Untuk kegunaan lain, lihat
Metro
.
Kota Metro
|
---|
|
|
?
Lampung
| ![](//upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c7/HadTransparanMetro.PNG/150px-HadTransparanMetro.PNG) |
---|
Searah jarum jam;
Panorama malam Alun-alun Kota, Monumen Menara Meterm Taman Merdeka, Masjid Agung Taqwa Metro,
Tugu Pena Bundaran Metro, dan
Bendungan Dam Raman
|
![Lambang resmi Kota Metro](//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/71/LOGO_KOTA_METRO.png/66px-LOGO_KOTA_METRO.png) Lambang
|
Julukan:
- Kuto Sai Wawai
- Kota Pendidikan
- Centrum van Oosthaven
|
Motto:
Bumi sai wawai
(Lampung Pepadun)
Tanah yang indah
|
Peta
Tampilkan peta Lampung
Kota Metro (Sumatra)
Tampilkan peta Sumatra
Kota Metro (Indonesia)
Tampilkan peta Indonesia
|
Koordinat:
5°07′00″S
105°18′00″E
/
5.1167°S 105.3°E
/
-5.1167; 105.3
|
Negara
|
Indonesia
|
---|
Provinsi
| Lampung
|
---|
Tanggal berdiri
| 9 Juni 1937
|
---|
Dasar hukum
| UU
No 12 Tahun 1999
|
---|
Hari jadi
| 9 Juni 1937
(umur 87)
|
---|
Jumlah satuan pemerintahan
|
- Kecamatan: 5
- Kelurahan: 22
|
---|
|
?
Wali Kota
| Wahdi
|
---|
?
Wakil Wali Kota
| Qomaru Zaman
|
---|
|
? Total
| 68,74 km
2
(26,54 sq mi)
|
---|
Peringkat
| 67
|
---|
|
? Total
| 172.934
|
---|
? Peringkat
| 76
|
---|
? Kepadatan
| 2,500/km
2
(6,500/sq mi)
|
---|
? Peringkat kepadatan
| -
|
---|
|
?
Agama
| Islam
87.77%
Kristen
7.83%
-
Protestan
4.13%
-
Katolik
3.70%
Hindu
3.09%
Buddha
1.30%
Konfusianisme
0.01%
[2]
|
---|
?
Bahasa
| |
---|
?
IPM
| 77,89 (
2022
)
Tinggi
[3]
|
---|
Zona waktu
| UTC+07:00
(
WIB
)
|
---|
Kode BPS
| 1872
|
---|
Kode area telepon
| +62 725
|
---|
Pelat kendaraan
| BE
xxxx
F*
|
---|
Kode Kemendagri
| 18.72
|
---|
Kode SNI 7657:2023
| MET
|
---|
DAU
| Rp 477.318.875.000,- (
2020
)
[4]
|
---|
Situs web
| metrokota
.go
.id
|
---|
Kota Metro
adalah
kota
di
Provinsi Lampung
,
Indonesia
. Kota ini berjarak sekitar 52 km dari ibu kota provinsi, yaitu
Kota Bandar Lampung
,
[5]
serta merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Lampung.
Kota Metro masuk dalam daftar 10 kota di Indonesia dengan biaya hidup terendah ke-9 di Indonesia serta urutan kedua di
Pulau Sumatra
berdasarkan Survei
BPS
tahun
2017
.
Kota Metro juga merupakan target cetak biru
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
sebagai kawasan strategis dan target pengembangan
kota metropolitan
setelah Kota Bandar Lampung.
[6]
Kolonis Tiba di Metro (1939)
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama
Trimurjo
. Sebelum tahun
1936
, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih
[7]
yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung.
[8]
Namun, pada awal tahun
1936
Pemerintah kolonial
Belanda
mengirimkan migran orang-orang
Jawa
(kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di
Pulau Jawa
dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan.
[9]
Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936.
[10]
Pada tanggal
9 Juni
1937
, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro
[11]
dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten demang) pertama. Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada
Distrik
adalah
Onder Afdeling
yang dikepalai oleh seorang
Controleur
berkebangsaan
Belanda
.
Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh
Pesirah
dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang
Kampung
dalam Marganya masing-masing. Kediaman asisten wedana Metro pada masa
Hindia Belanda
Marga
terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa
Kepala Suku
.
Kepala Suku
diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.
Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi.
[12]
Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon.
[13]
Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat.
Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (
bahasa Prancis
"leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari
Sungai Sekampung
ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang diwajibkan dan bekerja dalam
shift
. Konstruksi dimulai pada tahun
1937
dan selesai pada tahun
1941
.
[14]
Metropolis-Metro dipilih dan ditetapkan sejak tahun 1935 telah direncanakan dengan matang oleh kolonial belanda sebagai Megaproyek Kolonisasi Sukadana. Pada tahun 1935, ditetapkanlah nama Metropolis-Metro dan menjadi ibukota dari Kolonisasi Sukadana.
[15]
Versi pertama nama "Metro" yaitu berasal dari nama resminya yaitu "Metropolis" yang ditetapkan sebagai pusat ibukota Kolonisasi Sukadana. Dalam penggunaannya, nama Metropolis disingkat menjadi Metro. Nama Metropolis-Metro diberikan langsung oleh
Hendrik Roelof Rookmaaker
yang mulai bertugas sebagai penjabat gubernur wedana pada 22 Juni 1933. Nama tersebut dipilih karena proyeksinya di masa depan, kota terencana ini akan menjadi kota besar seperti halnya Metropolis (metropolitan).
[16]
Versi kedua atau yang populer yaitu nama Metro berasal dari kata “Meterm” atau "Metreum" dalam
Bahasa Belanda
yang artinya "titik tengah" atau “titik pusat wilayah". Pendapat ini muncul dikarenakan letak geografis Metro yang berada di tengah antara desa kolonis pertama yaitu Rancangpurwo dan desa induk Trimurjo.
[11]
[17]
[18]
Versi ketiga nama Metro berasal dari kata "Mitro" (
Bahasa Jawa
) yang berarti artinya teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah
Sumatra
yang masuk ke daerah
Lampung
.
[11]
Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah
Burhanuddin
(1945-1948)
Setelah invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil Belanda dievakuasi atau ditangkap.
[19]
Program (trans)migrasi dilanjutkan di bawah nama
Kakari Imin
,
[20]
dan 70 (trans)migran asal Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam pembangunan
landas pacu
di
Natar
(kelak menjadi
Bandar Udara Internasional Radin Inten II
) dan
Astra Ksetra
(kelak menjadi
Pangkalan TNI Angkatan Udara Pangeran Mohammad Bunyamin
), serta berbagai
bunker
dan aset strategis lainnya; mereka yang menolak akan ditembak.
[19]
Warga lainnya kurang gizi, dengan hasil panen mereka yang diambil oleh pasukan pendudukan Jepang. Penyakit menyebar secara merajalela ke seluruh warga, yang dibawa oleh kutu. Kematian umum terjadi, sedangkan para perempuan termasuk istri-istri para pekerja paksa, diambil sebagai wanita penghibur.
[20]
Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:
- Teluk Betung Ken
- Metro Ken
- Kotabumi Ken
Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga, dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di bawah komando
Letnan Dua
(Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur. Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan menyerang dari
Tegineneng
, akhirnya memasuki kota dan menewaskan 3 tentara Indonesia.
[21]
Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen di
Tempuran
, Lampung Tengah, tepatnya di pintu masuk Kota Metro.
Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:
- Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
- Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenan Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
- Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.
Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro).
Dalam praktik, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat.
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.
Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya.
Jika datang ke Kote Metro dan desa di kabupaten sekitar kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng, yaitu:
- Bedeng 1, bedeng 4, bedeng 5, bedeng 10: untuk menyebut wilayah di kelurahan Trimurjo;
- Bedeng 2, bedeng 3: untuk menyebut wilayah di kelurahan Adipuro;
- Bedeng 6c, 6 polos, 6b, 6d: untuk menyebut wilayah di desa Liman Benawi;
- Bedeng 7a, 7c, 8: untuk menyebut wilayah di desa Depokrejo;
- Bedeng 11a, 11b, 11c, 11d, 11f: untuk menyebut wilayah di kelurahan Simbarwaringin;
- Bedeng 12a, 12b, 12c, 12d: untuk menyebut wilayah di desa Tempuran;
- Bedeng 13a, 13 polos, 20: untuk menyebut wilayah di desa Purwodadi;
- Bedeng 14-1, 14-2, 14-3, 14-4: untuk menyebut wilayah di kelurahan Ganjaragung dan Ganjar asri;
- Bedeng 15a, 15 polos: untuk menyebut wilayah di kelurahan Iringmulyo;
- Bedeng 16a, 16b, 16d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyosari;
- Bedeng 16c: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyojati;
- Bedeng 17a, 17 polos, 18, 19: untuk menyebut wilayah kelurahan Untoro;
- Bedeng 21a, 21 polos: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosodadi;
- Bedeng 21c: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosomulyo;
- Bedeng 22: untuk menyebut wilayah kelurahan Hadimulyo;
- Bedeng 23: untuk menyebut wilayah kelurahan di Metro Utara;
- Bedeng 24: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tejosari dan Tejoagung;
- Bedeng 25, 26: untuk menyebut wilayah di kelurahan Margorejo;
- Bedeng 27: untuk menyebut wilayah di kelurahan Sumbersari;
- Bedeng 28, 29: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwosari;
- Bedeng 30-67: untuk menyebut wilayah di daerah Batanghari dan Sekampung.
Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan
Distrik
yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi penjajahan
Belanda
di kota ini. Di Kota Metro banyak masyarakat yang menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dan familiar.
Setelah ditempati oleh para kolonis dari pulau
Jawa
, daerah bukaan baru yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuban ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah dan berkembang.
Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan melepaskannya dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.
Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa.
Adapun 6 kelurahan itu adalah:
- Kelurahan Metro
- Kelurahan Mulyojati
- Kelurahan Tejosari
- Kelurahan Yosodadi
- Kelurahan Hadimulyo
- Kelurahan Ganjar Agung
Sedangkan 11 desa tersebut adalah:
- Desa Karangrejo
- Desa Banjar Sari
- Desa Purwosari
- Desa Margorejo
- Desa Rejomulyo
- Desa Sumbersari
- Desa Kibang
- Desa Margototo
- Desa Margajaya
- Desa Sumber Agung
- Desa Purbosembodo
Atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1986 tanggal
14 Agustus
1986 dibentuk
Kota Administratif Metro
yang terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul yang diresmikan pada tanggal
9 September
1987 oleh Menteri Dalam Negeri.
Pada perkembangannya, 5 desa di sebelah selatan aliran Sungai/Way Sekampung dibentuk menjadi sebuah kecamatan baru, yaitu Kecamatan Metro Kibang dan dimasukkan ke dalam wilayah pembantu Bupati Lampung Tengah wilayah Sukadana (sekarang masuk menjadi
Kabupaten Lampung Timur
).
Dengan kondisi dan potensi yang cukup besar serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Metro tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan juga pusat pemerintahan, maka sewajarnyalah dengan kondisi dan potensi yang ada tersebut Kotif Metro ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Metro.
Harapan memperoleh Otonomi Daerah terjadi pada tahun 1999, dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal
20 April
1999 dan diresmikan pada tanggal
27 April
1999 di Jakarta bersama-sama dengan
Kota Dumai
(Riau),
Kota Cilegon
(Jawa Barat kemudian Banten),
Kota Depok
(Jawa Barat),
Kota Banjarbaru
(Kalsel), dan
Kota Ternate
(Maluku Utara).
Kota Metro pada saat diresmikan terdiri dari 2 kecamatan, yang masing-masing adalah sebagai berikut:
Kecamatan Metro Raya, membawahi:
- Kelurahan Metro
- Kelurahan Ganjar Agung
- Kelurahan Yosodadi
- Kelurahan Hadimulyo
- Kelurahan Banjarsari
- Kelurahan Purwosari
- Kelurahan Karangrejo
Kecamatan Bantul, membawahi:
- Kelurahan Mulyojati
- Kelurahan Tejosari
- Desa Margorejo
- Desa Rejomulyo
- Desa Sumbersari
Peta Administrasi Kota Metro
Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan.
- Metro Barat
: 11,28 km²
- Metro Pusat
: 11,71 km²
- Metro Selatan
: 14,33 km²
- Metro Timur
: 11,78 km²
- Metro Utara
: 19,64 km²
Kecamatan Metro Pusat
- Kelurahan Metro
- Kelurahan Imopuro
- Kelurahan Hadimulyo Timur
- Kelurahan Hadimulyo Barat
- Kelurahan Yosomulyo
Kecamatan Metro Timur
- Kelurahan Iringmulyo
- Kelurahan Yosodadi
- Kelurahan Yosorejo
- Kelurahan Tejosari
- Kelurahan Tejoagung
Kecamatan Metro Barat
- Kelurahan Mulyojati
- Kelurahan Mulyosari
- Kelurahan Ganjar Asri
- Kelurahan Ganjar Agung
Kecamatan Metro Utara
- Kelurahan Banjar Sari
- Kelurahan Karang Rejo
- Kelurahan Purwosari
- Kelurahan Purwoasri
Kecamatan Metro Selatan
- Kelurahan Sumbersari
- Kelurahan Margorejo
- Kelurahan Margodadi
- Kelurahan Rejomulyo
Kota Metro memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Metro merupakan wilayah yang relatif datar dengan kemiringan <6°, tekstur tanah lempung dan liat berdebu, berstruktur granular serta jenis tanah podzolik merah kuning dan sedikit berpasir. Sedangkan secara geologis, wilayah Kota Metro di dominasi oleh batuan endapan gunung berapi jenis Qw.
Metro
|
Tabel iklim (
penjelasan
)
|
J
| F
| M
| A
| M
| J
| J
| A
| S
| O
| N
| D
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
|
Total presipitasi dalam mm
| Sumber: Climate-Data.org
[22]
|
|
Konversi imperial
|
J
| F
| M
| A
| M
| J
| J
| A
| S
| O
| N
| D
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °F
|
Total presipitasi dalam inci
|
|
Wilayah Kota Metro yang berada di Selatan Garis Khatulistiwa pada umumnya beriklim humid tropis dengan kecepatan angin rata-rata 70 km/hari. Ketinggian wilayah berkisar antara 25?60 m dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 26 °C 34 °C, kelembaban udara 80%-91% dan rata-rata curah hujan per tahun 2.264 sampai dengan 2.868 mm.
Data iklim Metro
|
Bulan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Tahun
|
Rata-rata tertinggi °C (°F)
|
29.9
(85.8)
|
30.6
(87.1)
|
31.2
(88.2)
|
31.7
(89.1)
|
31.6
(88.9)
|
31.3
(88.3)
|
31.1
(88)
|
31.2
(88.2)
|
31.4
(88.5)
|
31.9
(89.4)
|
31.7
(89.1)
|
30.8
(87.4)
|
31.2
(88.2)
|
Rata-rata terendah °C (°F)
|
22.4
(72.3)
|
22.4
(72.3)
|
22.6
(72.7)
|
22.5
(72.5)
|
22.3
(72.1)
|
21.8
(71.2)
|
21.7
(71.1)
|
21.6
(70.9)
|
22.0
(71.6)
|
22.2
(72)
|
22.6
(72.7)
|
22.5
(72.5)
|
22.2
(72)
|
Presipitasi
mm (inci)
|
349
(13.74)
|
300
(11.81)
|
288
(11.34)
|
196
(7.72)
|
142
(5.59)
|
126
(4.96)
|
91
(3.58)
|
91
(3.58)
|
96
(3.78)
|
119
(4.69)
|
189
(7.44)
|
304
(11.97)
|
2.291
(90,2)
|
Sumber: Climate-Data.org
[22]
|
Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokan ke dalam dua jenis penggunaan, yaitu l
ahan terbangun (
build up area
)
dan
tidak terbangun
. Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lain-lain.
Kawasan tidak terbangun di Kota Metro didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis yang mencapai 2.982,15 hektar atau 43,38% dari luas total wilayah. Selebihnya adalah lahan kering pekarangan sebesar 1.198,68 hektar, tegalan 94,49 hektar, dan sawah non irigasi sebesar 41,50 hektar
Dengan alasan historis, kota Metro menegaskan dukungan sepenuhnya atas ekspansi hingga ke Kecamatan
Punggur (Lampung Tengah)
,
Pekalongan (Lampung Timur)
,
Trimurjo (Lampung Tengah)
, dan
Metrokibang (Lampung Timur)
.
[23]
Namun pihak
Lampung Tengah
menunggu izin dari pemerintah pusat untuk menyerahkan beberapa kecamatannya.
[24]
Kota Metro dipimpin oleh seorang Wali kota dikarenakan keadaan dan status wilayah yang ada di Kota Metro. Saat ini, jabatan wali kota Metro dijabat oleh
Wahdi
dengan jabatan wakil wali kota dijabat oleh
Qomaru Zaman
. Berikut ini adalah daftar
Wali Kota Metro:
Berikut ini adalah komposisi anggota
DPRD
Kota Metro dalam dua periode terakhir.
[30]
[31]
[32]
Pada Pemilu Legislatif 2014, DPRD Kota Metro adalah sebanyak 25 orang dan tersusun dari perwakilan 9 partai.
[33]
No
|
Jabatan
|
Nama
|
Partai Politik
|
1
|
Ketua DPRD
|
Tondi Muammar Ghadaffi N., S.T
[34]
|
Partai Golkar
|
2
|
Wakil Ketua DPRD
|
Hj. Anna Morinda, SE,MM
[35]
|
PDIP
|
3
|
Wakil Ketua DPRD
|
Ahmad Kuseini, M.Pd
[36]
|
PKS
|
Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang peresmiannya dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro pada mulanya dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 yang terdiri dari 9 Dinas Otonom Daerah, yaitu: 10 Bagian Sekretariat Daerah, 4 Badan dan 2 Kantor. Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, Pemerintah Daerah Kota Metro melakukan penataan organisasi Perangkat Daerah sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.
Kota Metro terdiri dari 5
kecamatan
dan 22
kelurahan
. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 165.368 jiwa dengan luas wilayah 61,79 km² dan sebaran penduduk 2.676 jiwa/km².
[37]
[38]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Metro, adalah sebagai berikut:
* RSUD Ahmad Yani /Metro
- RSUD Sumbersari Bantu
- RS Islam Metro
- RS Mardi Waluyo
- RSU Muhammadiyah
- RS AMC (Anugerah Medical Center)
- RS Bersalin Asih 15A Iringmulyo
- Rumah Sakit Azizah, 15B Timur
- RSIA Permata Hati
- Puskesmas Rawat Inap Metro Pusat
- Puskesmas Rawat Inap Metro Utara
- Puskesmas Rawat Inap Metro Selatan
- Puskesmas Rawat Inap Metro Timur
- Puskesmas Rawat Inap Metro Barat
- Klinik Laodikia, Hadimulyo Timur
- Klinik Hadi Wijaya, Hadimulyo Timur
- Klinik Hadimulyo Husada Metro
Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota tepatnya di Kawasan II Pusat Pemerintahan Kota Metro. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka, arsip daerah dan sejarah, Koneksi Internet WiFi fiber optic kecepatan tinggi dan
air conditioner
(AC). Perpustakaan ini dibangun sejak tahun 2002. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi masyarakat Kota Metro dan kabupaten sekitarnya.
Masjid Taqwa di Alun Alun Kota Metro
- Masjid Taqwa Kota Metro
- Majid Al-Mujahidin Komplek Muhammadiyah Metro
- Masjid Agung Nurul Huda, Ganjar Agung Kota Metro
- Gereja Kristen Indonesia
Metro
- Gereja Katolik Hati Kudus Yesus 21a Metro
- Vihara Buddha Dharma Dipa, 15a Kota Metro
- Pura Giri Natha, 16c Metro Barat
Fasilitas olahraga dan Ruang Terbuka Hijau
[
sunting
|
sunting sumber
]
- Taman Merdeka Kota Metro (atau Alun-Alun Metro)
- Gedung Olah Raga (GOR) Jurai Siwo
- Lapangan Tenis Rumdis Wali kota Metro
- Stadion Tejosari Metro Timur
- Samber Park Metro Pusat
- Lapangan Hadimulyo Barat
- Lapangan Hadimulyo Timur (Lap. SD)
- Lapangan Futsal di berbagai tempat seperti Intan Sport dan Wawai Sport Center
- Taman Mulyojati Metro Barat
- RHT Karang Rejo Metro Utara
- Tugu Pena Buku, Alun Alun Kota Metro
- Menara Meterm, Taman Merdeka Metro, Metro
- Menara PAM, Kota Metro
- Tugu pesawat Latsitardanus, Kota Metro
- Monumen Buku dan Pena, perbatasan Kelurahan Ganjar Agung, Kota Metro dan Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah
- Masjid Taqwa, Kota Metro
- Monumen Pengantin Lampung
Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Hutan kota yang terdaftar yaitu:
- Hutan Kota Linara Tejoagung - Metro Timur
- Hutan Kota Stadion Tejosari ? Metro Timur
- Hutan Kota Terminal 16 C Mulyojati ? Metro Barat
- Hutan Kota Tesarigaga Ganjarasri dan Ganjaragung - Metro Barat
- Hutan Kota Rejomulyo, SMAN 6 Metro Selatan
- Taman Merdeka, Alun Alun Kota Metro
- Taman Demokrasi di Kelurahan Ganjar Agung, Metro Barat
- Taman Mulyojati, Metro Barat
- Taman Hutan Kota 16C Metro Barat
- Taman Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Keluruhan Iringmulyo Metro Timur
- Taman Wawai, Dinas Pertanian dan Perikanan, Ganjar Agung, Metro Barat
- Waterpark and Waterboom Palem Indah
- Taman Metro Indonesia Indah (TMII)
- Kolam Renang Stadion Tejosari
- Bendungan Dam Way Raman
- Jembatan Gantung 28, Metro Utara
- Grand Venetian Family Karaoke
- Jembatan Gantung Pelita, Rejomulyo, Metro Selatan
- Timezone Center, Chandra Dept. Store Lt.3 Kota Metro
- Goa Prasejarah Wara, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
- Goa Prasejarah Macan Putih, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
- Wisata Alam Sawah Bertingkat, 26 Metro Selatan
- Wisata Alam Sumbersari, Rejomulyo Metro Selatan
- Flying Fox Zipline Sumbersari, Metro Selatan
Walaupun Kota Metro merupakan kota kecil, tetapi event dan acara besar sering ditemui setiap tahunnya. Selain mempromosikan Kota Metro,Event ini juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata daerah.
Metro Fair adalah
pameran
tahunan yang ada di Kota Metro. Metro Fair biasanya berlangsung selama satu minggu penuh atau lebih dari awal
Juni
untuk memperingati
hari jadi
Kota Metro.
Metro Fair pertama diadakan pada tahun 2000. Sampai saat ini setiap tahun penyelenggaraannya tidak pernah terputus. Dari 2000 sampai 2016 Metro Fair sering berlangsung di Lapangan Samber. Namun dalam beberapa tahun yang lalu, Metro Fair pernah diadakan di Stadion Tejosari, 24 Metro Timur namun pengunjung yang datang sedikit akibat jarak tempuh yang jauh dan kurangnya akomodasi angkutan umum ke tempat acara.
Ajang MTQ sudah lama ada di Kota Metro. Kota Metro pernah menjadi tuan rumah MTQ Provinsi Lampung ke 43.
[40]
Ajang MTQ Kota Metro tidak hanya lagu yang dilombakan, juga termasuk cerdas cermat, pidato, kaligrafi, dan lain sebagainya.MTQ juga diselenggarakan antar dan di dalam instansi tertentu.
Nama
Festival Putri Nuban
(
FPN
) mulai dikenalkan sejak tahun 2013, ketika Kota Metro genap berusia 76 tahun. Festival ini turut merayakan hari ulang tahun Kota Metro yang biasanya digelar setiap tanggal 9 Juni yang disebut Metro Fair. Penamaan Nuban sendiri berasal dari nama keresidenan/marga yang memberikan sebagian wilayahnya (termasuk Keresidenan Sukadana) kepada kolonis pada masa penjajahan dahulu sebagai pengingat jasa dan kerendahan hati kebuayan nuban kepada kolonis yang datang di bumi Lampung.
Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 4 bioskop yaitu
Nuban Ria Theater,
Metropole Theather, Department Store Chandra
, dan
Bioskop Metro Theater Shopping (Pertokoan Metro)
. Namun kini tak ada satupun yang masih bertahan. Bahkan, bangunan bioskop sudah digantikan dengan bangunan yang baru atau dialih fungsikan seperti Bioskop Nuban Ria yang dihancurkan dan diganti dengan Ruko Nuban Center senada dengan Metropole Theater, Department Store Chandra yang beralih fungsi sebagai kanal fashion di Departement Store Chandra.
Keripik pisang merupakan oleh-oleh khas Lampung yang dijual di Yosodadi, Distrik 21 Metro Timur, Supermarket lokal, serta deretan Toko oleh-oleh di Distrik 21. Perbedaan dari keripik pisang khas lampung lainnya dengan Kota Metro yaitu jenis keripik yang sekali makan (Bit size) dan berpori (berlubang lubang) seperti waffle dengan rasa yang bermacam-macam, contohnya yang paling populer yaitu keripik pisang rasa coklat, original, keju, susu, melon, moka, dan lain-lain dengan berbagai merk dan kemasan.
Kemplang merupakan sebuah jenis kerupuk yang digoreng dengan pasir atau dipanggang yang menimbulkan rasa khas. Kemplang dapat dijumpai di daerah Distrik 22a tepatnya Kelurahan Hadimulyo Timur dan Distrik 15b Timur, Kelurahan Imopuro Metro Pusat.
Makanan Asli Khas Lampung dan Sumatera Selatan ini banyak sekali dijumpai di Kota Metro, Seperti di
Pindang Meranjat Riu (21 Yosomulyo)
,
Ibung Err (Distrik 21c)
,
Rumah Makan Omega (Kodim Distrik 22 Hadimulyo Barat), RM Seruwit Hj. Yohana (24 Tejoagung).
Berdasarkan sensus BPS, kota ini memiliki populasi penduduk sebanyak 160,729 jiwa (sensus 2016),
[2]
dengan luas wilayah sekitar 68,74 km2.
Di Kota Metro memiliki masyarakat yang terdiri dari pemeluk agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.
Mayoritas penduduk kota Metro berasal dari etnis
Jawa
. Etnis berikutnya yang cukup mudah ditemui di Kota Metro yaitu
Suku Lampung
,
Suku Sunda
,
Suku Ogan
,
Suku Semendo
,
Suku Batak
,
Suku Minang
,
Suku Palembang
,
Etnis Melayu
dan Etnis
Tionghoa
. Etnis Jawa di Kota Metro tersebar di hampir semua kawasan kota dan umumnya telah membaur dengan etnis lain sejak masa kolonialisme.
Masyarakat Metro yang plural menggunakan berbagai bahasa seperti bahasa setempat yang disebut
Bahasa Lampung
dan beberapa bahasa daerah lainnya seperti
Bahasa Jawa
,
Bahasa Minang
,
Bahasa Sunda
namun umumnya masyarakat menggunakan
Bahasa Indonesia
. Program kolonisasi yang dilakukan Belanda terhadap transmigran dari jawa serta pembukaan lahan yang dilakukan oleh kolonis yang dibawa oleh Belanda tersebut, membuat di Kota Metro banyak dijumpai
Bahasa Indonesia
dan
Bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari.
Mata pencaharian penduduk Kota Metro pada tahun 2005 bergerak pada sektor pemerintahan (28,56%), sektor perdagangan (28,18), sektor pertanian (23,97%), transportasi dan komunikasi (9,84%) serta konstruksi (5,63%). Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, seperti
Lampung Tengah
dan
Lampung Timur
yang mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di pagi, siang dan sore hari penduduk Metro lebih padat dibanding jumlah penduduk resminya.
№
|
Kode
|
Nama Rumah Sakit
|
Jenis
|
Tipe
|
Alamat
|
1.
|
1872016
|
RSUD Ahmad Yani
|
RSUD
|
B
|
Jalan Jend. A. Yani №13,
Imopuro
,
Kec. Metro Pusat
, Kota Metro, Lampung 34124
|
2.
|
1872031
|
RS Islam Metro
|
RS
|
D
|
Jalan Jend. AH. Nasution №250,
Yosodadi
,
Kec. Metro Timur
, Kota Metro, Lampung 34111
|
3.
|
1871020
|
RS Mardi Waluyo
|
RS
|
C
|
Jalan Jendral Sudirman №156,
Metro
,
Kec. Metro Pusat
, Kota Metro, Lampung 34125
|
4.
|
1872042
|
RS Muhammadiyah Metro
|
RS
|
C
|
Jalan Soekarno?Hatta №42,
Mulyojati
,
Kec. Metro Barat
, Kota Metro, Lampung 34125
|
5.
|
1872053
|
RSIA AMC Metro
|
RSIA
|
C
|
Jalan Kunang №15,
Metro
,
Kec. Metro Pusat
, Kota Metro, Lampung 34111
|
6.
|
1872065
|
RSIA Asih Metro
|
RSIA
|
C
|
Jalan Ahmad Yani №52,
Yosorejo
,
Kec. Metro Timur
, Kota Metro, Lampung 34124
|
7.
|
1872064
|
RSIA Permata Hati
|
RSIA
|
C
|
Jalan Jend. AH. Nasution №34,
Yosorejo
,
Kec. Metro Timur
, Kota Metro, Lampung 34124
|
Sebagai Kota Pendidikan, Kota Memiliki fasilitas pendidikan yang mendukung dan sangat baik
[
kenetralan diragukan
]
Perguruan tinggi swasta dan akademi
[
sunting
|
sunting sumber
]
- ^
a
b
"Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021"
(visual)
.
www.dukcapil.kemendagri.go.id
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2021-08-05
. Diakses tanggal
22 Agustus
2021
.
- ^
a
b
c
Kota Metro Dalam Angka 2021
.
BPS Kota Metro
. 02-2020. hlm. 25.
ISBN
978-602-6819-53-6
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2021-08-22
. Diakses tanggal
2021-08-22
.
- ^
"Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022"
(pdf)
.
www.bps.go.id
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2021-01-27
. Diakses tanggal
11 Februari
2023
.
- ^
"Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020"
(pdf)
.
www.djpk.kemenkeu.go.id
. (2020)
. Diakses tanggal
22 Agustus
2021
.
- ^
"Salinan arsip"
. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2016-06-17
. Diakses tanggal
2016-06-10
.
- ^
Tempo (8 Juni 2015). Widayati, Rully, ed.
"Metro-Bandar Lampung Akan Jadi Kota Metropolitan"
.
Tempo.co
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2021-08-04
. Diakses tanggal
04 Agustus
2021
.
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 18
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 2
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 25
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 20
- ^
a
b
c
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 28
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 29?30
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 30
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 31?39
- ^
M.G.H.A fr Graaff, A.M. Tempelars (1990).
Kolonisatie-verslag Lampongsche Districten Over Het Vierde Kwartal dan Ritchlijnen voor Kolonisatie
. Den Haag: Nationaal Archief. hlm. 235.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2023-06-13
. Diakses tanggal
2023-06-13
.
- ^
"NL-HaNA 2.10.39.ead | PDF"
.
Scribd
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2023-06-13
. Diakses tanggal
2023-06-13
.
- ^
Amboro, Kian (2023-06-06).
"Dari Metropolis Hingga Meterm, Telisik Asal Mula Nama Kota metro"
.
KianAmboro
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2023-06-13
. Diakses tanggal
2023-06-13
.
- ^
Prahana 1997
, hlm. 20
- ^
a
b
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 48?50
- ^
a
b
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 54
- ^
Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004
, hlm. 58?59
- ^
a
b
"Salinan arsip"
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2016-03-04
. Diakses tanggal
2015-11-11
.
- ^
http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/49441-ekspansi-metro-mencuat-lagi-
- ^
http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/49726--ambil-saja-kalau-bisa-
- ^
"Joko Umar Said"
.
lampung-script.berani.web.id
. Diakses tanggal
2019-02-12
.
- ^
"Pemerintah Kota Metro"
.
Indoplaces.com
. Diakses tanggal
2019-02-12
.
- ^
Pilar, Harian (2015-09-14).
"Chrisna Putra Pertahankan Predikat Metro Kota Pendidikan"
.
Harian Pilar
. Diakses tanggal
2019-02-12
.
- ^
Feb 2016, Ahmad Romadoni 17; Wib, 14:59.
"Lantik Wali Kota dan Bupati di Lampung, Ini Imbauan Ketua MPR"
.
liputan6.com
. Diakses tanggal
2019-02-12
.
- ^
"Karangan Bunga Banjiri Pemkot Metro Akhir Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota Metro"
.
Haluan Indonesia
. 2021-02-17
. Diakses tanggal
2021-02-20
.
- ^
Perolehan Kursi DPRD Kota Metro Periode 2014-2019
- ^
Perolehan Kursi DPRD Kota Metro 2019-2024
- ^
"Web Resmi DPRD Kota Metro Propinsi Lampung"
.
dprd.metrokota.go.id
. Diakses tanggal
2022-06-19
.
- ^
"Website Resmi DPRD Kota Metro lampung"
(dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2019-02-14
. Diakses tanggal
2019-02-14
.
- ^
"Ketua I DPRD Kota Metro lampung"
(dalam bahasa Indonesia)
. Diakses tanggal
2019-02-14
.
- ^
"Ketua II DPRD Kota Metro lampung"
(dalam bahasa Indonesia)
. Diakses tanggal
2019-02-14
.
- ^
"Ketua III DPRD Kota Metro lampung"
(dalam bahasa Indonesia)
. Diakses tanggal
2019-02-14
.
- ^
"Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan"
. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 29 Desember 2018
. Diakses tanggal
3 Oktober
2019
.
- ^
"Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan"
. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 25 Oktober 2019
. Diakses tanggal
15 Januari
2020
.
- ^
Kode Pos Kota Metro
- ^
Anita, Dewi.
"Metro Tahun Ini Akan Jadi Tuan Rumah MTQ Tingkat Provinsi"
.
Tribunnews.com
.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2016-11-14
. Diakses tanggal
2016-11-14
.
- Prahana, Naim Empel (1997).
Cerita rakyat dari Lampung
(dalam bahasa Indonesian).
2
. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
ISBN
979-669-015-2
.
- Sudarmono; Edi Ribut Harwanto, ed. (2004).
Metro: Desa Kolonis Menuju Metropolis
(dalam bahasa Indonesian). Metro, Indonesia: Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Metro.