A.G.
H.
Abdurrahman Ambo Dalle
(1900 ? 29 November 1996) adalah ulama Indonesia dari
Sulawesi Selatan
yang mendirikan organisasi keislaman
Darud Da'wah wal Irsyad
dan
Pondok Pesantren Darud Da'wah wal Irsyad Mangkoso
.
Pada masa kecilnya, Ambo Dalle mempelajari ilmu
agama
dengan metode sorogan (sistem monolog), yaitu guru membacakan kitab, sementara murid mendengar dan menyimak pembicaraan guru.
[
butuh rujukan
]
Pelajaran membaca dan menghafal Alquran ia peroleh dari bimbingan bibi serta kedua orang tuanya, terutama sang ibu. Agar lebih fasih membaca Alquran, Ambo Dalle belajar tajwid kepada kakeknya, Puang Caco, seorang imam masjid yang fasih membaca Alquran di Desa Ujung.
[
butuh rujukan
]
Selama menuntut ilmu, Ambo Dalle tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu Alquran, seperti tajwid, qiraat tujuh, nahwu, sharaf, tafsir, dan fikih saja, tapi ia juga mengikuti Sekolah Rakyat (Volk School) pada pagi hari serta kursus bahasa Belanda pada sore hari di HIS Sengkang dan belajar mengaji pada malam harinya.
[1]
Sementara itu, untuk memperluas cakrawala keilmuan, terutama wawasan modernitas, Ambo Dalle lalu berangkat meninggalkan Wajo menuju kota Makassar.
[1]
Di kota ini, ia mendapatkan pelajaran tentang cara mengajar dengan metodologi baru melalui Sekolah Guru yang diselenggarakan Syarikat Islam (SI).
[
butuh rujukan
]
Pada saat itu, SI yang dipimpin oleh
HOS Cokroaminoto
berada dalam masa kejayaan dan benar-benar membuka tabir kegelapan bagi wawasan sosial, politik, dan kebangsaan di seluruh Tanah Air.
[
butuh rujukan
]
Ketika mengikuti sekolah guru di Makassar inilah, ia menemukan kehidupan sosial yang lain dan jauh berbeda dari tanah Wajo yang masih sepi.
[
butuh rujukan
]
Makassar, yang saat itu telah menjadi sebuah kota pelabuhan terpenting di kawasan Indonesia Timur, ramai disinggahi oleh kapal besar dan perahu dari berbagai penjuru yang memuat barang-barang dagangan. Beraneka ragam barang niaga, seperti beras, kelapa, hasil hutan, dan kain tenun sutera, ditawarkan orang-orang di pasar-pasar.
[
butuh rujukan
]
Ketika kembali ke Wajo, Ambo Dalle semakin matang secara keilmuan ataupun wawasan.
[
butuh rujukan
]
Karena itu, ia bertekad untuk mencerdaskan putra-putri bangsa, khususnya di daerahnya sendiri.
[
butuh rujukan
]
Selain kegiatan rohani dengan pendalaman spiritual yang menjadi gairah hidupnya sehari-hari, kegiatan fisik juga tidak diabaikannya. Misalnya, ia selalu aktif berolahraga.
[
butuh rujukan
]
Olahraga yang paling digemarinya adalah sepak bola. Ambo Dalle terkenal sebagai seorang pemain bola yang andal. Karena keahliannya dalam menggiring dan mengolah si kulit bundar, rekan-rekannya menjuluki Ambo Dalle sebagai 'Si Rusa.'
[
butuh rujukan
]
Selain itu, Ambo Dalle terus menambah ilmunya, terutama dalam ilmu agama.
[
butuh rujukan
]
Ia pun belajar kepada ulama-ulama asal Wajo yang merupakan alumni Makkah, seperti H Syamsudin dan Sayyid Ali al-Ahdal. Para ulama asal Wajo ini bermaksud membuka pengajian di kampung halaman mereka.
[2]
Salah seorang guru Ambo Dalle, yakni
AGH.
Muhammad As'ad
Al-Bugisi
yang dikenal oleh masyarakat
Wajo
dengan sapaan Gurutta
Puang Aji Sade
, suatu ketika menguji secara lisan murid-muridnya, termasuk Ambo Dalle. Ternyata, jawaban Ambo Dalle dianggap yang paling tepat dan benar. Maka, sejak saat itu, ia diangkat menjadi asisten dan mulai meniti karier mengajar serta secara intens menekuni dunia pendidikan.
[
butuh rujukan
]
Berkat kerja sama antara Gurutta H As'ad dan Ambo Dalle, pengajian itu bertambah maju. Hal tersebut terdengar sampai ke telinga Raja Wajo saat itu, Arung Matoa Wajo. Arung Matoa Wajo pun memutuskan mengadakan peninjauan langsung ke tempat pengajian milik Gurutta H As'ad. Dalam kunjungannya, Raja Wajo ini meminta agar Gurutta H As'ad membuka sebuah madrasah yang seluruh biayanya ditanggung pemerintah setempat. Gayung bersambut. Maka, tak lama kemudian, dimulailah pembangunan madrasah.
[
butuh rujukan
]
Madrasah
yang dibangun ini menyelenggarakan jenjang pendidikan awaliyah (setingkat taman kanak-kanak), ibtidaiyah (SD), dan tsanawiyah (SMP). Lembaga pendidikan itu diberi nama Al-Madrasah al-Arabiyah al-Islamiyah (disingkat MAI)
Sengkang
. Lambangnya diciptakan oleh Ambo Dalle dengan persetujuan Gurutta H As'ad bin Abdul Rasyid dan ulama lainnya. Dalam waktu singkat, popularitas MAI Sengkang dengan sistem pendidikannya yang modern (sistem madrasah) menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah.
[
butuh rujukan
]
Selanjutnya, atas izin sang guru, Ambo Dalle pindah dan mendirikan
MAI di Mangkoso
pada 29 Syawal 1356 H atau 21 Desember 1938. Mulai saat itulah, ia mendapat kehormatan penuh dari masyarakat dengan gelar Gurutta Ambo Dalle. MAI Mangkoso ini kelak menjadi cikal bakal kelahiran organisasi pendidikan keagamaan bernama
Darud Da'wah wal Irsyad
(DDI).
[
butuh rujukan
]
Sementara itu, sepeninggal Gurutta H As'ad, MAI Sengkang diubah namanya menjadi Madrasah As'adiyah. Perubahan nama tersebut sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Gurutta H As'ad.
[
butuh rujukan
]
Berkat dukungan dan simpati dari pemerintah dan masyarakat Mangkoso, pertumbuhan dan perkembangan madrasah yang dipimpin oleh Ambo Dalle ini sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya permintaan dari luar daerah untuk membuka cabang MAI Mangkoso. Untuk merespons permintaan itu, dibukalah cabang MAI
Mangkoso
di berbagai daerah.
[
butuh rujukan
]
Pengabdiannya yang total dan kepemimpinannya yang adil, lekat di jiwa para murid dan pencintanya. Akan sulit menemukan figur ulama seperti dia dalam sepak terjang perjuangannya di dalam menegakkan syiar agama.
[
butuh rujukan
]
Perkembangan agama Islam di Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya tidak terlepas dari sepak terjang para tokoh dan ulama dalam menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam. Salah satu di antaranya adalah KH Abdurrahman Ambo Dalle yang oleh murid-muridnya dan masyarakat Bugis umumnya, lebih akrab disapa dengan Gurutta Ambo Dalle.
[
butuh rujukan
]
Menurut Nurhayati Djamas (dalam Nasruddin Anshoriy: 2009: xxvii), Gurutta Ambo Dalle merupakan simbol anak zaman. Dia hidup dalam empat zaman, mulai dari zaman feodal, zaman Belanda, zaman Jepang hingga zaman kemerdekaan yang berhasil mencerdaskan murid-muridnya dan masyarakat luas pada umumnya melalui jalur pendidikan, dakwah dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosial yang dimilikinya.
[3]
Namun, masalah mulai mengintai ketika Jepang masuk dan menancapkan kuku-kuku imperialis di bumi Sulawesi Selatan. Proses belajar dan mengajar di madrasah ini mulai menghadapi kesulitan karena Pemerintah Jepang tidak mengizinkan pengajaran seperti yang dilakukan di madrasah.
Untuk mengatasi masalah ini, Ambo Dalle tidak kehilangan siasat. Ia pun mengambil inisiatif. Pelajaran yang sebelumnya dilakukan di dalam kelas dipindahkan ke masjid dan rumah-rumah guru. Kaca pada bagian pintu dan jendela masjid dicat hitam agar pada malam hari cahaya lampu tidak tembus ke luar. Setiap kelas dibagi dan diserahkan kepada seorang guru secara berkelompok dan mengambil tempat di mana saja asal dianggap aman dan bisa menampung semua anggota kelompok. Sewaktu-waktu, pada malam hari dilarang menggunakan lampu.
Bukannya sepi peminat, justru siasat yang dilakukan Ambo Dalle ini mengundang masyakarat sekitar untuk mendaftarkan anak-anak mereka belajar di madrasah milik Ambo Dalle. Bahkan, cara yang ditempuhnya ini membuat madrasah tersebut luput dari pengawasan Jepang. berbagai sumber
[4]
Dari beberapa rangkaian pengabdian yang dilakukan belaiau dari zaman ke zaman, dia menerima beberapa penghargaan baik dari pemerintah maupun lembaga pendidikan diantaranya: Tanda kehormatan
Bintang Mahaputera Nararya
dari
presiden
B.J. Habibie
pada tahun
1999
,
[5]
Tanda penghargaan dari pemerintah daerah tingakt II Kab. Wajo sebagai Putra Daerah Berprestasi pada tahun 1998, Penghargaan dari
Universitas Muslim Indonesia
sebagai Tokoh Pendidik Bidang Agama Se-Indonesia Timur pada tahun 1986.
[6]
Salah satu buku biografi tentang Gurutta ambo dalle ditulis oleh Nazaruddin berjudul " AMBO DALLE MAHA GURU DARI BUMI BUGIS "
[7]
[8]
|
---|
No
|
Tahun Lahir
|
Tahun Wafat
|
Umur Wafat (±)
|
Nama
|
Keterangan
|
Rujukan
|
(Masehi)
|
(Hijriah)
|
(Masehi)
|
(Hijriah)
|
(Masehi)
|
(Hijriah)
|
1
|
1310
|
?
|
1453
|
?
|
143
|
?
|
AGH. As-Syaikh Sayyid Jamaluddin Husain Akbar al-Husaini
|
Kelahiran Malabar, India, diyakini bahwa
Walisongo
adalah keturunannya
|
[a 1]
|
2
|
1626
|
1036
|
1699
|
?
|
73
|
?
|
AGH. Syaikh Yusuf Al Makassari
|
Bergelar
Tuanta Salamaka
|
[a 2]
|
3
|
1835
|
?
|
1934
|
?
|
99
|
?
|
AGH. Sayyid Alwi Jamallullail
|
Bergelar
Puang Towa
|
[a 3]
|
4
|
1839
|
?
|
1952
|
1362
|
113
|
?
|
AGH. Muhammad Thahir Imam Lapeo
|
Dikenal dengan nama
Imam Lapeo
dari Mandar
|
[a 4]
|
5
|
1885
|
?
|
1972
|
?
|
87
|
?
|
AGH. Ahmad Bone
|
Tercatat sebagai Pendiri
NU
di
Sulawesi Selatan
|
[a 5]
|
6
|
1934
|
1312
|
2000
|
?
|
66
|
?
|
AGH. Sayyid Habib Hasan bin Alwi bin Sahil
|
Dikenal dengan
Puang Lero
; pendiri Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI)
Pambusuang
|
[a 6]
|
7
|
1895
|
?
|
1958
|
?
|
63
|
?
|
AGH. Sayyid Ali Mathar
|
Kakek dari Prof. Dr. Qasim Mathar, Guru Besar
UIN Alauddin
|
[a 7]
|
8
|
1908
|
1326
|
1952
|
1372
|
44
|
46
|
AGH. Muhammad As'ad al-Bugisi
|
Salah seorang guru dari
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
|
[a 8]
|
9
|
1900
|
?
|
1996
|
?
|
96
|
?
|
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
|
Pendiri Pondok Pesantren
Darud Da'wah wal Irsyad (DDI)
Mangkoso
|
[a 9]
|
10
|
1906
|
?
|
1958
|
?
|
52
|
?
|
AGH. Muhammad Ramli
|
Tercatat sebagai Pendiri
NU
di
Sulawesi Selatan
dan
Universitas Muslim Indonesia
|
[a 10]
|
11
|
1908
|
?
|
2006
|
?
|
98
|
?
|
AGH. Daud Ismail
|
Dikenal sebagai
Ulama
Mufassir
|
[a 11]
|
12
|
1913
|
?
|
1977
|
?
|
64
|
?
|
AGH. Muhammad Shaleh al-Mandary
|
Salah seorang murid dari
Al-Habib Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki
|
[a 12]
|
13
|
1914
|
?
|
1986
|
?
|
72
|
?
|
AGH. Muhmmad Yunus Maratan
|
Ayah dari Prof. Dr. H. Rafi'i Yunus Maratan, MA, Pimpinan PB As'adiyah
|
[a 13]
|
14
|
1915
|
?
|
1986
|
?
|
71
|
?
|
AGH. Prof. Abdurrahman Shihab
|
Salah seorang tokoh
UIN Alauddin
|
[a 14]
|
15
|
1916
|
?
|
1990
|
?
|
74
|
?
|
AGH. Djabbar Asyry
|
Pimpinan Majelis Tarjih
Muhammadiyah
Makassar
|
[a 15]
|
16
|
1917
|
?
|
2006
|
?
|
89
|
?
|
AGH. Ahmad Marzuki Hasan
|
Pendiri Pesantren Darul Istiqamah Maccopa
Makassar
|
[a 16]
|
17
|
1917
|
?
|
1982
|
?
|
65
|
?
|
AGH. Mustari
|
Masuk dalam Komisi Bathsul
NU
dalam
Muktamar
di
Semarang
|
[a 17]
|
18
|
1918
|
?
|
1982
|
?
|
64
|
?
|
AGH. Muhammad Bilalu
|
Pernah menuntut ilmu di
Makkah
selama 11 tahun
|
[a 18]
|
19
|
1918
|
?
|
1991
|
?
|
73
|
?
|
AGH. Muhammad Hasyim Hasan
|
Pernah dibimbing oleh Syaikh Mahmud al-Jawad, Ulama asal Madinah
|
[a 19]
|
20
|
1919
|
?
|
2006
|
?
|
87
|
?
|
AGH. Sayyid Jamaluddin Puang Ramma
|
Dikenal dengan gelar
Puang Ramma
, tercatat sebagai Pendiri
NU
di
Sulawesi Selatan
|
[a 20]
|
21
|
1919
|
?
|
1985
|
?
|
66
|
?
|
AGH. Amberi Said
|
Guru dari
AGH. Sanusi Baco
|
[a 21]
|
22
|
1919
|
?
|
2009
|
?
|
90
|
?
|
AGH. Abduh Pabbaja
|
Pendiri Pondok Pesantren Al-Furqan
Pare-Pare
|
[a 22]
|
23
|
1920
|
?
|
1994
|
?
|
74
|
?
|
AGH. Abdul Kadir Khalid
|
Alumni
Universitas Al-Azhar
|
[a 23]
|
24
|
1920
|
?
|
2004
|
?
|
84
|
?
|
AGH. Abdul Muin Yusuf
|
Perintis beridinya
NU
di
Sidrap
|
[a 24]
|
25
|
1920
|
?
|
1976
|
?
|
56
|
?
|
AGH. Abdul Rahman Matammeng
|
Ulama, Qadhi, Akademisi dan sahabat dari
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
|
[a 25]
|
26
|
1920
|
?
|
2012
|
?
|
92
|
?
|
AGH. Muhammad Yusuf Surur
|
Ayah dari Dr. Bunyamin Yusuf Surur
|
[a 26]
|
27
|
1921
|
?
|
1996
|
?
|
75
|
?
|
AGH. Junaid Sulaiman
|
Alumni
Madrasah Al-Shaulatiyah
|
[a 27]
|
28
|
1922
|
?
|
2000
|
?
|
78
|
?
|
AGH. Abdul Malik Muhammad
|
Alumni
Madrasah Dar al-Ulum al-Diniyyah al-Jawiyyah
|
[a 28]
|
29
|
1922
|
?
|
1975
|
?
|
53
|
?
|
AGH. Abdus Shafa
|
Santri dari
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
|
[a 29]
|
30
|
1922
|
?
|
1994
|
?
|
72
|
?
|
AGH. Harun Rasyid
|
Santri dari
AGH. Muhammad As'ad
|
[a 30]
|
31
|
1922
|
?
|
2003
|
?
|
81
|
?
|
AGH. Hamzah Badawi
|
Santri dari
AGH. Muhammad As'ad
|
[a 31]
|
32
|
1923
|
?
|
2005
|
?
|
82
|
?
|
AGH. Lanre Said
|
Cucu dari
Puang Lanre
|
[a 32]
|
33
|
1925
|
?
|
2000
|
?
|
75
|
?
|
AGH. Hamzah Mangulung
|
Santri dari
AGH. Muhammad As'ad
|
[a 33]
|
34
|
1926
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
AGH. Dr. Muhammad Ali Yafie
|
Tokoh
Nahdlatul Ulama
; Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia
|
[a 34]
|
35
|
1928
|
?
|
1997
|
?
|
69
|
?
|
AGH. Usman Arif
|
Pernah mukim di Makkah selama 6 tahun
|
[a 35]
|
36
|
1930
|
?
|
2014
|
?
|
84
|
?
|
AGH. Djamaluddin Amien
|
Tokoh
Muhammadiyah
|
[a 36]
|
37
|
1932
|
?
|
1991
|
?
|
59
|
?
|
AGH. Muhammad Alwy Ali
|
Santri dari
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
, mukim di Makkah 9 tahun
|
[a 37]
|
38
|
1932
|
?
|
2011
|
1432
|
79
|
?
|
AGH. Muhammad Nur
|
Alumni
Madrasah Dar al-Ulum al-Diniyyah al-Jawiyyah
|
[a 38]
|
39
|
1937
|
?
|
2005
|
?
|
68
|
?
|
AGH. Prof. Dr. Sahabuddin
|
Murid dari
Syaikh Sayyid Prof. Dr. Muhammad Alwi al-Maliki al- Husainy
|
[a 39]
|
40
|
1937
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
AGH. Dr (Hc) Sanusi Baco, Lc
|
Sahabat
Gus Dur
dan
Gus Mus
|
[a 40]
|
41
|
1941
|
?
|
2018
|
?
|
77
|
?
|
AGH. Prof. Dr. Muhammad Rafi'i Yunus Maratan, MA
|
Pimpinan Pondok Pesantren As'adiyah
Sengkang, Wajo
|
[a 41]
[a 42]
|
42
|
1942
|
?
|
2001
|
?
|
59
|
?
|
AGH. Ilyas Salewe
|
Santri dari
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
|
[a 43]
|
43
|
1942
|
?
|
2015
|
?
|
73
|
?
|
AGH. Abunawas Bintang
|
Santri dari
AGH. Abdurrahman Ambo Dalle
|
[a 44]
|
44
|
1944
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
AGH. Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA
|
Ulama Ahli Tafsir
|
[a 45]
|
45
|
1945
|
?
|
1998
|
?
|
53
|
?
|
AGH. Abdullah Said
|
Pendiri
Hidayatullah (organisasi)
|
[a 46]
|
46
|
1946
|
?
|
2013
|
?
|
67
|
?
|
AGH. Muhammad Harisah Hs
|
Pendiri Pondok Pesantren An-Nahdah Makassar
|
[a 47]
|
47
|
1947
|
?
|
2012
|
?
|
65
|
?
|
AGH. Dr. Abdul Wahab Zakaria
|
Alumni
Universitas Al-Azhar
|
[a 48]
|
48
|
1948
|
1367
|
?
|
?
|
?
|
?
|
AGH. Dr. Baharuddin Harisah Hs, MA
|
Ketua MUI Kota Makassar
|
[a 49]
|
49
|
1959
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
AGH. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA
|
Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, dll.
|
[a 50]
|
50
|
1960
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
AGH. As-Syaikh Sayyid Habib A. Rahim Puang Makka
|
Tokoh
Nahdlatul Ulama
|
[a 51]
|
Keterangan Tabel
|
Catatan
|
|
Catatan Kaki
|
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 1.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 5.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 9.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 13.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 17.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 21.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 25.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 29.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 33.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 37.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 41.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 45.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 51.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 59.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 63.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 67.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 71.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 75.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 79.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 83.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 87.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 93.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 99.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 103.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 107.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 111.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 115.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 121.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 125.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 129.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 133.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 137.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 141.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 145.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 149.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 153.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 157.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 161.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 165.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 169.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 175.
- ^
Fathoni 2017
.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 179.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 183.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 187.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 193.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 197.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 203.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 207.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 2011.
- ^
Muhammad 2017
, hlm. 215.
|
Daftar Pustaka
|
|
|
|