Kerajaan Siau
|
---|
|
Bendera
|
|
Ibu kota
| Paseng
|
---|
Bahasa yang umum digunakan
| Bahasa Sangir
dialek Siau
|
---|
Agama
| Katolik Roma
, kemudian
Kristen Protestan
|
---|
Pemerintahan
| Kerajaan
|
---|
Raja
|
|
---|
|
? 1510?1549
| Lokongbanua II
|
---|
? 1549?1587
| Pasumah
|
---|
? 1587?1591
| Wuisang
|
---|
? 1591?1639
| Winsulangi
|
---|
? 1639?1678
| Batahi, Laksamana Hengkeng U Naung
|
---|
? 1678?1680
| Monasehiwu
|
---|
? 1680?1716
| Raramenusa, X Nelly, Kansil
|
---|
? 1716?1752
| Lohintundali
|
---|
? 1752?1788
| Ismael Jacobus, X Ester Manggeadi Manoppo (
Bolaang Mongondow
)
|
---|
? 1788?1790
| Begandelu
|
---|
? 1790?1821
| Umboliwutang
|
---|
|
Sejarah
|
|
---|
|
| 1510
|
---|
| 1956
|
---|
|
|
Sekarang bagian dari
|
Indonesia
|
---|
|
Kerajaan Siau
adalah sebuah
kerajaan
yang terletak di
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
,
Sulawesi Utara
. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1510 oleh Lokombanua II atau
Lokongbanua II
yang sekaligus sebagai raja pertamanya. Kerajaan Siau berdiri sampai akhir masa kekuasaan Raja Siau Ch. David pada tahun 1956. Menurut media Barta1, kerajaan tersebut merupakan salah satu kerajaan dengan corak agama Kristen di
Nusantara
.
[1]
Pada awalnya
Lokongbanua II
mendirikan kerajaan Siau pada tahun 1510 melalui musyawarah mufakat para
kulano
. Lokongbanua II kemudian memerintah kerajaan Siau dari tahun 1510 sampai 1545.
[2]
Kerajaan tersebut mengenal
Kekristenan
melalui para misionaris
Katolik
yang datang ke
Sulawesi Utara
dan
Maluku Utara
dari tahun 1511 dan 1522. Dalam catatan sejarawan
Pitres Sombowadile
, pada 1516 misi Katolik Portugis pernah singgah dan menyelenggarakan misa paskah di ibukota Kerajaan Siau, Paseng. Disebutkan, Raja Lokongbanua ikut menghadiri misa paskah tersebut.
[1]
Lokongbanua II kemudian digantikan oleh anaknya, Posuma.
[3]
Menurut sejarawan
Sem Narande
dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di
Kota Manado
bersama 1.500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii.
[1]
Dari masa kekuasaan Raja Siau ketiga Don Geronimo Winsulangi hingga Raja Siau keempat Don Fransiscus Xavirius Batahi, kerajaan Siau mencakup daerah-daerah di bagian selatan
Sangihe
, pulau Kabaruan (
Talaud
), pulau
Tagulandang
, pulau-pulau di
Teluk Manado
dan wilayah pesisir Sulawesi bagian utara (sekarang
Minahasa Utara
), serta ke wilayah kerajaan Bolangitang atau
Kaidipang
(
Bolaang Mongondow Utara
) bahkan sampai ke
Leok Buol
. Pengganti Raja Batahi adalah Raja Raramenusa yang menjadi Raja Siau pertama yang memeluk agama
Kristen Protestan
.
[1]
Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokongbanua.
[4]
Literatur asing yang membicarakan Kerajaan Siau diantaranya karya D. Brilman “Onze Zendingsvelden De Zending op de Sangi ? en Talaud- eilanden”, diterjemahkan oleh GMIST menjadi “Wilayah-wilayah Zending Kita, Zending di Kepulauan Sangihe dan Talaud”. Antonio Pigaffeta, “Primer Viaje en Torno del Mondo”, “The Suma Oriental of Tom Pires and the Book of Fransidco Rodriques” Armendo Cortesao.
[3]
Ketika pergerakan nasional, Raja Siau berusaha netral karena kerajaannya diawasi dengan ketat oleh Belanda. Semangat rakyat Siau untuk melawan penjajah baru terbangun setelah kedatangan tokoh pergerakan nasional bernama J.B. Dauhan, yang dekat dengan
Soekarno
. Namun, J.B. Dauhan akhirnya meninggal di tangan Belanda setelah ketahuan menyelenggarakan pertemuan dan berusaha membangkitkan semangat kemerdekaan pada rakyat Siau. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, Kerajaan Siau mulai dihuni oleh para kaum pro-republik. Seiring berjalannya waktu, Kerajaan Siau sudah tidak berfungsi sebagaimana harusnya dan riwayatnya berakhir pada 1956 dengan raja terakhirnya, C.H. David.
[5]