu Muda.
Terdapat dua menara kembar di gedung A yang awalnya digunakan untuk menyimpan air, masing-masing dengan kapasitas 7.000 liter (1.800 US gal).
Bangunan ini memiliki jendela
kaca patri
besar dan tangga besar di tengahnya.
Di bawah bangunan terdapat sebuah lorong bawah tanah.
Gedung B terletak di belakang gedung A,
setinggi tiga lantai dengan dua lantai pertama terdiri dari perkantoran dan yang ketiga adalah loteng.
Bangunan dengan jendela-jendela besar ini juga memiliki lorong bawah tanah yang berfungsi sebagai saluran air.
Di depan gedung berdiri
Tugu Muda
untuk memperingati
Pertempuran Lima Hari
.
Gambar bangunan pada awal 1900-an
Aula samping gedung
Lawang Sewu diarsiteki oleh
Cosman Citroen
, dari firma yang dibentuk arsitek senior
J. F. Klinkhamer
dan
B. J. Ouendag
.
Bangunan ini dirancang dalam
Gaya Hindia Baru
, istilah yang diterima secara akademis untuk Rasionalisme Belanda di Hindia.
[11]
Mirip dengan Rasionalisme Belanda, gaya adalah hasil dari upaya untuk mengembangkan solusi baru untuk mengintegrasikan preseden tradisional (klasisisme) dengan kemungkinan teknologi baru. Ini dapat digambarkan sebagai gaya transisi antara Tradisionalis dan Modernis serta dipengaruhi oleh desain Berlage.
[12]
Konstruksi dimulai pada tahun 1904 dengan bangunan A yang selesai pada tahun 1907.
Sisanya rampung pada tahun 1919.
Awalnya digunakan oleh
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
, perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda.
Setelah
Jepang menduduki Hindia Belanda
pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih Lawang Sewu.
Ruang bawah tanah gedung B diubah menjadi penjara dengan eksekusi mati dilakukan di dalamnya.
Ketika Semarang direbut kembali oleh Belanda dalam pertempuran di Semarang pada Oktober 1945, pasukan Belanda menggunakan terowongan yang mengarah ke gedung A untuk menyelinap ke kota.
Pertempuran terjadi dengan banyak pejuang Indonesia gugur.
Lima pegawai yang bekerja di sana juga gugur.
Setelah perang,
tentara Indonesia
mengambil alih kompleks.
Bangunan tersebut kemudian dioperasikan oleh
Djawatan Kereta Republik Indonesia
(DKARI).
Pada tahun 1992 bangunan ini ditetapkan sebagai
cagar budaya
.
Pada 2009, kompleks Lawang Sewu berada dalam keadaan mengenaskan.
Simon Marcus Gower, dalam kolomnya di
The Jakarta Post
, menuliskan bahwa bangunan tersebut "gelap dan tak terawat. Dinding putihnya dihitamkan oleh polusi dan penelantaran. Dindingnya terkelupas dan dipenuhi coretan-coretan vandal. Lumut pun tumbuh di sebagian besar bangunan dan tikus menjadi penghuni celah-celah bangunan."
Bangunan ini kelak menjalani renovasi dalam rangka meningkatkan daya tarik wisata.
Gubernur Jawa Tengah
Bibit Waluyo
mengerahkan prajurit TNI untuk membantu renovasi; khususnya pada bagian luar gedung.
Namun warga setempat kecewa dengan hasil renovasi tersebut karena dianggap menghilangkan keasliannya.
Pada tanggal 5 Juli 2011 gedung tersebut diresmikan oleh Ibu Negara
Ani Yudhoyono
.
Namun, pada saat itu hanya bangunan B yang dapat dikunjungi.
Ia berharap bahwa peresmian ini menjadi daya tarik utama dalam menyukseskan program pariwisata pemerintah Jawa Tengah pada tahun 2013.
Gedung B kelak direncanakan untuk dijadikan perkantoran,
pujasera
, dan
pusat kebugaran
.
Pada akhir 2013, Pemerintah Kota Semarang mengumumkan rencana untuk menghilangkan "citra seram" bangunan itu untuk menarik lebih banyak pengunjung. Hal ini dilakukan dengan cara menata kembali kawasan untuk kegiatan sosial dan budaya, beserta renovasi lanjutan bangunan. Pada saat itu, Lawang Sewu menarik rata-rata 1.000 pengunjung setiap hari.
Ruang bawah tanah gedung B, yang diklaim berhantu
Akses ke bawah tanah gedung Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Lawang Sewu dikenal sangat angker karena ruangan bawah tanahnya pernah dijadikan tempat penyiksaan oleh serdadu tentara Jepang. Banyak wisatawan memasuki ruangan itu semata-mata untuk melihat hantu.
Di antara hantu yang dilaporkan menghuni tempat itu adalah seorang Noni Belanda yang melakukan bunuh diri di dalam serta penampakan "hantu tanpa kepala". Lantai dasar gedung B di huni kuntilanak, dan pocong di tempat bak penyiksaan Penjara Jongkok.
[
butuh rujukan
]
Pada tahun 2007, sebuah film horor berjudul
Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak
dirilis berdasarkan legenda urban itu.
Film ini menceritakan tentang sekelompok siswa SMA dari
Jakarta
yang terjebak di Lawang Sewu setelah beberapa harus buang air kecil dan menampilkan hantu seorang noni Belanda, seorang pria yang bergerak dengan diberati bola berantai di kakinya, dan sosok
kuntilanak
.
-
Kaca patri Lawang Sewu
-
Salah satu sudut Lawang Sewu
-
Salah satu sudut Lawang Sewu
-
Lawang Sewu di malam hari
-
Koridor atau Lorong di Lawang Sewu
-
Ruangan-ruangan terhubung dengan pintu
-
Tugu Muda Semarang dengan latar belakang Lawang Sewu
-
Kompleks Lawang Sewu
- ^
Ajijah (2021-07-27). Andriyawan, Dea, ed.
"Jelajah Kereta Api: Lawang Sewu, Bermula dari Kantor KA Swasta Belanda Hingga Jadi Tempat Edukasi"
.
Bisnis.com
. Diakses tanggal
2022-03-13
.
- ^
Pradana, Rio Sandy (2021-08-21). Puspa, Anitana Widya, ed.
"KAI Wisata Buka Kembali Museum Lawang Sewu, Ini Syarat Masuknya"
.
Bisnis.com
. Diakses tanggal
2022-03-14
.
- ^
Khairally, Elmy Tasya.
"Ingin ke Semarang? Jangan Lewatkan 5 Wisata Ikonik Ini"
.
detikcom
. Diakses tanggal
2022-03-14
.
- ^
"Lawang Sewu, Ikon Kota Semarang Dengan Sejarah Kelam"
.
Kabar Wisata
. 2021-04-11
. Diakses tanggal
2021-12-16
.
- ^
Gunawan Tjahjono, ed. (1998).
Architecture
. Indonesian Heritage.
6
. Singapore: Archipelago Press. hlm.
120
.
ISBN
981-3018-30-5
.
- ^
"Rationalisme, Traditionalisme, Americanisme".
Het Indische bouwen: architectuur en stedebouw in Indonesie : Dutch and Indisch architecture 1800-1950
(dalam bahasa Dutch). Helmond: Gemeentemuseum Helmond. 1990. hlm. 20?23.
- Ariwibowo, AA (5 July 2011). Ariwibowo, AA, ed.
"First Lady Inaugurates Renovated Lawang Sewu Building"
.
ANTARA News
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 17 December 2011
. Diakses tanggal
17 December
2011
.
- Akbar, Aulia (13 October 2011).
"Banyak Warga Kecewa Lawang Sewu Direnovasi"
[Many Citizens are Disappointed that Lawang Sewu is being Renovated].
Okezone.com
(dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 17 December 2011
. Diakses tanggal
17 December
2011
.
- Gower, Simon Marcus (9 February 2009).
"Lawang Sewu: Ahaunted, sad place"
.
The Jakarta Post
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 18 December 2011
. Diakses tanggal
18 December
2011
.
- "Lawang Sewu"
(dalam bahasa Indonesian). Semarang City Government. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 17 December 2011
. Diakses tanggal
17 December
2011
.
- "Lawang Sewu : Keindahan Seni di Balik Mistis"
[Lawang Sewu: Beautiful Art behind a Mystical Screen] (dalam bahasa Indonesian). Ministry of Tourism of Indonesia. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 17 December 2011
. Diakses tanggal
17 December
2011
.
- "
'
Lawang Sewu', Film Hantu Semarang"
['Lawang Sewu': A Ghost Movie in Semarang].
KapanLagi.com
(dalam bahasa Indonesian). 21 September 2007. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 17 December 2011
. Diakses tanggal
17 December
2011
.
- Prihadi, Susetyo Dwi (24 July 2011).
"Lawang Sewu Kini Tak Lagi Mistis"
[Lawang Sewu is No Longer Mystical].
Okezone.com
(dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 17 December 2011
. Diakses tanggal
17 December
2011
.
- Rohmah, Ainur (28 December 2013).
"Lawang Sewu's spooky image eliminated to lure more visitors"
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 28 December 2013.
- Tio, Jongkie (2011).
Semarang CIty, A Glance into the Past
.
- Vann, Michael G.
(July 2013).
"Haunted house, haunted history"
.
Inside Indonesia
. Diakses tanggal
29 November
2013
.
![](//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/44/Logo_Direktorat_Pelestarian_Cagar_Budaya_dan_Permuseuman.png/25px-Logo_Direktorat_Pelestarian_Cagar_Budaya_dan_Permuseuman.png) Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia
|
---|
Kategori
|
Benda
| |
---|
Bangunan
| |
---|
Struktur
| |
---|
Situs
| |
---|
Kawasan
| |
---|