Fu De Zheng Shen
(
s
=福德正神;
pinyin
=Fude zhengshen;
Hokkien
:Hok Tek Ceng Sin; lit.="dewa bumi atas kemakmuran dan jasa"
[1]
) adalah salah satu dewa dalam
panteon
agama tradisional China
yang sering kali dianggap sama atau merupakan nama resmi dari dewa bumi
Tu Di Gong
. Pemujaan keduanya sebenarnya memiliki latar belakang serta lingkup yang berbeda. Selain itu, karena merupakan salah satu
dewa
yang tertua usianya, ia juga sering disebut sebagai
Hou Tu
.
[2]
Dewa ini memiliki wewenang dalam mengatur rejeki pada manusia sehingga biasa dipuja oleh orang yang mengharapkan rejeki yang lancar dan usaha yang maju. Oleh sebab itu, klenteng yang diperuntukkan kepadanya sering kali dibangun dekat dengan pasar.
[3]
Sebuah cerita mengatakan bahwa Fu De Zheng Shen sesungguhnya adalah seseorang yang pernah hidup pada zaman
Dinasti Zhou
, pada masa pemerintahan
kaisar Zhou Wu Wang
, bernama
Zhang Fu De
(
Hokkien
=Thio Hok Tek). Ia lahir pada tahun 1134 SM, pada tahun ke-2 pemerintahan Zhou Wu Wang, tanggal ke-2 bulan ke-2 Imlek. Sejak kecil, Zhang Fu De sudah menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia.
[4]
[5]
Saat berumur 7 tahun, ia telah belajar ilmu sastra Tionghoa kuno, lincah, pintar, taat perintah orang tua, jujur, senang menolong fakir miskin, dan supel dalam pergaulan.
[6]
Saat berusia 36 tahun, ia memangku jabatan sebagai pejabat perpajak kerajaan. Dalam mejalankan tugasnya, ia selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat. Ia selalu menolong yang miskin tanpa pernah absen; rakyat sangat mencintainya. Ia meninggal pada usia 102 tahun pada tahun 1042 SM, pada generasi kedua kekaisaran
Dinasti Zhou
. Setelah tiga hari meninggal, wajahnya sama sekali tidak berubah sehingga masyarakat yang melayat menjadi terkejut. Para penduduk tidak pernah melupakan semua perbuatan baik yang telah ia lakukan.
[5]
[6]
Jabatannya digantikan oleh seseorang yang bernama Wei Chao. Wei Chao adalah seorang tamak dan rakus serta kejam. Dalam menarik pajak, ia tidak mengenal kasihan sehingga masyarakat sangat menderita. Akhirnya karena penderitaan hidup yang tak tertahankan, penduduk banyak yang pergi meninggalkan kampung halamannya sehingga sawah ladang banyak terbengkalai. Mereka berharap mendapatkan pemimpin yang bijaksana seperti Zhang Fu De yang telah meninggal. Sebab itulah mereka kemudian memuja Zhang Fu De sebagai tempat memohon perlindungan. Dari nama Zhang Fu De inilah kemudian muncul gelar Fu De Zheng Shen yang dianggap sebagai Dewa Bumi.
[4]
Ada sebuah keluarga miskin yang mengenang kebaikan Zhang Fu De dan mengharapkan ia kembali untuk memimpin desa mereka. Mereka mengambil empat buah
batu bata
untuk membuat sebuah kuil kecil untuknya; tiga bata untuk tembok dan yang satu untuk atap, memberi tulisan
Fu De zheng Shen
di dalamnya, dan meletakkan sebuah tempayan kecil yang pecah untuk tempat memasang
hio
. Setiap hari mereka berdoa di sana. Wei Chao yang mengetahui hal tersebut tertawa dan mengejek mereka, tetapi keluarga tersebut berkata, "
Ada uang, tinggal di gedung besar; tidak punya uang tidak punya rumah, tinggal di tempayan pecah
." Ternyata keluarga tersebut menjadi kaya, penduduk menjadi mempercayai Zhang Fu De kemudian membangun sebuah kuil untuknya. Mereka membuat pantun bahwa Zhang Fu De murah hati sehingga membuat haru
Makco
, ia menyuruh
Ba Xian
untuk menjemput Zhang Fu De ke
Surga
untuk menjadi
Tu Di Gong
.
[6]
Pada masa
Dinasti Zhou
, Zhang Ming De merupakan seorang pelayan sederhana pada sebuah rumah tangga pemilik tanah yang kaya-raya. Tuan Shang bermaksud menikahkan putri bungsunya dengan kerabat yang jauh, ia memerintah Zhang Ming De untuk mengawalnya selama perjalanan. Di tengah perjalanan, tiba-tiba turun badai salju dan gadis tersebut hampir meninggal karena kedinginan. Zhang Ming De bergegas melepas seluruh pakaiannya untuk ia tutupkan pada putri tuannya. Meskipun si gadis selamat, Zhang Ming De sendiri meninggal. Tak lama setelah kematian Zhang, di langit muncul enam huruf
南天門大仙福德神
(Pintu Langit Selatan
Dewa
Fu De). Tuan Shang merasa sangat bersyukur kepada Zhang Ming De karena telah menyelamatkan hidup putrinya kemudian membangun sebuah kuil untuk menghormatinya. Sebelum akhir masa
Dinasti Zhou
, ia dikenal sebagai
Hou Tu
, tetapi kini lebih dikenal sebagai "Fu De Zheng Shen".
[5]
Fu De Zheng Shen digambarkan sebagai seorang pria tua yang tersenyum ramah, berambut serta berjanggut panjang berwana putih, dan sering kali digambarkan dalam posisi duduk. Tidak banyak
klenteng
yang membedakan antara Fu De Zheng Shen dengan
Tu Di Gong
. Jika klenteng tersebut membedakan altar untuk keduanya, altar Fu De Zheng Shen selalu berada di atas (sejajar dengan ketinggian altar-altar dewa-dewi yang lain), sementara altar Tu Di Gong berada di bawah (hampir sejajar dengan lantai) dan biasanya ditempatkan di bawah altar dewa yang lain. Klenteng yang membedakan altar untuk Fu De Zheng Shen dan
Tu Di Gong
misalnya adalah
TITD De Long Dian
di
Rogojampi, Banyuwangi
.
Kuil
Tu Di Gong
di pesarean
Watu Dodol
.
Tu Di Gong adalah para dewa bumi yang menguasai tanah (area) lokal, misalnya adalah tanah tempat suatu bangunan didirikan. Masing-masing wilayah memiliki Tu Di Gong yang berbeda, serta masa jabatannya ada batasnya (tidak untuk selama-lamanya).
[4]
Mereka adalah kelompok dewa yang berkedudukan paling rendah dalam
Birokrasi Surga
dan yang paling dekat dengan umat manusia. Karena berhubungan dengan tanah (juga termasuk pemakaman), altar untuk
Tu Di Gong
selalu diletakkan sejajar dengan lantai atau tanah. Makam China biasanya selalu memiliki sebuah bangunan kecil di sampingnya yang digunakan untuk memuja
Tu Di Gong
.
Berbeda dengan Tu Di Gong, Fu De Zheng Shen hanya satu sosok dewa saja. Ia merupakan pelindung masyarakat serta dianggap sebagai
dewa bumi
. Altar untuk Fu De Zheng Shen selalu diletakkan sejajar dengan altar-altar dewata yang lain (sejajar kepala atau dada manusia dewasa) dan tidak memiliki koneksi dengan pemakaman.
Pada masa kuno, hanya para pejabat pemerintah yang diperbolehkan untuk membangun kuil pemujaan kepada
tatanan para dewata
. Masyarakat awam tidak diperbolehkan untuk berdoa di sana. Namun, masyarakat menemukan cara untuk bersembahyang kepada Tu Di Gong; masyarakat yang kebanyakan merupakan petani atau penggarap sawah yang miskin itu membuat papan dari tanah liat kemudian meletakkan di tanah sebagai media untuk berdoa. Itulah sebabnya altar untuk Tu Di Gong diletakkan di atas tanah, sementara altar untuk Fu De Zheng Shen diletakkan di atas meja altar.
[5]
Fu De Zheng Shen pada Dinasti Shang
[
sunting
|
sunting sumber
]
Pemujaan kepada Dewa Bumi biasanya dilakukan sehabis panen raya, dimana para petani bersyukur atas rejeki yang diperoleh dari hasil panen tersebut. Pada zaman
Dinasti Shang
(1783?1134 SM), seorang penasihat agung kaisar bernama
Ie In
(Ou Hing atau A Hang) memberikan makna pesta panen raya tersebut dengan istilah Fu De Zheng Shen, yang berarti
memperoleh rejeki (Hok/ Fu) dalam kebajikan (Tek / De) dengan tetap menegakkan (Ceng/ Zheng) nilai-nilai rohani (Sin / Shen)
. Makna atau istilah ini kemudian menjadi populer dan mengakibatkan munculnya tokoh baru yaitu Fu De Zheng Shen sebagai dewa rejeki, yang seolah-olah berbeda atau lain sama sekali dengan
Tu Di Gong
.
[7]
- ^
Keith G. Stevens, Chinese Mythological Gods, Oxford University Press, USA, (November 8, 2001), pages 60, 68, 70, #
ISBN 0-19-591990-4
or #
ISBN 978-0-19-591990-5
- ^
Yayasan kelenteng sam po kong semarang.
Dewa-Dewi Kelenteng
.
- ^
Utomo, Herman; Prayitno, Silvie Yuliati (2012).
Pelangi Ilmu Spiritual
. Jakarta: Kelompok Spiritual Universal. hlm. 48-49.
- ^
a
b
c
Purnama. 2008.
[1]
Diarsipkan
2016-08-28 di
Wayback Machine
.. Diambil dari
http://www.hoktekbio.com/ftcs.htm
Diarsipkan
2015-04-02 di
Wayback Machine
..
- ^
a
b
c
d
Invisionfree. 22 Maret 2007. Akses= 27 Maret 2013.
The legend of Fu De Zheng Shen
Diarsipkan
2015-04-02 di
Wayback Machine
.
- ^
a
b
c
Anonim. "Kitab Suci Amurva Bumi (Hok Tek Ceng Sin)", Tidak Dijual.
- ^
Poanthian. Unduh=23 Maret 2013.
9. Hok Tek Ceng Sin (Fu De Zheng Shen) 福德正神
Diarsipkan
2013-09-04 di
Wayback Machine
.