Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Grebeg Sudiro
adalah perayaan
grebeg
yang menggabungkan
budaya Jawa
dan
budaya Tionghoa
di
Sudiroprajan
. Perayaan ini awalnya dilakukan untuk tradisi
Islam
seperti
Maulid Nabi Muhammad
,
Muharram
,
Idul Fitri
dan
Idul Adha
. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi acara kampung yang dilaksanakan menjelang
Imlek
yang acara utamanya adalah
karnaval
dan
gulungan
. Tema utama dalam perayaan Grebeg Sudiro adalah keberagaman dan
kebhinekaan
.
Masyarakat
Tionghoa
,
Jawa
dan etnis lainnya turut serta dalam penyelenggaraan Grebeg Sudiro yang menjadi acara tahunan
Kota Surakarta
.
Ornamen
yang ditampilkan selama perayaan sangat beragam.
Grebeg Sudiro dirintis oleh Oei Bengki, Sarjono Lelono Putro, dan Kamajaya dengan persetujuan dari
Lurah
Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya. Perintisannya juga mendapat dukungan para
budayawan
,
tokoh masyarakat
serta
Lembaga Swadaya Masyarakat
di Kota Surakarta. Rangkaian acaranya yaitu Sedekah Bumi dan Kirab Budaya. Sedekah Bumi dilaksanakan 7 hari sebelum Kirab Budaya. Pelaksanaannya dilakukan di dekat
Prasasti Bok Teko
, Sudiroprajan. Kirab Budaya diikuti oleh masyarakat Sudiroprajan dengan pameran budaya sambil berkeliling.
Awalnya, Grebeg Sudiro hanya dilakukan untuk memperingati ulang tahun
Pasar Gede
. Kirab Budaya pada Grebeg Sudiro baru dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2008 dengan warga Sudiroprajan sebagai pesertanya. Pada tahun 2009, warga Tionghoa turut serta dalam Grebeg Sudiro. Pada tahun 2010, pemerintah Kota Surakarta menetapkan Grebeg Sudiro sebagai acara tahunan Kota Surakarta. Setiap tahun, Grebeg Sudiro dilakukan sekali dengan Pasar Gede sebagai pusat acara.