Arjuna
??????
|
---|
Litografi
Arjuna, diterbitkan di Delhi, 1920.
|
|
Nama
| Arjuna
|
---|
Ejaan
Dewanagari
| ??????
|
---|
Ejaan
IAST
| Arjuna
|
---|
Nama lain
| Permadi, Parta, Dananjaya, Parantapa, Kaunteya, Palguna, Jisnu, Kerti, Bharatasresta, Sawyasachi, Swetawahana, Wrehatnala;
dan lain-lain
.
|
---|
Kitab referensi
| Mahabharata
,
Bhagawadgita
,
Purana
|
---|
Asal
| Hastinapura
,
Kerajaan Kuru
|
---|
Golongan
| Candrawangsa
|
---|
Kasta
| Kesatria
|
---|
Dinasti
| Kuru
|
---|
Senjata
| Panah
Pasupati
, Brahmastra, Busur Gandiwa
Versi wayang: Ardedali, Sarotama, Keris Pulanggeni, Keris Kalanadah.
|
---|
Wahana
| Kereta yang ditarik empat kuda putih, dengan panji berlambang monyet (
Hanoman
)
|
---|
Ayah
| Pandu
(sah)
Indra
(
de facto
)
|
---|
Ibu
| Kunti
|
---|
Istri
| Dropadi
Ulupi
Citr?nggad?
Subadra
|
---|
Anak
| Srutakirti
(dari Dropadi)
Irawan
(dari Ulupi)
Babruwahana
(dari Citr?nggad?)
Abimanyu
(dari Subadra)
Wisanggeni
(dari Dresanala)
|
---|
Arjuna
(
Dewanagari
: ??????;
,
IAST
:
Arjuna
,
??????
)
adalah nama seorang tokoh
protagonis
dalam
wiracarita
Mahabharata
. Ia dikenal sebagai anggota
Pandawa
yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam
Mahabharata
diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu
Pandu
, raja di
Hastinapura
dengan
Kunti
atau Perta, putri Prabu
Surasena
, raja
Wangsa Yadawa
di
Mathura
.
Mahabharata
mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat
Kresna
, yang disebut dalam kitab
Purana
sebagai
awatara
(penjelmaan)
Dewa Wisnu
. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang antara
Pandawa
dan
Korawa
berkecamuk (
Bharatayuddha
). Dialog antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang disebut
Bhagawadgita
, yang secara garis besar berisi wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang.
Dalam
bahasa Sanskerta
, secara
harfiah
kata
Arjuna
berarti "bersinar terang", "putih", "bersih". Dilihat dari maknanya, kata
Arjuna
bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran". Saat Arjuna menjalani masa penyamaran (tercatat dalam kitab
Wirataparwa
), ia berperan sebagai pelatih tari di keraton Raja
Wirata
, dan bersedia menjadi kusir kereta Pangeran
Utara
saat terjadi invasi
Kerajaan Kuru
. Untuk meyakinkan sang pangeran bahwa ia adalah Arjuna putra Pandu yang sedang menyamar, maka Arjuna membeberkan sepuluh namanya:
[2]
[3]
- Arjuna (
??????
Arjuna
): yang tak ternoda dan bersinar keperakan.
- Palguna (
??????
Phalguna
): yang lahir ketika bintang
Uttar? Ph?lgun?
berada di
zenith
.
- Jisnu (
??????
Ji??u
): yang hebat ketika marah.
- Kiriti (
???????
Kir??in
): yang bermahkota indah (
kiriti
) pemberian Dewa
Indra
.
- Swetawahana (
?????????
?vetav?hana
): yang memiliki wahana berwarna putih.
- Bibatsu (
????????
Bibhatsu?
): yang tidak pernah bertarung secara curang.
- Wijaya (
????
Vijaya
): yang berjaya, merujuk kepada prestasi Arjuna yang selalu memenangkan pertempuran yang dihadapinya.
- Parta (
?????
P?rtha
):
matronim
dari
Perta
, secara harfiah berarti "anak Perta" (nama lain
Kunti
).
- Sawyasaci (
?????????
Savyas?cin
): yang bisa menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan anah panah.
- Dananjaya (
?????
Dhana?jaya
): yang mahir menguasai busur panah (
dhanu
).
Di samping nama lain Arjuna yang disebutkan dalam
Wirataparwa
, ada sejumlah nama lain yang ditemui dalam kitab
Bhagawadgita
yang merupakan bagian dari
Bhismaparwa
. Beberapa nama lain yang dapat ditemui yaitu sebagai berikut:
- Anaga (
???
Anagha
): yang tak tercela.
- Barata (
????
Bh?rata
): keturunan Bh?rata.
- Baratasresta (
???????????
Bh?rata?re??ha
): keturunan Bharata yang terbaik.
- Baratasatama (
?????????
Bh?ratasattama
): keturunan Bharata yang utama.
- Baratasaba (
???????
Bh?rata?abh?
): keturunan Bharata yang mulia.
- Gandiwi (
???????
Gand?vi
): pemilik
Gandiwa
(busur panah sakti).
- Gudakesa (
??????
Gudake?a
): penakluk rasa kantuk.
- Kapidwaja (
???????
Kapidhwaja
): yang memakai panji berlambang monyet.
- Kurunandana (
?????????
Kurunandana
): putra kesayangan wangsa Kuru.
- Kuruprawira (
??????????
Kuruprav?ra
): perwira wangsa Kuru.
- Kurusatama (
?????????
Kurusattama
): keturunan wangsa Kuru yang utama.
- Kurusresta (
???????????
Kuru?re??ha
): keturunan wangsa Kuru yang terbaik.
- Mahabahu (
???????
Mah?b?hu
): yang berlengan perkasa.
- Parantapa (
?????
Para?tapa
): penakluk musuh.
- Purusaresaba (
?????????
Puru?a??abh?
): yang terbaik di antara manusia.
Dalam
Mahabharata
diceritakan bahwa Prabu
Pandu
tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang
resi
.
Kunti
?istri pertamanya?menerima anugerah dari
Resi
Durwasa
sehingga mampu memanggil
dewa
sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anugerah dari dewa yang dipanggilnya. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut untuk memanggil Dewa
Yama
(Dharmaraja; Yamadipati),
Bayu
(Maruta), dan
Indra
(Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Ia lahir di lereng gunung
Himawan
, di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari saat bintang
Utara Phalguna
tampak di
zenith
.
Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para
Pandawa
dan
Korawa
) oleh
Drona
. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar
Maharathi
atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
Pada suatu hari, ketika
Drona
sedang mandi di
sungai Gangga
, seekor
buaya
datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah, tetapi karena ingin menguji keberanian murid-muridnya maka ia berteriak meminta tolong. Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian Arjuna, Drona memberikan sebuah
astra
yang bernama
Brahmasirsa
. Drona juga mengajarkan kepada Arjuna tentang cara memanggil dan menarik
astra
tersebut. Menurut
Mahabharata
,
Brahmasirsa
hanya dapat ditujukan kepada
dewa
,
raksasa
, setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat jahat, agar dampaknya tidak berbahaya.
Dalam
Adiparwa
diceritakan bahwa
Duryodana
?salah satu
Korawa
?menganjurkan agar Pandawa beserta ibunya (
Kunti
) berlibur di suatu rumah di luar kerajaan. Sesungguhnya Duryodana telah mempersiapkan agar rumah tersebut dapat terbakar dengan mudah, karena ia membenci para Pandawa, terutama
Bima
.
Widura
, paman para Pandawa dan Korawa yang waspada meminta agar para Pandawa berhati-hati dan mempersiapkan cara untuk menghadapi kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Saat para Pandawa menginap, Purocana, pesuruh Duryodana membakar rumah tersebut. Para Pandawa beserta ibunya berhasil lolos melalui terowongan yang telah digali sebelumnya. Mereka melarikan diri ke tengah hutan dan menumpang di rumah penduduk sekitar.
Pada suatu ketika, sekelompok
brahmana
berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan sebuah
sayembara
yang akan diadakan di
Kerajaan Panchala
. Para Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja
Drupada
dari Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan
Dropadi
, putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi.
Berbagai kesatria mencoba melakukannya, tetapi tidak berhasil. Ketika
Karna
yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di
kasta
rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai
Brahmana
, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi. Ketika para
Pandawa
pulang membawa Dropadi, mereka mengaku telah membawa sedekah.
Kunti
?ibu para Pandawa?yang sedang sibuk, menyuruh mereka untuk membagi rata apa yang sudah mereka dapatkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama satu tahun.
Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha
[
sunting
|
sunting sumber
]
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di
Indraprastha
, seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para
raksasa
. Arjuna bergegas mengambil senjatanya, tetapi senjata tersebut disimpan di sebuah kamar tempat
Yudistira
dan
Dropadi
sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tanpa memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama satu tahun.
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru
Bharatawarsha
atau daratan
India Kuno
. Ketika sampai di
sungai Gangga
, Arjuna bertemu dengan
Ulupi
, putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama
Irawan
.
[4]
Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan
Himalaya
. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama
Manipura
. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama
Citr?nggad?
. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, tetapi Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citr?nggad? memiliki seorang putra yang diberi nama
Babruwahana
. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citr?nggad? setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke
Hastinapura
.
[5]
Setelah meninggalkan
Manipura
, ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit
Bharatawarsha
di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat
Dwaraka
, yang kini dikenal sebagai
Gujarat
. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik
Kresna
yang bernama
Subadra
, tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari
Baladewa
, Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, tetapi Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.
[6]
Baladewa
marah setelah mendengar kabar bahwa
Subadra
telah kabur bersama Arjuna.
Kresna
meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju
Indraprastha
, bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, tetapi usulnya ditentang oleh Baladewa. Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum
Yadawa
tinggal di Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke
Dwaraka
, tetapi Kresna tidak turut serta.
[7]
Dalam bagian akhir
Adiparwa
diriwayatkan peristiwa pembakaran hutan Kandawa serta pertemuan Arjuna dengan arsitek bernama
Mayasura
. Kisah tersebut diawali dengan acara pengembaraan Arjuna dan
Kresna
di tepi
sungai Yamuna
. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan
Agni
,
dewa
api
. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, tetapi
Indra
selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama
Taksaka
, yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, tetapi terlebih dahulu mereka meminta agar Agni menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil
Baruna
,
dewa
lautan
. Baruna memberikan
busur
suci bernama
Gandiwa
,
kereta perang
dengan empat kuda dihias bendera berlambang monyet, serta tabung berisi anak
panah
dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna.
[8]
Untuk Kresna, Baruna memberikan
Cakra Sudarsana
. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.
[9]
Dalam proses pembakaran hutan Kandawa, Arjuna menyelamatkan seorang
asura
yang mahir merancang bangunan, namanya
Mayasura
.
[9]
Sebagai balas budi, Mayasura berjanji bahwa ia akan membangun sebuah istana untuk
Yudistira
, kakak Arjuna. Oleh karena Mayasura merupakan arsitek yang cekatan, maka merupakan hal yang mudah baginya untuk membangun balairung akbar sekaligus istana megah bagi para Pandawa di
Indraprastha
.
[10]
Pembangunan istana megah tersebut mengawali jilid kedua
Mahabharata
yang berjudul
Sabhaparwa
. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa demi merebut kekayaan para Pandawa,
Duryodana
menantang mereka bermain dadu dengan taruhan harta masing-masing. Pada akhirnya para Pandawa kalah, dan riwayat mereka selanjutnya diceritakan dalam
Wanaparwa
.
Dalam kitab
Wanaparwa
diriwayatkan kejadian setelah para
Pandawa
?yang dipimpin
Yudistira
?kalah bermain dadu melawan para
Korawa
yang dipimpin
Duryodana
. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa beserta
Dropadi
mengasingkan diri ke hutan (
wana
dalam
bhs. Sanskerta
). Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh
bidadari
yang dipimpin oleh
Supraba
, tetapi keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai godaan yang diberikan oleh para bidadari. Para bidadari yang kesal kembali ke kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada
Indra
. Indra turun di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang
pendeta
. Dia menanyakan tujuan Arjuna melakukan tapa di gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para
Korawa
yang selalu bersikap jahat terhadap para
Pandawa
. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Indra metampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna berupa senjata sakti.
Setelah mendapat anugerah dari Dewa
Indra
, Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa
Siwa
. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan,
Siwa
datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan
Siwa
yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, tetapi hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan metampakkan wujud aslinya sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberi anugerah berupa panah sakti bernama
pasupati
.
Setelah menerima senjata pasupati, Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman
Indra
, raja para dewa. Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari
Urwasi
. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai dalam buku
Wirataparwa
). Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Setelah menyelesaikan hukuman pembuangan, Pandawa beserta
Dropadi
berlindung di
kerajaan Wirata
. Sesuai dengan perjanjian yang sah?sebagai akibat kekalahan saat bermain dadu?maka para Pandawa beserta Dropadi harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Maka dari itu, para Pandawa beserta Dropadi harus menyembunyikan identitas asli mereka dan hidup sebagai orang lain. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran
Brihanala
.
[11]
Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu pangeran
Utara
, dengan menghalau musuh yang hendak menyerbu kerajaan Wirata.
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun dan masa penyamaran selama setahun, para
Pandawa
ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun hak mereka ditolak dengan tegas oleh
Duryodana
, bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa setuju untuk melakukan perang. Sebelum perang terjadi, Kresna melakukan misi perdamaian, tetapi gagal. Akhirnya Kresna setuju untuk terlibat dalam perang, tetapi dengan tidak membawa senjata. Ia ingin salah satu pihak memilih tentaranya, sedangkan pihak yang lain memilihnya sebagai penasihat. Arjuna yang mewakili Pandawa lebih memilih kehadiran Kresna sebagai penasihat, sementara Duryodana yang mewakili Korawa lebih memilih pasukan Kresna.
Dalam
Mahabharata
, peran Kresna sebagai kusir bermakna
pemandu
atau
penunjuk jalan
, yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan hatinya dan menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang diuraikan Kresna kepada Arjuna disebut
Bhagawadgita
. Hal itu bermula beberapa saat sebelum
perang di Kurukshetra
dimulai. Saat Arjuna melakukan inspeksi terhadap pasukannya, ia dilanda pergolakan batin ketika ia melihat kakeknya, guru besarnya, saudara sepupu, teman sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang lain berkumpul di
Kurukshetra
untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna menjadi tak tega untuk membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan diri dari pertempuran.
Kresna
yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering...
(
Bhagawadgita
,
I:28
)
Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putra
Drestarastra
dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami
Dewi Laksmi
, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?
(
Bhagawadgita
,
I:36
)
Untuk mengatasi kebimbangan Arjuna,
Kresna
menguraikan ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna. Kresna menjelaskan apa yang sepantasnya dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai
Bhagawadgita
. Kitab
Bhagawadgita
yang sebenarnya merupakan suatu bagian dari
Bhismaparwa
, menjadi kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran
Hindu
, karena dianggap merupakan intisari dari ajaran-ajaran
Weda
.
Dalam
pertempuran di Kurukshetra
, atau
Bharatayuddha
, Arjuna bertarung dengan para kesatria dari pihak
Korawa
, dan tidak jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Korawa yaitu
Bisma
. Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat
Kresna
marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran pada hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut dilakukan atas bantuan dari
Srikandi
. Setelah
Abimanyu
putra Arjuna gugur pada hari ketiga belas, Arjuna bertarung dengan Jayadrata untuk membalas dendam atas kematian putranya. Pertarungan antara Arjuna dan
Jayadrata
diakhiri menjelang senja hari, dengan bantuan dari Kresna.
Pada pertempuran pada hari ketujuh belas, Arjuna terlibat dalam duel sengit melawan
Karna
. Ketika panah Karna melesat menuju kepala Arjuna,
Kresna
menekan kereta Arjuna ke dalam tanah dengan kekuatan saktinya sehingga panah Karna meleset beberapa inci dari kepala Arjuna. Saat Arjuna menyerang Karna kembali, kereta Karna terperosok ke dalam lubang (karena sebuah kutukan). Karna turun untuk mengangkat kembali keretanya yang terperosok.
Salya
, kusir keretanya, menolak untuk membantunya. Karena mematuhi etika peperangan, Arjuna menghentikan penyerangannya bila kereta Karna belum berhasil diangkat. Pada saat itulah Kresna mengingatkan Arjuna atas kematian
Abimanyu
, yang terbunuh dalam keadaan tanpa senjata dan tanpa kereta. Dilanda oleh pergolakan batin, Arjuna melepaskan panah Rudra yang mematikan ke kepala Karna. Senjata itu memenggal kepala Karna.
Tak lama setelah
Bharatayuddha
berakhir,
Yudistira
diangkat menjadi Raja
Kuru
dengan pusat pemerintahan di
Hastinapura
. Untuk menengakkan
dharma
di seluruh
Bharatawarsha
, sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan
Aswamedha
-
yadnya
. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor
kuda
dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah
Kerajaan Kuru
. Ketika Arjuna sampai di
Manipura
, ia bertemu dengan
Babruwahana
, putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan
Ulupi
dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
Tiga puluh enam tahun setelah Bharatayuddha berakhir,
Dinasti Yadu
musnah di Prabhasatirtha karena perang saudara.
Kresna
dan
Baladewa
, yang konon merupakan
kesatria
paling sakti dalam dinasti tersebut, ikut tewas namun tidak dalam waktu yang bersamaan. Setelah berita kehancuran itu disampaikan oleh Daruka, Arjuna datang ke
kerajaan Dwaraka
untuk menjemput para wanita dan anak-anak. Sesampainya di Dwaraka, Arjuna melihat bahwa kota gemerlap tersebut telah sepi.
Basudewa
yang masih hidup, tampak terkulai lemas dan kemudian wafat di mata Arjuna. Sesuai dengan amanat yang ditinggalkan Kresna, Arjuna mengajak para wanita dan anak-anak untuk mengungsi ke
Kurukshetra
. Dalam perjalanan, mereka diserang oleh segerombolan perampok. Arjuna berusaha untuk menghalau serbuan tersebut, tetapi kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Dengan sedikit pengungsi dan sisa harta yang masih bisa diselamatkan, Arjuna menyebar mereka di wilayah Kurukshetra.
Setelah Arjuna berhasil menjalankan misinya untuk menyelamatkan sisa penghuni Dwaraka, ia pergi menemui
Resi
Byasa
demi memperoleh petunjuk. Arjuna mengadu kepada Byasa bahwa kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Byasa yang bijaksana sadar bahwa itu semua adalah takdir Tuhan. Byasa menyarankan bahwa sudah selayaknya para Pandawa meninggalkan kehidupan duniawi. Setelah mendapat nasihat dari Byasa, para Pandawa spakat untuk melakukan perjalanan suci menjelajahi
Bharatawarsha
.
Perjalanan terakhir yang dilakukan oleh para
Pandawa
diceritakan dalam kitab
Prasthanikaparwa
atau
Mahaprasthanikaparwa
. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu
Agni
. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada
Baruna
, sebab tugas
Nara
sebagai Arjuna sudah berakhir pada zaman
Dwaparayuga
tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya. Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung
Himalaya
sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian
Nakula
,
Sahadewa
, dan
Dropadi
.
Adaptasi dalam kebudayaan Indonesia
[
sunting
|
sunting sumber
]
Di
Nusantara
, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah
Jawa
,
Bali
,
Madura
, dan
Lombok
. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa
kakawin
, seperti misalnya
Kakawin Arjunawiw?ha
,
Kakawin P?rthayajna
, dan
Kakawin P?rth?yana
(juga dikenal dengan nama
Kakawin Subhadrawiw?ha
. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan
candi Surowono
.
Arjuna merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia
pewayangan
dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri khas Arjuna versi pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab
Mah?bh?rata
versi
India
dengan
bahasa Sanskerta
. Dalam dunia pewayangan, Arjuna digambarkan sebagai seorang
kesatria
yang gemar berkelana, bertapa, dan berguru. Selain menjadi murid
Resi Drona
di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi
brahmana
di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan
Prabu Niwatakawaca
, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari
Bhatara Indra
), Panah Ardadadali (dari
Bhatara Kuwera
), Panah Cundamanik (dari
Bhatara Narada
). Setelah perang
Bharatayuddha
, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan
Jayadrata
.
Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang
istri
dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang
kesatria
dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tetapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua
Jawa
, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan
Yudistira
, dia sangat menikmati hidup di
dunia
. Petualangan cintanya senantiasa memukau
orang Jawa
, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan
Don Juan
yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan
Wrekudara
. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.
Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada
Gatotkaca
saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari
Resi Drona
), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama,
Panah Pasupati
(dari
Batara Guru
), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada
Abimanyu
), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak
Jayengkaton
(pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain:
Panglimunan
,
Tunggengmaya
,
Sepiangin, Mayabumi, Pengasih
dan
Asmaragama
. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu
Ekalaya
, raja negara Paranggelung).
Dalam
Mahabharata
versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
- Dewi
Subadra
, berputra Raden
Abimanyu
- Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra
- Dewi
Larasati
, berputra Raden Bratalaras
- Dewi
Ulupi
atau Palupi, berputra Bambang
Irawan
- Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
- Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
- Batari Dresanala, berputra Raden
Wisanggeni
- Batari Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
- Dewi
Manuhara
, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
- Batari
Supraba
, berputra Raden
Prabakusuma
- Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
- Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
- Dewi Maheswara
- Dewi Retno Kasimpar
- Dewi Dyah Sarimaya
- Dewi
Srikandi
Dalam wiracarita
Mahabharata
versi nusantara, Arjuna memiliki banyak nama lain dan nama julukan, antara lain:
Permadi
(tampan),
Parta
(pahlawan perang),
Janaka
(memiliki banyak istri),
Dananjaya
,
Kumbaljali
,
Ciptaning Mintaraga
(pendeta suci),
Pandusiwi
,
Indratanaya
(putra Batara Indra),
Jahnawi
(gesit
trengginas
),
Palguna
,
Indrasuta
,
Danasmara
(perayu ulung) dan
Margana
(suka menolong) "Begawan Mintaraga" adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga
Korawa
.
- ^
Kapoor, edited by Subodh (2002).
The Indian encyclopaedia: Biographical, Historical, Religious, Administrative, Ethnological, Commercial and Scientific
(edisi ke-1). New Delhi: Cosmo Publications. hlm. 1927.
ISBN
9788177552577
.
- ^
Sarma, Bharadvaja (2008).
Vyasa's Mahabharatam in Eighteen Parvas: The Great Epic of India in Summary Translation
. Kolkata, India: Academic Publishers. hlm. 372.
ISBN
9788189781682
.
- ^
The Mahabharata, Book 1 of 18: Adi Parva
. Forgotten Books. hlm. 513?515.
ISBN
9781605066110
.
- ^
Menon, [translated by] Ramesh (2006).
The Mahabharata: A Modern Rendering
. New York: iUniverse, Inc. hlm.
266
.
ISBN
9780595401871
.
- ^
Ganguli, Kisari Mohan.
"The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa"
.
- ^
Ganguli, Kisari Mohan.
"The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa"
.
- ^
Menon, [translated by] Ramesh (2006).
The Mahabharata : a modern rendering
. New York: iUniverse, Inc. hlm.
302
?304.
ISBN
9780595401871
.
- ^
a
b
Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa
. Teddington, Middlesex: The Echo Library. 2008. hlm. 518?520.
ISBN
9781406870459
.
- ^
Verma, retold by Virendra (1989).
The Mah?bh?rata : (the great epic of ancient India)
. New Delhi: Pitambar Pub. Co. hlm. 28.
ISBN
9788120907324
.
- ^
Kapoor, edited by Subodh (2002).
The Indian Encyclopaedia: Biographical, Historical, Religious, Administrative, Ethnological, Commercial and Scientific
(edisi ke-1st ed.). New Delhi: Cosmo Publications. hlm. 4462.
ISBN
9788177552577
.
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
Arjuna
.
|
---|
| |
|
|
---|
Lokasi
| |
---|
Keluarga
| |
---|
Konsep dan
peristiwa
| |
---|
|
|
|