Ganja
atau
mariyuana
adalah
psikotropika
mengandung
tetrahidrokanabinol
sebagai
senyawa kimia
utama yang membuat penggunanya mengalami
euforia
.
[1]
Selain tetrahidrokanabinol, ganja juga menghasilkan
kanabidiol
dan
kanabinol
. Selain 3
kanabinoid
tersebut, masih ada 80 hingga 100 kanabinoid lainnya yang terkandung dalam tumbuhan ini.
[2]
Ganja biasanya dijadikan lintingan untuk dihisap supaya efek dari zatnya cepat bereaksi daripada penggunaan dengan cara dicampur dengan makanan atau minuman.
Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (
tumbuhan berumah dua
). Bunganya kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan
tropis
dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan
laut
.
Ganja menjadi
simbol budaya
hippie
yang pernah populer di
Amerika Serikat
. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu, ganja dan
opium
juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus
globalisasi
yang dipaksakan
negara kapitalis
terhadap negara berkembang. Di India, sebagian
Sadu
yang menyembah dewa
Siwa
menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap
hasis
melalui bong dan minum
bhang
.
Sejak
10 Desember
2013
,
Uruguay
melegalkan ganja untuk diperjualbelikan dan dikonsumsi di negara tersebut.
[3]
[4]
Kontroversi
Beberapa negara menggolongkan tumbuhan ini sebagai
narkotika
, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetis atau semisintetis yang merusak sel-sel
otak
. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia. Meskipun dampak penggunaan ganja bagi kesehatan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, tetapi kadar tetrahidrokanabinol pada ganja yang semakin meningkat dari tahun ke tahun patut diperhatikan. Kadar tetrahidrokanabinol pada daun ganja dulu berkisar antara 1% sampai 4%, saat ini kadarnya bisa mencapai 7%. Semakin meningkatnya kadar tetrahidrokanabinol dapat menyebabkan seseorang semakin mudah mengalami ketergantungan terhadap ganja.
[5]
Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung ganja untuk medis dan ganja untuk rekreasi. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya terutama pada para seniman seperti pelukis dan musisi. Lonjakan kreativitas juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berpikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan
metamfetamin
). Itu semua tergantung kadar tetrahidrokanabinol yang terkandung dalam ganja. Semakin tinggi kadar tetrahidrokanabinol di dalam ganja, maka semakin besar perubahan otak yang terjadi dan risiko kecanduan pun semakin meningkat.
[6]
Ganja tidak terbukti sebagai penyebab kematian dikarenakan zat yang terkandung dalam ganja. Bahkan, pada masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa yang hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Namun,
overdosis
bagi penderita
penyakit jantung
memicu
gagal jantung
telah terbukti mematikan.
[7]
Akibat penggunaan ganja dengan kadar tetrahidrokanabinol yang tinggi mengakibatkan tekanan darah rendah dan hilangnya ingatan jangka pendek, percepatan detak jantung, berkurangnya kemampuan motorik, dan efek samping lain yang menghalangi kinerja tubuh dalam banyak kegiatan. Jika ini terjadi dalam kondisi dan situasi lingkungan yang bisa membahayakan seperti mengendarai kendaraan yang membutuhkan konsentrasi. Maka kecelakaan akan terjadi sehingga mengakibatkan peluang yang besar terjadinya kematian.
[8]
Penggunaan yang aman adalah memperhitungkan batas wajar zat psikoaktif yang jangan sampai di atas kesanggupan tubuh menerima zat tersebut, dan tidak melakukan aktivitas yang membahayakan jiwa dikarenakan efek memabukkan ganja yang melebihi mabuk alkohol atau narkoba lainnya kalau kadar tetrahidrokanabinol terlalu tinggi untuk dihadapi oleh tubuh individu penggunanya.
Pemanfaatan
Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan tekstil karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak. Namun, ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, karena dominan pemanfaatannya untuk hal yang bersifat rekreasional.
Budidaya
Tanaman ini ditemukan hampir di setiap negara
tropis
. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam
rumah kaca
.
Di
Indonesia
, ganja dibudidayakan secara ilegal di
Aceh
. Biasanya ganja ditanam pada awal musim penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya.
Hasil panen ganja berupa daun berikut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga, dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok. Kalau bunga betinanya diekstrak, akan dihasilkan
damar
pekat yang disebut
hasis
.
Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Polisi Ali Djohardi Wirogiotoanja mengatakan bahwa ganja yang tumbuh di Indonesia memiliki kadar tetrahidrokanabinol tertinggi di dunia, meskipun tidak dibudidayakan secara modern seperti di negara-negara maju yang telah melegalkan penggunaan ganja.
[9]
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo mengatakan ganja terbaik kualitasnya di dunia dari Aceh.
[10]
Selain Aceh sebagai peringkat pertama penghasil ganja, ada
Bengkulu
sebagai peringkat kedua,
Jambi
peringkat ketiga, dan
Sumatera Utara
sebagai provinsi dengan peringkat keempat pemasok ganja di dunia.
[11]
Kapolda Bengkulu
Brigadir Jenderal Polisi
M. Ghufron
mengatakan Bengkulu memiliki lahan yang sangat subur untuk ditanami ganja. Bahkan, ganja-ganja yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik dibandingkan tanaman sejenis dari daerah lain.
[12]
Lihat pula
Referensi
Pranala luar