Union Films
adalah sebuah perusahaan produksi film yang terletak di
Batavia
,
Hindia Belanda
(sekarang
Jakarta
,
Indonesia
). Didirikan oleh pengusaha etnis
Tionghoa
Ang Hock Liem dan Tjoa Ma Tjoen pada tahun 1940, menghasilkan tujuh film
hitam-putih
antara tahun 1940 dan 1942; semuanya dianggap
hilang
. Film-film perusahaan ini disutradarai oleh empat orang, sebagian besar etnis Tionghoa, dan melambungkan karier aktor-aktor seperti
Rendra Karno
dan
Djoewariah
.
Didirikan saat kebangkitan industri film Hindia, Union merilis film pertamanya,
Kedok Ketawa
, pada bulan Juli 1940. Film ini diikuti oleh serangkaian film yang ditulis oleh
Saeroen
yang semakin berorientasi pada pertumbuhan kalangan
inteligensia
Hindia, mencoba untuk menjauhkan diri dari teater konvensional yang umum dalam industri film kontemporer. Hal ini berlanjut setelah Saeroen berangkat ke
Star Film
pada tahun 1941, dengan dua produksi akhir Union Films yang menekankan
realisme
. Ketika
Kekaisaran Jepang menduduki Hindia
pada Maret 1942, Union Films ditutup, meskipun film-filmnya terus diputar sampai pertengahan 1940-an.
Sejarah
Menyusul keberhasilan komersial
Terang Boelan
(1937),
Fatima
(1938), dan
Alang-Alang
(1939), industri film
Hindia Belanda
- yang telah sangat lemah oleh
Depresi Besar
- dihidupkan kembali. Produksi film meningkat, dan pada tahun 1940, empat rumah produksi baru didirikan.
Salah satunya adalah Union Films, yang didirikan oleh pengusaha etnis
Tionghoa
Ang Hock Liem sebagai investor utama dan Tjoa Ma Tjoen yang bertanggung jawab atas manajemen sehari-hari;
Liem diakui sebagai produser untuk sebagian besar rilisan perusahaan ini.
Union bermarkas di
Prinsenlaan
, Batavia (sekarang
Mangga Besar
, Jakarta), dan didirikan untuk "meningkatkan kualitas seni rupa Indonesia".
[a]
Film pertama perusahaan muda ini,
Kedok Ketawa
, dirilis pada bulan Juli 1940. Mengisahkan pasangan muda yang melawan penjahat dengan bantuan bandit bertopeng,
[4]
film ini disutradarai oleh Jo An Djan dan dibintangi Oedjang, Fatimah, dan Basoeki Resobowo.
Film ini mendapat tanggapan positif; jurnalis
Saeroen
, misalnya, menulis dalam
Pemandangan
bahwa kualitas film adalah sebanding dengan produksi Hollywood yang diimpor,
dan tinjauan anonim di
Bataviaasch Nieuwsblad
memuji sinematografinya.
Mengikuti tanggapan-tanggapan positif tersebut, Union merekrut Saeroen - yang sebelumnya menulis
Terang Boelan
dan beberapa karya untuk
Tan's Film
? sebagai penulis skenario. Dia membuat debutnya untuk perusahaan ini dengan
Harta Berdarah
, disutradarai oleh karyawan baru R. Hu dan
Rd Ariffien
; Jo An Djan telah meninggalkan perusahaan ini untuk bekerja di Populair's Film. Film ini, yang mengisahkan seorang kaya yang meninggalkan komunitasnya untuk menderita sementara satu pasangan muda mencoba untuk menemukan jalan mereka, dirilis pada bulan Oktober 1940 dan dibintangi Soelastri, Zonder, RS Fatimah, dan Moesa.
[10]
Union merilis film ketiga mereka,
Bajar dengan Djiwa
pada Maret 1941.
Disutradarai oleh R. Hu, film ini adalah sebuah drama di mana seorang wanita muda dijual kepada seorang
rentenir
untuk membayar utang ayahnya.
Film ini menandai debut
film cerita
Djoewariah
; ia kemudian menjadi bintang wanita terkemuka perusahaan Union.
Ariffien, sementara itu, bertugas menyutradarai
Asmara Moerni
, berdasarkan naskah yang ditulis Saeroen. Mengambil keuntungan dari gerakan intelektual yang sedang tumbuh dengan menampilkan dokter muda
Adnan Kapau Gani
di sisi Djoewariah,
film roman ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang akhirnya bisa menikah dengan mantan
pekerja rumah tangganya
setelah ia mendapat pendidikan.
Rilis April ini mendapat tanggapan yang bercampur: satu peninjau, untuk
Bataviaasch Nieuwsblad
, berpendapat bahwa film ini "menarik",
[b]
sementara peninjau yang lain untuk koran yang sama berpendapat bahwa film ini tetap bergantung pada tradisi panggung, yang telah dicela oleh iklannya.
Pada Juli 1941 Union merilis
Wanita dan Satria
, pelambung karier Djoewariah yang mengisahkan seorang mata keranjang yang menyalahgunakan statusnya untuk mendapatkan kepercayaan perempuan sebelum akhirnya mendapatkan pembalasan.
[18]
Dalam mengiklankan
Wanita dan Satria
, perusahaan ini kembali menekankan latar belakang non-teater para pemain film ini, yang juga termasuk Moesa, Djoewita dan Hidajat.
Tanggapan terhadap film ini mencerminkan klaim ini; satu peninjau, dari
Soerabaijasch Handelsblad
, menulis bahwa
Wanita Dan Satria
"memberikan gambaran yang jelas tentang posisi genting perempuan Indonesia dan memotivasi keinginan untuk garis yang lebih jelas mengehai hak-haknya dalam masyarakat muslim."
[c]
[18]
Film ini adalah film terakhir perusahaan ini yang disutradarai oleh Ariffien atau ditulis oleh Saeroen; keduanya segera bermigrasi ke perusahaan saingan Union,
Star Film
setelahnya.
Hu, bagaimanapun, tetap bekerja dengan Union. Produksi perusahaan ini berikutnya,
Soeara Berbisa
, disutradarai oleh Hu, dengan teknisi suara berdarah
peranakan
Boen Kin Nam sebagai asisten sutradara. Ditulis oleh Djojopranoto, karya ini mengisahkan dua pemuda yang bersaing untuk cinta seorang wanita sebelum mengetahui bahwa mereka adalah saudara yang telah lama terpisah.
Djoewita tidak lagi berakting bagi perusahaan ini pada saat itu. Maka, studio ini menyewa Raden Soekarno sebagai pemeran utama dalam film yang dirilis akhir 1941 ini.
Film produksi akhir perusahaan ini,
Mega Mendoeng
, disutradarai oleh Boen dan diumumkan segera setelah syuting untuk
Soeara Berbisa
telah dimulai. Film ini, sebuah roman yang dibintangi Soekarno dan bintang baru Sofiati, dirilis pada awal 1942.
Dalam memproduksi kedua film ini, Union menekankan realisme dan memasarkannya untuk sasaran kaum inteligensia.
Pada awal 1942, pemerintah kolonial Hindia Belanda telah kuatir dengan adanya kemungkinan invasi oleh
Kekaisaran Jepang
.
Ketakutan ini mencapai masyarakat umum Hindia, dan dalam edisi Februari 1942 majalah
Pertjatoeran Doenia Dan Film
dilaporkan bahwa beberapa studio film akan menjauh dari ibu kota kolonial Batavia atau masuk dalam masa hiatus produksi. Union, meskipun sudah memulai proses produksi film yang berlatar di era
Majapahit
berjudul
Damar Woelan
, terpaksa menutup perusahaan.
Ketika
Jepang menduduki Hindia
pada Maret 1942,
Union Films ditutup, dan tidak pernah dibuka kembali.
Selain Ariffien, yang terus menyutradarai film hingga tahun 1960-an,
tidak ada direksi atau produser dari Union Films yang kembali ke industri film setelah berakhirnya masa pendudukan Jepang pada tahun 1945. Namun beberapa aktor meneruskan karier mereka . Djoewariah, misalnya, membuat film pertamanya setelah meninggalkan Union,
Sehidup Semati
, pada tahun 1949, dan terus berakting sampai pertengahan 1950-an.
Sementara itu, karier Rd Soekarno berlangsung melampaui 1970-an; ia sebagian besar ditulis namanya sebagai Rendra Karno.
Tokoh-tokoh lainnya, seperti bintang
Kedok Ketawa
Basoeki Resobowo, memiliki karier di belakang layar; Resobowo menjadi penata seni di film-film seperti
Darah dan Doa
(1950).
Filmografi
Sampul dua novelisasi produksi Union:
Asmara Moerni
(kiri) dan
Wanita dan Satria
(keduanya dari Kolff-Buning, 1941)
Dalam jangka waktu dua tahun, Union merilis tujuh film. Semuanya karya
hitam-putih
sepanjang film cerita, yang dirilis luas di
Hindia Belanda
.
Beberapa ditayangkan di
Singapura
, termasuk
Bajar dengan Djiwa
dan
Asmara Moerni
.
Meskipun film-film mereka setidaknya diputar sampai pertengahan 1940-an,
[d]
produk-produk perusahaan ini kemungkinan telah hilang.
[e]
Catatan kaki
- ^
Asli: "
... buat mengangkat derajatnya kesenian Indonesia.
"
- ^
Asli: "
... boeiend ...
"
- ^
Asli: "...
geeft een duidelijk beeld van de wankele positie der Indonesische vrouw en motiveert den drang naar een vaster omlijning harer rechten in de Mohammedaansche maatschappij.
"
- ^
Asmara Moerni
, contohnya, ditayangkan sampai November 1945 (
Soeara Merdeka 1945, Pilem
).
- ^
Film di Hindia direkam dengan
film nitrat
yang mudah terbakar, dan setelah kebakaran menghancurkan gedung gudang
Produksi Film Negara
tahun 1952, film-film yang direkam dengan media nitrat dengan sengaja dihancurkan (
Biran 2012
, hlm. 291). Dengan demikian, antropolog visual Amerika
Karl G. Heider
berpendapat bahwa semua film Indonesia dari sebelum tahun 1950 telah hilang (
Heider 1991
, hlm. 14) Namun,
Katalog Film Indonesia
JB Kristanto mencatat beberapa film telah selamat dalam arsip
Sinematek Indonesia
, dan sejarawan film
Misbach Yusa Biran
menulis bahwa beberapa film propaganda Jepang telah bertahan dalam
Dinas Informasi Pemerintah Belanda
.(
Biran 2009
, hlm. 351).
Referensi
Rujukan
- "Ang Hock Liem"
.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Yayasan Konfiden.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2013-01-20
. Diakses tanggal
20 Januari
2013
.
- "Bajar dengan Djiwa"
.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Konfiden Foundation.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-07-25
. Diakses tanggal
25 Juli
2012
.
- "Basuki Resobowo"
.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Yayasan Konfiden.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2014-04-21
. Diakses tanggal
21 April
2014
.
- Biran, Misbach Yusa, ed. (1979).
Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926?1978
. Sinematek Indonesia.
OCLC
6655859
.
- Biran, Misbach Yusa
(2009).
Sejarah Film 1900?1950: Bikin Film di Jawa
(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Komunitas Bambu bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta.
ISBN
978-979-3731-58-2
.
- Biran, Misbach Yusa (2012). "Film di Masa Kolonial".
Indonesia dalam Arus Sejarah: Masa Pergerakan Kebangsaan
(dalam bahasa Indonesia).
V
. Ministry of Education and Culture. hlm. 268?93.
ISBN
978-979-9226-97-6
.
- "Filmaankondiging Cinema Palace: Kedok Ketawa"
.
Bataviaasch Nieuwsblad
(dalam bahasa Belanda). Batavia: Kolff & Co. 20 Juli 1940. hlm. 3. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2013-04-13
. Diakses tanggal
5 Februari
2013
.
- "Filmaankondigingen Orion: 'Asmara Moerni
'
"
.
Bataviaasch Nieuwsblad
(dalam bahasa Belanda). Batavia: Kolff & Co. 1 Mei 1941. hlm. 11. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2019-12-08
. Diakses tanggal
2014-04-22
.
- "Harta Berdarah"
.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Yayasan Konfiden.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-07-25
. Diakses tanggal
25 Juli
2012
.
- Heider, Karl G (1991).
Indonesian Cinema: National Culture on Screen
. Honolulu: University of Hawaii Press.
ISBN
978-0-8248-1367-3
.
- "Iets over de Maleische Film"
.
Bataviaasch Nieuwsblad
(dalam bahasa Belanda). Batavia: Kolff & Co. 8 Mei 1941. hlm. 10. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2019-12-08
. Diakses tanggal
2014-04-22
.
- "Kedok Ketawa"
.
Soerabaijasch Handelsblad
(dalam bahasa Belanda). Surabaya: Kolff & Co. 12 September 1940. hlm. 10. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2013-04-14
. Diakses tanggal
5 Februari
2013
.
- "Kedok Ketawa"
.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Konfiden Foundation.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-07-25
. Diakses tanggal
25 Juli
2012
.
- Millet, Raphael (2006).
Singapore Cinema
. Singapura: Editions Didier Millet.
ISBN
978-981-4155-42-7
.
- "Pilem"
.
Soeara Merdeka
(dalam bahasa Indonesia). Semarang. 7 November 1945. hlm. 4. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2014-01-11
. Diakses tanggal
2014-04-22
.
- Saeroen (1941).
Asmara Moerni
(dalam bahasa Indonesia). Yogyakarta: Kolff-Buning.
OCLC
29049476
.
(book acquired from the collection of Museum Tamansiswa Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta)
- "Sampoerna 'Wanita dan Satria
'
"
.
Soerabaijasch Handelsblad
(dalam bahasa Belanda). Surabaya: Kolff & Co. 11 September 1941. hlm. 2. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2013-08-20
. Diakses tanggal
2014-04-22
.
- Sardiman (2008).
Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman
(dalam bahasa Indonesia). Yogyakarta: Ombak.
ISBN
978-979-3472-92-8
.
- "Soeara Berbisa"
.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Konfiden Foundation.
Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-07-27
. Diakses tanggal
27 Juli
2012
.
- "Studio Nieuws".
Pertjatoeran Doenia dan Film
(dalam bahasa Indonesia). Batavia.
1
(4): 26?28. September 1941.
- "Studio Nieuws".
Pertjatoeran Doenia dan Film
(dalam bahasa Indonesia). Batavia.
1
(9): 18?20. February 1942.
- "Tirai Terbentang".
Pertjatoeran Doenia dan Film
(dalam bahasa Indonesia). Batavia.
1
(7): 28?29. Desember 1941.
- "(untitled)"
.
Soerabaijasch Handelsblad
. Surabaya. 29 Oktober 1940. hlm. 7.
- "(untitled)"
.
De Indische Courant
. Batavia. 19 Maret 1941. hlm. 8.
- "(untitled)"
.
The Straits Times
. Singapura. 29 Agustus 1941. hlm. 6. Diarsipkan dari
versi asli
tanggal 2013-10-02
. Diakses tanggal
2014-04-22
.
- "Warta dari Studio".
Pertjatoeran Doenia dan Film
(dalam bahasa Indonesia). Batavia.
1
(3): 28?31. August 1941.