H.
Hayono Isman
,
S.I.P.
(lahir 25 April 1955)
[2]
adalah politikus senior dan pengusaha yang pernah menjabat
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
periode 1993?1998, Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
periode 1987?1992 dan 1992?1993 dari
Golongan Karya
dan periode 2009?2014 dari
Partai Demokrat
. Ia aktif di sejumlah organisasi kemasyarakatan, partai politik, lembaga eksekutif, maupun legislatif.
[2]
Pada 1993, di usianya yang masih 37 tahun, ia diangkat menjadi menteri, sehingga menjadikannya sebagai menteri termuda di
Kabinet Pembangunan VI
.
[3]
Hayono Isman dilahirkan di
Jakarta
pada 25 April 1955 sebagai putra tokoh militer dan diplomat Indonesia,
Mas Isman
dengan Els Wowor.
[4]
Ayahnya kemudian diangkat sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia
pada
Hari Pahlawan
2015 oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo
. Hayono adalah anak kedua dari enam bersaudara. Salah satu adiknya,
Hayani Isman
juga pernah terpilih menjabat Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
tiga periode sejak 1999 hingga 2014.
[5]
Hayono memasuki pendidikan TK di sekolah
Ibu Kasur
. Mengikuti kepindahan ayahnya sebagai duta besar, Hayono bersekolah SD berpindah-pindah dari
Myanmar
,
Thailand
, dan
Kairo
.
[4]
Ia menamatkan SD pada 1967, SMP pada 1970, dan SMA Negeri 9 Jakarta (kini bernama
SMA Negeri 70 Jakarta
) pada 1973.
[6]
[7]
Pada masa SMA ia bertemu dengan
Setya Novanto
(mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2014?2015 dan 2016?2017) yang dikemudian hari menjadi titik tolak upaya politik Setya.
[8]
[9]
Hayono belajar di New England College,
Britania Raya
pada 1978.
[6]
Ia meraih gelar Sarjana dari Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara Jakarta pada 2007.
[1]
Hayono mulai bergabung menjadi anggota
Golongan Karya
pada 1978. Di tahun itu juga ia bergabung dalam Departemen Usahawan Muda Generasi Muda
Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong
(Kosgoro). Tiga tahun kemudian, ia diangkat menjadi Wakil Bendahara Generasi Muda Kosgoro. Pada 1985, ia menjadi Ketua Umum Generasi Muda Kosgoro.
[6]
Pada 1980, Hayono mulai menjadi pemegang saham dan Direktur PT Nusam Irian Jaya. Tiga tahun kemudian, ia menjabat direktur utama perusahaan itu. Pada 1982, Hayono menjadi pemegang saham PT Elmi Perdana dan PT Percetakan Garda. Di tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Direktur Utama PT Elmi Perdana dan Komisaris Utama PT Percetakan Garda.
[6]
Pada 1983, Hayono menjabat Ketua Departemen Jasa dan Konstruksi
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
DKI Jakarta Raya. Pada tahun berikutnya, ia menjadi Anggota dan Ketua Umum Koperasi Pengusaha Muda Indonesia Jaya. Pada 1985, ia menjabat Ketua Bidang Pengembangan Koperasi
Kamar Dagang dan Industri Indonesia
. Di tahun selanjutnya, ia menjadi Bendahara Asosiasi Pengebor Minyak Indonesia.
[6]
Pada pemilihan umum 1987, Hayono terpilih sebagai Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
melalui
Golongan Karya
mewakili daerah pemilihan
Jawa Timur
.
[6]
Pada pemilihan umum 1992, ia kembali terpilih untuk menduduki jabatan yang sama.
[1]
Pada 17 Maret 1993, Hayono diangkat oleh Presiden
Soeharto
menjadi
Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia
dalam
Kabinet Pembangunan VI
.
[10]
Posisinya di DPR RI digantikan oleh
Herman Widyananda
pada 29 September 1993.
[11]
Pada 1990, Hayono menjabat Ketua DPP Generasi Muda Kosgoro serta Dewan Penasihat Pusat Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri ABRI (FKPPI). Tiga tahun berikutnya, ia menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). Pada 2000, ia terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro.
[1]
Pada 15 Desember 1998, Hayono ikut mendirikan
Partai Keadilan Persatuan
sebagai pecahan
Partai Golongan Karya
bersama beberapa tokoh lainnya yang dipimpin oleh kelompok Jenderal
Edi Sudradjat
. Pada 15 Januari 1999, ia ditunjuk menjadi sekretaris jenderal partai mendampingi ketua umum Edi Sudrajat.
[12]
[13]
Pada 2003 Hayono resmi bergabung dengan
Partai Demokrat
. Pada 2005, ia mencoba mencalonkan diri sebagai ketua umum partai, tetapi tidak memenuhi syarat pencalonan.
[14]
[15]
Pada
Pemilu 2009
, melalui
Partai Demokrat
, ia terpilih kembali menjadi anggota DPR RI untuk periode 2009-2014 dari daerah pemilihan (Dapil)
DKI Jakarta I
(
Jakarta Timur
).
[16]
Pada tahun
2013
, Hayono Isman bersama 11 orang lainnya;
Ali Masykur Musa
,
Anies Baswedan
,
Dino Patti Djalal
,
Endriartono Sutarto
,
Gita Wirjawan
,
Dahlan Iskan
,
Irman Gusman
,
Marzuki Alie
,
Pramono Edhie Wibowo
dan
Sinyo Harry Sarundajang
mengikuti
Konvensi Calon Presiden
dari
Partai Demokrat
.
[17]
Pada
16 Mei
2014
, Komite Konvensi Calon Presiden
Partai Demokrat
mengumumkan hasil survei atas 11 peserta konvensi di kantor DPP Partai Demokrat. Hasilnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara
Dahlan Iskan
menempati posisi terunggul dibandingkan peserta konvensi lainnya.
[18]
Pada 2009, 2014, dan 2019, Hayono terpilih sebagai Ketua Umum Forum Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) tiga periode.
[19]
[20]
FORMI berganti nama menjadi Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) pada 2020.
[21]
Pada pemilihan umum 2014, Hayono mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari Partai Demokrat untuk daerah pemilihan
DKI Jakarta I
tetapi tidak berhasil terpilih.
[22]
Pada tahun 2016, Hayono Isman resmi mengundurkan diri dari Partai Demokrat.
[23]
Pada tahun berikutnya, ia bergabung dengan
Partai NasDem
dan diangkat menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Partai Nasional Demokrat.
[24]
Pada pemilihan umum 2019, Hayono mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari Partai NasDem untuk daerah pemilihan
Jawa Timur I
, tetapi tidak berhasil terpilih.
[25]
Hayono menikah dengan Poppy Puspitasari dan memiliki tiga orang anak bernama Baroto Ario Isman, Handara Putri Isman, dan Mandira Isman.
[3]
|
---|
Umum
| |
---|
Perpustakaan nasional
| |
---|