Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II
(
bahasa Inggris
:
Sultan Mahmud Badarudin II Airport
) (
IATA
:
PLM
,
ICAO
:
WIPP
) adalah
bandar udara
yang melayani wilayah
Patungraya Agung
. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II dioperasikan oleh
PT Angkasa Pura 2
. Nama bandara ini diambil dari nama
Sultan Mahmud Badaruddin II
(
1767
-
1852
), seorang
pahlawan nasional Indonesia
melawan VOC-Belanda yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam (
1803
-
1819
). Panjang landasan pacu (
runway
) Bandara
Sultan Mahmud Badaruddin II
berukuran 3.000 x 45 meter (9.843 ft × 148 ft) dengan permukaan
aspal
.
Pada tanggal 2 April 2024,
Kementerian Perhubungan
mencabut status bandara internasional dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.
Pada tanggal
1 Januari
1920
, karena suatu hal konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada
Palembang Maatschappij
(
Palembang MIJ
) atau
NV Palembang Maskapai
. Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa
Belanda
dikepalai oleh
Jan Pieterszoon Coen
akan menerbangkan pesawat kecilnya
Fokker
dari
Eropa
ke wilayah
Hindia Belanda
dalam waktu 20 jam terbang. Maka Palembang MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di
Kota Palembang
. Lapangan terbang tersebut kemudian dikenal sebagai Pelabuhan Udara Talang Betutu, karena berada di kelurahan
Talang Betutu
.
[1]
Pada tanggal
1 Januari
1950
, bandara ini menjadi lapangan udara bersama baik untuk kegunaan
sipil
status bandara ini menjadi
Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II
.
Pada saat Provinsi
Sumatera Selatan
resmi terpilih sebagai tuan rumah
PON XVI
tahun
2004
, pemerintah berupaya untuk memperbesar kapasitas bandara sekaligus mengubah status bandara ini menjadi bandara internasional. Gedung terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya berhasil rampung dan diresmikan pada
1 Januari
1990
.
Pada tanggal
28 Maret
1981
, lima orang
teroris
yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok ekstremis
Islam
"
Komando Jihad
",
membajak pesawat
Penerbangan 206
Garuda Indonesia
setelah lepas landas dari Pelabuhan Udara Sipil Talangbetutu ke
Bandara Polonia
,
Medan
. Pembajakan yang terjadi di Pelud Talang Betutu ini dikenal dengan sebutan
Peristiwa
Woyla
. Penerbangan dengan pesawat
DC-9
Woyla
tersebut berangkat dari
Jakarta
pada pukul 08.00
pagi
, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang. Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di
Bandara Penang
,
Malaysia
, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di
Bandara Don Mueang
di
Bangkok
,
Muang Thai
tanggal
31 Maret
.
[2]
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9
Woyla
yang berangkat dari Pelabuhan Udara Sipil Talangbetutu ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "
jihad
" pertama yang menimpa
Indonesia
dan satu-satunya dalam sejarah
maskapai penerbangan Indonesia
.
[2]
Bandara ini diresmikan menjadi bandara bertaraf internasional dan bisa didarati oleh
pesawat yang berbadan besar
pada
1 Januari
1970
. Pengembangan bandara tersebut mulai dilakukan pada
1 Januari
1990
dengan total biaya Rp366,7 miliar yang berasal dari ';'Japan International Bank Corporation';' Rp251,9 miliar dan dana pendamping dari
APBN
sebesar Rp114,8 miliar.
Antara perkembangan yang dilaksanakan adalah perpanjangan
landas pacu
sepanjang 300 meter x 60 meter menjadi 3.000 meter x 60 meter, pembangunan tempat parkir kendaraan seluas 20.000 meter yang dapat menampung 1.000 kendaraan serta pembangunan gedung terminal penumpang tiga lantai seluas 13.000 meter persegi yang dapat menampung 1250 penumpang, dilengkapi garbarata (aerobridge) dan terminal
kargo
dan bangunan penunjang lainnya seluas 1.900 meter persegi.
Hasil pengembangan ini membuat Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dapat didarati pesawat
Airbus A330
,
Airbus A330neo
Boeing 747
,
Boeing 777
, dan sejenisnya. Selain itu, arus penumpang diproyeksikan akan naik dari 7.720 penumpang menjadi 16.560 penumpang. Setelah itu akan ada pembangunan
jalan tol Indralaya-Palembang
-Bandara Sultan Mahmud Badarudin II untuk mempermudah akses ke Bandara.
Pada tanggal 2 April 2024, melalui Keputusan
Menteri Perhubungan
No. 31 Tahun 2024, status bandar udara internasional dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dicabut, menyisakan hanya 17
bandara bertaraf internasional di Indonesia
.
Maskapai yang saat ini beroperasi di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang:
P
Palembang LRT
(kereta api ringan) yang menghubungkan
Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II
ini dengan
Jakabaring Sport City
.
Jalan Tol Indralaya-Palembang
-
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Untuk Mempermudah akses ke Bandara.
|
---|
Sumatra
| Bandara internasional
| |
---|
Bandara domestik
| |
---|
|
---|
Jawa
| Bandara internasional
| |
---|
Bandara domestik
| |
---|
|
---|
Nusa Tenggara
| Bandara internasional
| |
---|
Bandara domestik
| |
---|
|
---|
Kalimantan
| Bandara internasional
| |
---|
Bandara domestik
| |
---|
|
---|
Sulawesi
| Bandara internasional
| |
---|
Bandara domestik
| |
---|
|
---|
Maluku
dan
Papua
| Bandara internasional
| |
---|
Bandara domestik
| |
---|
|
---|
- Bandar udara domestik melayani penerbangan domestik, pribadi, dan carteran.
- Nama bandar udara yang diberi tanda * bisa mengeluarkan
Visa on Arrival (VoA)
|