Empirisme
adalah suatu aliran dalam
filsafat
yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan
berasal dari
pengalaman
indra
manusia
.
[1]
Secara etimologi, istilah empirisme berasal dari bahasa Yunani
emperia
, yang berarti pengalaman.
[2]
Dalam empirisme,
kebenaran
hanya dapat diperoleh melalui pengalaman.
[3]
Pola
pikir empirisme mengandalkan
bukti empiris
.
[4]
Empirisme termasuk salah satu jenis aliran
ontologi
.
[5]
Dalam empirisme, manusia dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman dengan cara mengadakan
pengamatan
dan pengindraan.
[6]
Empirisme merupakan salah satu dari tiga aliran
filsafat ilmu
di
dunia Barat
.
[7]
Pemikiran filsafat pada empirisme memilik sifat yang bertentangan dengan
rasionalisme
.
[8]
Pemikiran empirisme dipelopori oleh
Thomas Hobbes
sebagai reaksi terhadap rasionalisme.
[9]
Perkembangan pemikiran empirisme berlangsung secara pesat di
Inggris
dan wilayah di sekitarnya pada masa
renaisans
selama abad ke-17 hingga abad ke-18.
[10]
Empirisme pertama kali dikembangkan di
Inggris
oleh
John Locke
(1632?1704), tetapi lebih mempengaruhi tokoh-tokoh pemikir di
Amerika Serikat
, khususnya di bidang
pelestarian lingkungan hidup
dan
psikologi lingkungan
.
[11]
Tokoh-tokoh pendukungnya berasal dari penganut
filsafat Barat
, antara lain
Francis Bacon
, Thomas Hobbes, John Locke, dan
David Hume
.
[12]
Pemikiran empirisme oleh para tokohnya telah memberikan sumbangsih bagi pengembangan bidang keilmuan. Para tokoh ini antara lain ialah John Locke (
ilmu sosial
dan
metode ilmiah
),
George Berkeley
(
fisika
,
matematika
, dan
teologi
), dan David Hume (ilmu
sejarah
dan sains).
[13]
Empirisme juga menjadi dasar bagi
pengembangan
filsafat dalam
positivisme
.
[14]
Selain itu, empirisme juga menjadi salah satu aliran utama dalam
filsafat pendidikan
yang menjadi dasar bagi
pengembangan
berbagai model
pendidikan
yang ada di
dunia
.
[15]
Pemahaman empirisme telah dikemukakan oleh
Aristoteles
dengan pendapat bahwa
persepsi
adalah dasar dari ilmu pengetahuan.
[16]
Empirisme muncul pertama kali di Inggris sebagai pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran rasionalisme yang dikemukakan oleh
Rene Descartes
.
Gagasan
awal empirisme dikemukakan oleh
Thomas Hobbes
(1588?1679) dengan pendapat bahwa permulaan dari segala pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi. Hukum-hukum
mekanisme
dianggap sebagai dasar dari proses-proses yang berlangsung di dunia, termasuk di dalamnya adalah manusia. Kemudian, gagasan lain mengenai empirisme dikemukakan oleh John Locke (1632?1704) yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan yang diterima oleh akal berasal dari pengalaman. Pemikiran empirisme dikembangkan lagi oleh
George Berkeley
yang berpendapat bahwa substansi yang bersifat materiil itu tidak ada sama sekali, yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati.
[17]
Ketika
dunia
memasuki masa
Revolusi Industri
, manusia mulai mengandalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi
untuk menetapkan
kebijakan
dalam mengatasi berbagai
masalah sosial
di
masyarakat
.
Mistisisme
serta kepercayaan tentang
klenik
dan
sihir
telah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Masalah sosial mulai diselesaikan dengan penyusunan dan pengujian berbagai
teori
yang bersifat ilmiah. Tolok ukur yang digunakan ialah empirisme dan
metode ilmiah
.
[18]
Ajaran pokok dari empirisme dapat dibagi berdasarkan pandangannya mengenai sumber pengetahuan, metode berpikir dan model
penalaran
yang digunakan. Sumber pengetahuan dalam pandangan empirisme hanya dari pengalaman. Metode berpikir yang digunakannya ialah melalui bukti empiris dan percobaan. Sedangkan model penalaran yang digunakannya ialah
penalaran induktif
.
[19]
Ajaran pokok empirisme berlawanan dengan rasionalisme, karena
rasionalisme
menganggap pengenalan pengetahuan oleh indra bersifat tidak jelas. Sedangkan empirisme meyakini bahwa indra merupakan alat pengenalan pengetahuan yang sempurna dan paling jelas.
[20]
Dalam artian lain, empirisme mengutamakan penggunaan unsur
aposteriori
, sementara rasionalisme mengutamakan penggunaan unsur
apriori
.
[21]
Perbedaan lain antara empirisme dan rasionalisme terletak pada jenis pola pikir yang digunakan. Empirisme menggunakan pola pikir induktif, sementara rasionalisme menggunakan pola pikir deduktif.
[22]
Pandangan
epistemologis
pada pemikiran empirisme didasari oleh prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dalam pikiran terlebih dahulu telah ada dalam bentuk
data
-data indrawi.
[23]
Epistemologi empirisme didasarkan kepada karya-karya dari John Locke dan David Hume. Dalam pemikiran keduanya,
fenomenalisme
-
nominalisme
dijadikan sebagai dasar dari ilmu. Sesuatu hal dianggap sebagai pengetahuan jika merupakan sebuah
fenomena
yang dapat dialami secara langsung. Status sebagai pengetahuan tidak dapat diberikan kepada pernyataan yang tidak mengacu kepada
objek
yang independen. Empirisme meyakini bahwa keseluruhan struktur ilmu dapat diketahui menggunakan metode induksi.
[24]
Teori korespondensi merupakan teori yang mengemukakan bahwa pengetahuan dapat menjadi benar dan menjadi kebenaran ketika sesuai dengan kenyataan. Suatu
gagasan
,
konsep
atau teori hanya dipandang benar jika sesuai dengan kenyataan. Mengungkapkan kenyataan dipandang sebagai hal yang utama, karena kebenaran akan diketahui secara alami setelah kenyataan diungkapkan. Teori korespondensi berkaitan dengan empirisme karena pengalaman dan pengamatan indrawi dijadikan sebagai sumber utama dalam memperoleh pengetahuan. Kegiatan pengamatan, percobaan atau pengujian secara empiris menjadi sesuatu yang berharga dalam pandangan teori korespondensi untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Teori korespondensi juga mengutamakan penggunaan pengetahuan dan cara kerja aposteriori.
[25]
Aristoteles
menggunakan pendekatan empirisme untuk menetapkan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Ia mengandalkan kemampuan indra khususnya
penglihatan
(
mata
) dan
pendengaran
(
telinga
). Penggunaan pendekatan ini kemudian disebut sebagai metode induktif atau metode empirisme. Setiap kasus kejadian yang meliputi
fenomena alam
maupun fenomena sosial, diberikan
kesimpulan
umum atau
generalisasi
sehingga diperoleh pengetahuan ilmiah. Metedo ini menciptakan satu alat bantu bagi
penemuan
pengetahuan ilmiah yang disebut
statistika
.
[26]
John Locke
menjadi peletak dasar empirisme dalam proses berpikir.
[27]
Pada tahun 1669, ia menulis sebuah
buku
berjudul
Essay Concerming Human Understanding
yang memiliki
premis
utama berupa pernyataan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pemikiran Locke ini menolak pendapat
Plato
mengenai adanya ide bawaan sebelum perolehan pengalaman. Ia menolak semua gagasan yang bendukung adaanya ide bawaan.
[28]
Empirisme yang dikembangkan oleh John Locke juga berkaitan dengan
pendidikan
.
[29]
Pemikiran empirisme John Locke berkaitan dengan pandangannya mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh manusia saat lahir. Ia meyakini bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Locke juga meyakini bahwa perkembangan
anak
khususnya dalam pendidikan sepenuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan
.
[30]
Thomas Hobbes
berpendapat bahwa pengenalan terhadap segala sesuatu selalu diawali oleh pengalaman indrawi. Kebenaran hanya dimiliki oleh sesuatu yang dapat dirasakan oleh indra.
[31]
Ia meyakini bahwa pengenalan intelektual merupakan hasil penjumlahan dari data-data indrawi yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Hobbes menganggap sistem materi tersusun dari dunia dan
materi
sebagai objek pengenalannya. Keberadaan objek pengenalan berlangsung secara terus-menerus karena adanya hukum mekanisme. Dalam
sejarah
filsafat modern, pemikiran Hobbes merupakan sistem materialistis yang pertama.
[32]
David Hume
adalah salah satu tokoh empirisime yang berasal dari
Inggris
.
[33]
Pemikiran empiris yang dikemukakannya bersifat radikal. Ia mengartikan substansi pengetahuan sebagai perulangan dari pengalaman sehingga keseluruhan pengetahuan merupakan total pengalaman. Pandangan David Hume cenderung
skeptisisme
karena ia hanya mengakui hasil pengetahuan oleh indra secara luas. Ia mengangggap pengalaman sebagai sebuah khayalan dan anggapan semata.
[34]
Dalam sains modern, hukum normatif dipisahkan dari hukum empiris. Hukum normatif ini diartikan sebagai hubungan yang mengaitkan antara manusia dengan
Tuhan
. Kondisi ini membuat sains modern bersifat bebas nilai dan netral. Dalam empirisme, hukum normatif ini hanya dikaitkan dengan manusia saja. Hukum normatif tidak berkaitan dengan
agama
sehingga disebut sebagai
kontrak sosial
. Pandangan ini membuat Tuhan dan agama dianggap sebagai tidak ada dalam kesadaran manusia modern. Hasil akhir dari pemikiran ini ialah sains modern yang mengandalkan rasionalitas dan metode ilmiah untuk mengetahui tentang kenyataan. Selain itu, suatu fenomena dipahami secara objektif dan bebas nilai melalui
reduksionisme
,
universalisme
dan
kebebasan
mutlak.
[35]
Secara epistemologis, empirisme merupakan salah satu paham pemikiran yang menjadi dasar bagi konstruksi pengetahuan pada sains modern.
[36]
Pengamatan dan pengalaman digunakan untuk melakukan pengujian
hipotesis
ilmiah. Pengetahuan empiris ini sepenuhnya mengandalkan semua jenis indra manusia untuk membentuk pengetahuan dari keadaan
dunia
di sekeliling manusia. Isi dari pengetahuan empiris ini meliputi gagasan-gagasan yang telah sesuai dengan fakta empiris.
[37]
Filsafat pendidikan
pragmatisme
merupakan aliran filsafat pendidikan yang muncul di
Amerika
. Aliran filsafat ini memperoleh pengaruh pemikiran dari empirisme Inggris. Pandangan utamanya ialah manusia dapat mengetahui sesuatu yang telah dialaminya. Tokoh pemikirnya antara lain
Herakleitos
,
Charles Sanders Peirce
,
William James
, dan
John Dewey
.
[38]
Di
dunia Barat
, pendidikan yang beraliran pragmatisme merupakan hasil penggabungan antara empirisme dan positivisme.
[39]
Empirisme merupakan bagian utama dari positivisme.
[40]
Pengaruh empirisme pada positivisme salah satunya pada penggunaan metode
verifikasi
. Penamaan positivisme sendiri berasal dari kata "positif" yang berkaitan dengan kata "faktual". Kata "faktual" ini berkaitan dengan segala
fakta
yang memilik
bukti empiris
. Pengenalan indrawi dan pengamatan kemudian digunakan di dalam positivisme untuk pengenalan pengetahuan dalam
penelitian
. Fenomena yang dapat diamati selalu dikaitkan dengan fakta, sehingga fakta melingkupi segala hal yang dapat teramati. Pengamatan terhadap fakta-fakta empiris dilakukan dalam rangka mencapai kesimpulan yang dapat digunakan untuk verifikasi kebenaran dari suatu pernyataan. Suatu pernyataan yang tidak dapat diverifikasi akan dianggap sebagai
metafisika
dalam pandangan positivisme. Dalam positivisme, pernyataan metafisika ini tidak dianggap sebagai ilmu pengetahuan.
[41]
Empirisme dimanfaatkan di dalam
positivisme
untuk menanggapi keterbatasan filsafat yang bersifat
spekulasi
. Keterbatasan ini misalnya dikemukakan oleh
Immanuel Kant
. Aliran positivisme diperkenalkan oleh
Comte de Claude Henri de Rouvray Saint-Simon
(1760?1825) dan dikembangkan oleh
Auguste Comte
(1798?1857).
[42]
Pada rumpun
ilmu sosial
,
paradigma
positivisme menggabungkan antara empirisme dan rasionalisme.
[43]
Penggabungan antara empirisme dan rasionalisme juga menjadikan
realitas sosial
dalam pandangan positivisme menjadi bersifat dualistik karena mengkaji keberadaan
subjek
maupun objek. Pendekatan positivisme ini kemudian membentuk klaim kebenaran objektif yang diperoleh melalui proses ilmiah.
[44]
Pendekatan empirisme digunakan untuk menganalisis permasalahan pemerataan pendidikan melalui penggabungan antara
metodologi
dan substansi. Dugaan yang diberikan sebagai penyebab tidak meratanya kesempatan dalam memperoleh pendidikan adalah adanya perbedaan
kelas sosial
dengan kepentingan yang berbeda-beda. Kelas sosial ini umumnya terbagi menjadi kaum populis dan kaum
elite
. Kaum populis memperoleh pendidikan dengan bekerja keras, sementara kaum elite memperoleh pendidikan dengan mempertahankan
status quo
.
[45]
Demokrasi
modern berkaitan erat dengan empirisme dalam hal bentuk maupun sentimen. Gagasan visioner atau rasionalitas tunggal digantikan oleh konsep tentang jumlah pengamatan terbanyak. Empirisme juga mengganti karakter kualitatif dari rasionalisme menjadi jumlah kasus
individu
yang dikumpulkan.
[46]
Empirisme mempunyai tiga kelemahan yang berkaitan dengan ciri-cirinya. Pertama, empirisme hanya mengandalkan pengalaman yang tidak berhubungan langsung dengan kenyataan objektif jika berperan sebagai konsep. Pengertian dari pengalaman bersifat kurang jelas untuk berperan sebagai sumber pengetahuan yang
sistematis
. Kedua, keterbatasan dan ketidaksempurnaan indra manusia membuat empirisme tidak mampu membedakan antara sesuatu yang bersifat khayalan dan fakta. Ketiga, empirisme tidak memberikan kepastian mengenai pengetahuan, karena adanya kelemahan dari indra manusia.
[47]
- ^
Muliadi (2020). Busro, ed.
Filsafat Umum
(PDF)
. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. hlm. 94.
ISBN
978-623-7166-42-9
.
- ^
Suaedi (2016).
Pengantar Filsafat Ilmu
(PDF)
. Bogor: IPB Press. hlm. 8.
ISBN
978-979-493-888-1
.
- ^
Sudiantara, Yosephus (2020).
Filsafat Ilmu: Bagian Pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan
(PDF)
. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. hlm. 10.
ISBN
978-623-7635-46-8
.
- ^
Rustono, dkk. (2018).
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
(PDF)
. Semarang: Unnes Press. hlm. 6.
ISBN
978-602-285-162-2
.
- ^
Endraswara, Suwardi (20177). Suwandi, S., Rohmadi, M., dan Ulya, C., ed.
"Memburu Logi-Logi dalam Penelitian Sastra"
(PDF)
.
Memburu Logi-Logi dalam Penelitian Sastra
. Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret: 13.
ISBN
978-602-73739-1-4
.
- ^
Nurjan, S., dan Mafrudi, B. (2020).
Epistemologi Sains Islam
(PDF)
. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press. hlm. 60.
ISBN
978-602-0791-80-7
.
- ^
Machmud, A., Yuliawati, T., dan Adirestuty, F. (2019).
Ekonomi, Keuangan, dan Bisnis Islam: Solusi Keadilan dan Kesejahteraan
(PDF)
(edisi ke-2). Jakarta: Salemba Diniyah. hlm. 3.
ISBN
978-602-1144-14-5
.
- ^
Yusro, S., dkk.
Cara Kerja Ilmu-Ilmu
(PDF)
. Jakarta Selatan: Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran. hlm. 25.
ISBN
978-602-517-240-3
.
- ^
Atmadja, I. D. G., dan Budiartha, I. N. P. (2018).
Teori-Teori Hukum
(PDF)
. Malang: Setara Press. hlm. 89.
- ^
Vera, S., dan Hambali, R. Y. A. (2021).
"Aliran Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan"
.
Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin
.
1
(2): 69.
doi
:
10.15575/jpiu.12207
.
- ^
Husamah, Restian, A., dan Widodo, R. (2015).
Pengantar Pendidikan
. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. hlm. 86.
ISBN
978-979-796-360-6
.
- ^
Kristiawan, Muhammad (2016). Hendri, L., dan Juharmen, ed.
Filsafat Pendidikan: The Choice Is Yours
(PDF)
. Yogyakarta: Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta. hlm. 116.
ISBN
978-602-71540-8-7
.
- ^
Juanda, Anda (2016). Akbar, Reza Oktiana, ed.
Aliran-Aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran
(PDF)
. Bandung: CV. Confident. hlm. 157.
ISBN
978-602-0834-27-6
.
- ^
Hardani, dkk. (2020). Abadi, Husnu, ed.
Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
(PDF)
. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu. hlm. 22.
ISBN
978-623-7066-33-0
.
- ^
Siddiq, M., dan Salama, H. (2018).
"Paradigma dan Metode Pendidikan Anak dalam Perspektif Aliran Filsafat Rasionalisme, Empirisme, dan Islam"
.
Jurnal Al-Thariqah
.
3
(2): 45.
doi
:
10.25299/althariqah.2018.vol3(2).2308
.
ISSN
2549-8770
.
- ^
Alizamar, dan Couto, N. (2016).
Psikologi Persepsi dan Desain Komunikasi: Sebuah Kajian Psikologi Persepsi dan Prinsip Kognitif untuk Kependidikan dan Desain Komunikasi
(PDF)
. Yogyakarta: Media Akademi. hlm. 2.
ISBN
978-602-74482-5-4
.
- ^
Aprita, S., dan Adhitya, R. (2020).
Filsafat Hukum
(PDF)
. Depok: Rajawali Pers. hlm. 15.
ISBN
978-623-231-448-1
.
- ^
Taufiqurakhman (2014).
Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab Negara kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan
(PDF)
. Jakarta Pusat: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Moestopo Beragama. hlm. 26.
ISBN
978-602-9006-07-0
.
- ^
Ibrahim, Duski (2017).
Filsafat Ilmu: Dari Penumpang Asing untuk Para Tamu
(PDF)
. Palembang: NoerFikri. hlm. 112.
ISBN
978-602-6318-97-8
.
- ^
Sumanto, Edi (2015). Sartono, Oki Alek, ed.
Filsafat Jilid I
(PDF)
. Bengkulu: Penerbit Vanda. hlm. 35?36.
ISBN
978-602-6784-91-9
.
- ^
Idris, S., dan Ramly, F. (2016). Tabrani, ed.
Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu
(PDF)
. Yogyakarta: Darussalam Publishing. hlm. 18.
ISBN
978-602-71602-6-2
.
- ^
Siyoto, Sandu (2015). Ayup, ed.
Dasar Metodologi Penelitian
(PDF)
. Karanganyar: Literasi Media Publishing. hlm. 3.
ISBN
978-602-1018-18-7
.
- ^
Al Munir, M. Ied (2004).
"Tinjauan terhadap Metode Empirisme dan Rasionalisme"
(PDF)
.
Jurnal Filsafat
.
28
(3): 240.
- ^
Kristanti, A., dan Maliki, M. (2008).
"Debat Ketiga: Memikirkan Kembali Keilmuan Hubungan Internasional"
.
Global
.
9
(2): 194. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2021-10-06
. Diakses tanggal
2021-12-29
.
- ^
Wahana, Paul (2016).
Filsafat Ilmu Pengetahuan
(PDF)
. Yogyakarta: Pustaka Diamond. hlm. 131.
ISBN
978-979-195-391-7
.
- ^
Sujalu, A. P., dkk. (2021).
Ilmu Alamiah Dasar
(PDF)
. Sleman: Zahir Publishing. hlm. 57.
ISBN
978-623-6995-56-3
.
- ^
Wardhana, Made (2016).
Filsafat Kedokteran
(PDF)
. Vaikuntha International Publication. hlm. 48.
ISBN
978-602-73078-5-8
.
- ^
Sesady, Muliati (2019). Wahid, Abdul, ed.
Pengantar Filsafat
(PDF)
. Bantul: TrustMedia Publishing. hlm. 122. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 2021-12-24
. Diakses tanggal
2021-12-29
.
- ^
Gesmi, I., dan Hendri, Y. (2018).
Buku Ajar Pendidikan Pancasila
(PDF)
. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 10.
ISBN
978-602-5891-37-3
.
- ^
Winarti, Agus (2018).
Pendidikan Orang Dewasa: Konsep dan Aplikasi
(PDF)
. Bandung: CV Alfabeta. hlm. 12.
ISBN
978-602-289-369-1
.
- ^
Waris (2014). Rofiq, Ahmad Choirul, ed.
Pengantar Filsafat
(PDF)
. Ponorogo: STAIN Po Press. hlm. 57.
- ^
Suaedi (2016). Januarini, Nia, ed.
Pengantar Filsafat Ilmu
(PDF)
. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 8.
ISBN
978-979-493-888-1
.
- ^
Wasitaatmadja, F. F., Hamdayama, J., dan Herdiwanto, H. (2018).
Spiritualisme Pancasila
(PDF)
. Jakarta Timur: Prenadamedia Group. hlm. 106.
ISBN
978-602-422-267-3
.
[
pranala nonaktif permanen
]
- ^
Widodo, Sembodo Ardi (2015).
Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat
(PDF)
. Bantul: Idea Press. hlm. 96.
ISBN
978-602-0850-25-2
.
- ^
Soelaiman, Darwis A. (2019).
Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam
(PDF)
. Banda Aceh: Penerbit Bandar Publishing. hlm. 112?113.
ISBN
978-623-7499-37-4
.
- ^
Kanafi, Imam (2016).
"Islamic Green Knowledge: Paradigma Epistemologi Integratif untuk Islamic Syudies Kontemporer"
(PDF)
.
Proceeding of International Conference On Islamic Epistemology
: 13.
ISBN
978-602-361-048-8
. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 2021-12-29
. Diakses tanggal
2021-12-29
.
- ^
Rukiyati, dan Purwastuti, L. A. (2015).
Mengenal Filsafat Pendidikan
(PDF)
. Yogyakarta: UNY Press. hlm. 31.
ISBN
978-602-7981-55-3
.
- ^
Thabrani, Abdul Muis (2015). Rafik, Ainur, ed.
Filsafat dalam Pendidikan
(PDF)
. Jember: IAIN Jember Press. hlm. 94.
ISBN
978-602-414-018-2
. Diarsipkan dari
versi asli
(PDF)
tanggal 2021-12-14
. Diakses tanggal
2021-12-29
.
- ^
Harisah, Afifuddin (2018).
Filsafat Pendidikan Islam: Prinsip dan Dasar Pengembangan
(PDF)
. Sleman: Deepublish. hlm. 124.
- ^
Hidayat, R., dan Patras, Y. E. (2015).
Berani Bicara Pendidikan: The Findings of Educational Research
(PDF)
. Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan. hlm. 21.
ISBN
978-602-70002-1-6
.
- ^
Trinarso, A. P., dkk. (2014). Prasetyono, E., dan Widyawan, A., ed.
Mendidik Manusia Indonesia dan Mempersiapkan Generasi Pemimpin Nasional
(PDF)
. Surabaya: Fakultas Filsafat, Unika Widya Mandala Surabaya. hlm. 70?71.
ISBN
978-602-17055-1-3
.
- ^
Isharyanto (2016).
Ilmu Negara
(PDF)
. Karanganyar: Oase Pustaka. hlm. 67.
ISBN
978-602-6259-57-8
.
- ^
Pratama, F. F., dan Mutia, D. (2020).
"Paradigma Kualitatif sebagai Landasan Berpikir Pendidikan Kewarganegaraan"
.
Jurnal Kewarganegaraan
.
17
(1): 52.
doi
:
10.24114/jk.v17i1.18701
.
- ^
Haboddin, M., dkk. (2016).
Metodologi Ilmu Pemerintahan
(PDF)
. Pusat Kajian Inovasi Pemerintahan dan Kerjasama AntarDaerah. hlm. 180.
ISBN
978-602-17392-6-6
.
- ^
Arwildayanto, Suking, A., dan Sumar, W. T. (2018). Kuswandi, Engkus, ed.
Analisis Kebijakan Pendidikan: Kajian Teoretis, Eksploratif, dan Aplikatif
(PDF)
. Bandung: CV Cendekia Press. hlm. 59.
ISBN
978-602-51920-9-8
.
- ^
Suharyono, ed. (2020).
Filsafat Uang
(PDF)
. Jakarta Selatan: Lembaga Penerbitan Universitas Nasional. hlm. 51.
ISBN
978-623-7376-32-3
.
- ^
Sativa (2011).
"Empirisme, Sebuah Pendekatan Penelitian Arsitektural"
.
Inersia
.
7
(2): 119?120.
- Achinstein, Peter, and Barker, Stephen F. (1969),
The Legacy of Logical Positivism: Studies in the Philosophy of Science
, Johns Hopkins University Press, Baltimore, MD.
- Aristotle, "On the Soul" (
De Anima
), W. S. Hett (trans.), pp. 1?203 in
Aristotle, Volume 8
, Loeb Classical Library, William Heinemann, London, UK, 1936.
- Aristotle,
Posterior Analytics
.
- Barone, Francesco (1986),
Il neopositivismo logico
, Laterza, Roma Bari.
- Berlin, Isaiah (2004),
The Refutation of Phenomenalism
, Isaiah Berlin Virtual Library.
- Bolender, John (1998), "Factual Phenomenalism: A Supervenience Theory"',
SORITES
, no. 9, pp. 16?31.
- Chisolm, R. (1948), "The Problem of Empiricism",
Journal of Philosophy
45, 512?517.
- Dewey, John (1906),
Studies in Logical Theory
.
- Encyclopedia Britannica
, "Empiricism", vol. 4, p. 480.
- Hume, D.,
A Treatise of Human Nature
, L.A. Selby-Bigge (ed.), Oxford University Press, London, UK, 1975.
- Hume, D. "An Enquiry Concerning Human Understanding", in
Enquiries Concerning the Human Understanding and Concerning the Principles of Morals
, 2nd edition, L.A. Selby-Bigge (ed.), Oxford University Press, Oxford, UK, 1902.
- James, William (1911),
The Meaning of Truth
.
- Keeton, Morris T. (1962), "Empiricism", pp. 89?90 in Dagobert D. Runes (ed.),
Dictionary of Philosophy
, Littlefield, Adams, and Company, Totowa, NJ.
- Leftow, Brian (ed., 2006),
Aquinas: Summa Theologiae, Questions on God
, pp. vii
et seq
.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Development of Aristotle's Thought", vol. 1, p. 153ff.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "George Berkeley", vol. 1, p. 297.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Empiricism", vol. 2, p. 503.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Mathematics, Foundations of", vol. 5, p, 188?189.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Axiomatic Method", vol. 5, p. 192ff.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Epistemological Discussion", subsections on "A Priori Knowledge" and "Axioms".
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Phenomenalism", vol. 6, p. 131.
- Macmillan Encyclopedia of Philosophy
(1969), "Thomas Aquinas", subsection on "Theory of Knowledge", vol. 8, pp. 106?107.
- Marconi, D (2004), "Fenomenismo"', in Gianni Vattimo and Gaetano Chiurazzi (eds.),
L'Enciclopedia Garzanti di Filosofia
, 3rd edition, Garzanti, Milan, Italy.
- Markie, P. (2004), "Rationalism vs. Empiricism" in Edward D. Zalta (ed.),
Stanford Encyclopedia of Philosophy
,
Eprint
.
- Maxwell, Nicholas (1998),
The Comprehensibility of the Universe: A New Conception of Science
, Oxford University Press, Oxford.L
- Mill, J.S., "An Examination of Sir William Rowan Hamilton's Philosophy", in A.J. Ayer and Ramond Winch (eds.),
British Empirical Philosophers
, Simon and Schuster, New York, NY, 1968.
- Morick, H. (1980),
Challenges to Empiricism
, Hackett Publishing, Indianapolis, IN.
- Peirce, C.S., "Lectures on Pragmatism", Cambridge, MA, March 26 ? May 17, 1903. Reprinted in part,
Collected Papers
, CP 5.14?212. Reprinted with Introduction and Commentary, Patricia Ann Turisi (ed.),
Pragmatism as a Principle and a Method of Right Thinking: The 1903 Harvard "Lectures on Pragmatism"
, State University of New York Press, Albany, NY, 1997. Reprinted, pp. 133?241, Peirce Edition Project (eds.),
The Essential Peirce, Selected Philosophical Writings, Volume 2 (1893?1913)
, Indiana University Press, Bloomington, IN, 1998.
- Rescher, Nicholas (1985),
The Heritage of Logical Positivism
, University Press of America, Lanham, MD.
- Rock, Irvin (1983),
The Logic of Perception
, MIT Press, Cambridge, MA.
- Rock, Irvin, (1997)
Indirect Perception
, MIT Press, Cambridge, MA.
- Runes, D.D. (ed., 1962),
Dictionary of Philosophy
, Littlefield, Adams, and Company, Totowa, NJ.
- Sini, Carlo (2004), "Empirismo", in Gianni Vattimo et al. (eds.),
Enciclopedia Garzanti della Filosofia
.
- Solomon, Robert C., and Higgins, Kathleen M. (1996),
A Short History of Philosophy
, pp. 68?74.
- Sorabji, R. (1972),
Aristotle on Memory
.
- Thornton, Stephen (1987),
Berkeley's Theory of Reality
,
Eprint
Diarsipkan
2011-09-18 di
Wayback Machine
.
- Ward, Teddy (n.d.), "Empiricism",
Eprint
Diarsipkan
2012-07-14 di
Archive.is
.
- Wilson, Fred (2005), "John Stuart Mill", in Edward N. Zalta (ed.),
Stanford Encyclopedia of Philosophy
, [
http://plato.stanford.edu/entries/mill/
- randy.ambon
|
---|
Umum
| |
---|
Perpustakaan nasional
| |
---|
Lain-lain
| |
---|