PT Angkasa Pura II
adalah bagian dari
Injourney Airports
yang bergerak di bidang pengelolaan
bandara
. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini mengelola 20 bandara yang terutama terletak di
Indonesia bagian barat
.
[3]
[4]
Perusahaan ini didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1984 sebagai sebuah
perusahaan umum
(Perum) dengan nama
Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng
untuk mengelola
Bandara Soekarno-Hatta
.
[5]
Pada tahun 1985, penerbangan berjadwal di
Bandara Halim Perdanakusuma
dan
Bandara Kemayoran
mulai dipindah ke Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 1986, perusahaan ini diubah namanya menjadi
Perum Angkasa Pura II
dan ditugaskan untuk mengelola bandara yang terletak di Indonesia bagian barat.
[6]
Pada tahun 1991, perusahaan ini mulai mengelola
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
dan
Bandara Supadio
.
[7]
Pada tahun 1993, status perusahaan ini diubah menjadi
persero
.
[8]
Setahun kemudian, perusahaan ini mulai mengelola
Bandara Polonia
, Bandara Simpang Tiga,
Bandara Husein Sastranegara
,
Bandara Blang Bintang
, dan
Bandara Tabing
.
[9]
Pada tahun 1999, perusahaan ini mengubah nama Bandara Simpang Tiga menjadi
Bandara Sultan Syarif Kasim II
. Setahun kemudian, perusahaan ini juga mulai mengelola
Bandara Kijang
.
Pada tahun 2004, perusahaan ini meresmikan terminal khusus haji di Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2005, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
meresmikan
Bandara Internasional Minangkabau
. Pada tahun 2006, Wakil Presiden
Jusuf Kalla
meletakkan batu pertama pembangunan
Bandara Kualanamu
. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian juga meresmikan
lounge
khusus
TKI
di Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2006 juga, perusahaan ini mendirikan PT
Railink
bersama PT
Kereta Api Indonesia
. Pada tahun 2007, perusahaan ini mulai mengelola
Bandara Depati Amir
dan
Bandara Sultan Thaha
. Pada tahun 2009, perusahaan ini meresmikan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Setahun kemudian, perusahaan ini juga meluncurkan kembali Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2011, perusahaan ini meletakkan batu pertama pembangunan terminal di Bandara Depati Amir dan
Bandara Supadio
. Setahun kemudian, perusahaan ini meresmikan terminal baru di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Pada tahun 2013, perusahaan ini mulai mengelola
Bandara Silangit
, serta mulai mengoperasikan Bandara Kualanamu dan terminal baru di
Bandara Raja Haji Fisabilillah
. Pada tahun 2016, perusahaan ini mulai mengoperasikan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta.
Pada bulan Januari 2017, perusahaan ini mulai mengoperasikan terminal internasional baru di
Bandara Husein Sastranegara
dan terminal baru di Bandara Depati Amir. Pada bulan September 2017, perusahaan ini mulai membangun
Airport Operation Control Center
(AOCC) dan mulai mengoperasikan
kalayang
di Bandara Soekarno-Hatta. Pada bulan November 2017, perusahaan ini mulai mengelola
Bandara Jenderal Besar Sudirman
. Pada bulan November 2017 juga, Presiden
Joko Widodo
meresmikan Bandara Silangit. Pada bulan Desember 2017, PT Railink mulai mengoperasikan
KA Bandara Soekarno-Hatta
. Pada bulan Desember 2017 juga, Presiden Joko Widodo meresmikan Terminal Ultimate Bandara Supadio dengan didampingi oleh Menteri Perhubungan
Budi Karya Sumadi
. Pada bulan yang sama, perusahaan ini juga mulai mengelola
Bandara Banyuwangi
. Pada tahun 2018, perusahaan ini mulai mengoperasikan
Bandara Kertajati
. Pada bulan Oktober 2019, perusahaan ini juga mulai mengelola
Bandara Radin Inten II
,
Bandara H.A.S. Hanandjoeddin
, dan
Bandara Fatmawati Soekarno
.
[3]
[4]
Pada bulan Oktober 2021, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke
Aviasi Pariwisata Indonesia
(Injourney), sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.
[10]
Pada bulan Desember 2023, perusahaan ini menyerahkan seluruh saham
Angkasa Pura Solusi
,
Angkasa Pura Propertindo
, dan
Gapura Angkasa
yang mereka pegang ke PT
Angkasa Pura Kargo
, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk subholding di internal Injourney yang bergerak di bidang pendukung operasional bandara. Nama perusahaan tersebut kemudian juga diubah menjadi PT
Integrasi Aviasi Solusi
. Pada bulan Januari 2024, perusahaan ini resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan tersebut ke Injourney. Pada bulan Februari 2024, Injourney resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke PT
Angkasa Pura Indonesia
(Injourney Airports) yang sengaja didirikan sebagai subholding di internal Injourney yang bergerak di bidang pengelolaan bandara.
[11]
[12]
Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, di antaranya adalah:
- “The Best BUMN in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006).
- “The Best I in Good Corporate Governance” (2006).
- Juara I “Annual Report Award” kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed (2007).
- BUMN Terbaik dan Tepercaya dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index Award (2007).
- 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review (2009).
- The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com (2009).
- Juara III Annual Report Award kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed (2009).
- The Best Prize ‘INACRAFT Award in category natural fibers (2010).
- GCG Award as Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010 (2011).
- Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2011).
- Penghargaan untuk Bandara Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel & Tourism Award (2011).
- Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009 - 31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dalam Indonesia Travel & Tourism Award (2011).
- Serta berbagai penghargaan pada tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng).
Hingga akhir tahun 2021, Angkasa Pura II mengelola 21
bandar udara
yang terutama terletak di
Pulau Sumatra
,
Jawa
(kecuali
Kota Semarang
?
Surakarta
,
Jawa Tengah
,
Daerah Istimewa Yogyakarta
,
Kota Kediri
?
Surabaya
,
Jawa Timur
), serta
Kalimantan
bagian barat dan tengah, yakni:
[13]
- Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda
(
Kota Banda Aceh
)
- Bandar Udara Internasional Kualanamu
(
Kota Medan
,
Sumatera Utara
)
- Bandar Udara Internasional Minangkabau
(
Kota Padang
,
Sumatera Barat
)
- Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II
(
Kota Pekanbaru
,
Riau
)
- Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
(
Jabodetabekpunjur
)
- Bandar Udara Internasional Kertajati
(
Kota Bandung
dan
Cirebon
,
Jawa Barat
)
- Bandar Udara Sisingamangaraja XII
(
Tapanuli Utara
,
Sumatera Utara
)
- Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah
(
Kota Tanjungpinang
,
Kepulauan Riau
)
- Bandar Udara Sultan Thaha
(
Kota Jambi
,
Jambi
)
- Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II
(
Kota Palembang
,
Sumatera Selatan
)
- Bandar Udara Depati Amir
(
Kota Pangkal Pinang
,
Kepulauan Bangka Belitung
)
- Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin
(
Pulau Belitung
,
Kepulauan Bangka Belitung
)
- Bandar Udara Fatmawati Soekarno
(
Kota Bengkulu
)
- Bandar Udara Radin Inten II
(
Kota Bandar Lampung
,
Lampung
)
- Bandar Udara Husein Sastranegara
(
Kota Bandung
,
Jawa Barat
)
- Bandar Udara Jenderal Besar Sudirman
(
Banyumas
,
Jawa Tengah
)
- Bandar Udara Supadio
(
Kota Pontianak
,
Kalimantan Barat
)
- Bandar Udara Banyuwangi
(
Banyuwangi
,
Jawa Timur
)
- Bandar Udara Tjilik Riwut
(
Kota Palangkaraya
,
Kalimantan Tengah
)
Logo Angkasa Pura I dan II awalnya sama, tetapi kemudian masing-masing perusahaan menggunakan logo barunya sendiri-sendiri.
|
---|
Menjadi
anak usaha
BUMN lain
| |
---|
Digabung ke/dengan
BUMN lain
| |
---|
Dijual ke swasta
| |
---|
Diubah statusnya
| |
---|
Dibubarkan
| |
---|
|